Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Jamsos, Indonesia Juga Ketinggalan

Kompas.com - 05/05/2011, 21:59 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Indonesia boleh saja menjadi ketua ASEAN. Namun, dalam hal jaminan sosial, Indonesia ternyata jauh ketinggalan dari negara-negara ASEAN lainnya.

Hal itu diungkapkan koordinator Komite Aksi Jaminan Sosial (KAJS) Bekasi, Nyumarno dan Baris Silitonga, dalam keterangan pers di sebuah hotel di Jakarta, Kamis (5/5/2011) sore. Keterangan pers digelar menjelang diselenggarakannya KTT ASEAN, 7-8 Mei mendatang di JCC, Senayan, Jakarta.

Sistem jaminan sosial kita ternyata jauh tertinggal dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, seperti Singapura, Malaysia, Vietnam, Kamboja, Thailand, dan Filipina.

"Setiap tahun, lebih dari 150 juta individu dalam 44 juta rumah tangga di Indonesia mengalami kesulitan keuangan akibat beban biaya perawatan kesehatan," ujar Nyumaro.

Menurut Nyumaro, sekitar 25 juta rumah tangga atau lebih dari 100 juta individu rentan menjadi miskin. Penyebabnya, apalagi kalau bukan biaya perawatan di Indonesia yang sangat mahal dan tidak terjangkau.

Fakta lainnya, 10 persen penduduk termiskin mengeluarkan 2,3 kali pengeluaran total bulanan keluarganya untuk pengobatan. "Sementara pengeluaran satu bulan keluarga yang berpendapatan lebih tinggi justru setara dengan biaya rawat inap standarnya," ujarnya.

Mengutip angka yang diberitakan The Economist, Nyumaro juga mengatakan, angka kematian ibu di Indonesia juga masih tertinggi. Indeks pembangunan manusia Indonesia tahun 2007 berada di urutan ke-107 dari 177 negara, atau tertinggal di bawah Filipina (urutan ke-90). "Bahkan, sudah dikejar oleh Vietnam yang sekarang urutan ke-105," papar Nyumaro.

Seharusnya, pada tahun 2004, saat lahirnya UU Sistem Jaminan Sosial Nasional, Indonesia memiliki kesempatan mengatasi ketertinggalannya dalam pemenuhan jaminan sosial.

Namun, sayang, pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengabaikan kesempatan dan malah menunda-nunda pelaksanaannya dengan berbagi alasan. Akibatnya, rakyat kebanyakan di Indonesia dirugikan.

Oleh sebab itu, terkait dengan kepemimpinan Presiden Yudhoyono sebagai Ketua ASEAN, KAJS mengkritik kepemimpinan Presiden Yudhoyono tidak lebih dari upaya Presiden membangun citranya.

"Sementara persoalan jaminan sosial tidak terselesaikan. Masyarakat ASEAN 2015 tanpa jaminan, terutama bagi Indonesia, hanya akan memperluas kesenjangan dan ketidakadilan sosial di Indonesia sendiri," kata Nyumaro.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com