Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Faisal Basri: Buat Apa ACFTA Direvisi?

Kompas.com - 23/04/2011, 14:05 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Direvisi atau tidaknya Perjanjian Perdagangan Bebas ASEAN-China (ACFTA), dinilai pengamat ekonomi Faisal Basri, tidak akan mengubah kondisi industri menjadi lebih baik. Menurutnya, bea masuk yang rendah dan penguatan rupiah menjadi persoalan dalam perdagangan dengan China.

"Direvisi, tidak direvisi, industri kita mati," ungkapnya seusai menghadiri diskusi mengenai banjirnya produk China yang diselenggarakan oleh Trijaya Network, di Jakarta, Sabtu (23/4/2011).

Menurutnya, bukan perjanjiannya yang perlu dipermasalahkan, melainkan lebih kepada bea masuk Indonesia atas produk impor yang rendah. Selain itu, ia menyebutkan, barang China yang masuk ke pasar domestik melalui skema ACFTA sedikit sekali, atau tidak sampai 10 persen. "Jadi bukan ACFTA-nya direvisi, buat apa?" katanya.

Selain masalah bea masuk yang rendah, nilai tukar rupiah yang menguat lebih cepat dari nilai tukar yuan pun menjadi masalah lainnya. "Jadi, semua barang China lebih murah masuk Indonesia dinyatakan dalam rupiah," jelasnya.

Terkait dengan ini, Faisal menyebutkan, pemerintah belum pernah menanyakan kebijakan Pemerintah China yang menahan mata uang yuan.

Dan, untuk itu ia menyatakan rasa anehnya kepada para pengusaha yang mengutamakan pembayaran transaksi perdagangan dengan dollar dibandingkan yuan. "Sudah dollar nilainya tidak menentu. Ya udah, kita pakai yuan dan rupiah saja. Nanti selisihnya hitung akhir tahun," jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com