Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Firenze dan Gembok Cinta...

Kompas.com - 07/04/2011, 08:54 WIB

KOMPAS.com — Dua hal penting yang selalu diulang di bibir manusia yang pernah mengunjungi Firenze adalah jangan lupa melihat mahakarya dari Botticelli, goresan tangan seninya di atas kuas yang menjadi lukisan termuka di dunia, yaitu kelahiran Venus, dan juga menyentuh pintu surga yang akan membawa keberuntungan bagi yang menyentuhnya.

Hari ketiga kami berada di Firenze disambut dengan pagi yang berawan dengan suhu udara rendah membuat hidung kami memerah dan meler tanpa terhinggap flu. Kemarin, satu harian kami menikmati keindahan kota seni dari atas menara dan juga menelusuri jalanan berbatu. Hari ini kami memutuskan mengunjungi Museum Uffizi, melihat lukisan yang sudah menjadi buah bibir, yaitu kelahiran Venus. Melihat pintu surga karya Lorenze Ghiberti. Selebihnya kami memilih untuk berjalan santai, mencari restoran enak yang direkomendasikan dalam buku guide turis kami dan tentunya menikmati kafe kental hitam sambil menulis kartu pos bagi keluarga dan kerabat kami.

Pukul 8.30 kami sudah berada di Museum Uffizi. Pagi sekali memang untuk mengunjungi museum karena ternyata Kang Dadang salah pencet tanggal saat memesan tiket masuk museum lewat internet! Mau marah juga gimana, tak ada gunanya. Sengaja datang pagi-pagi ke museum berharap tiket pesanan kami bisa diubah tanggal. Kalau tak memungkinkan untuk hari ini, setidaknya untuk keesokannya.

Sayang, saat kami meminta pergantian tanggal, petugas museum tak bisa membantu kami, dengan alasan tak ada hubungan antara mereka dan pesanan lewat internet. Kami memesan lewat internet dengan membayar sekitar 46 euro untuk tiket masuk museum.

Petugas tiket di museum hanya berkata tanpa senyum sedikit pun, "Anda telepon saja bagian tiket internet, kami tak bisa membantu!"

"Bagaimana mungkin Anda tidak ada hubungan karena semua tiket yang dipesan lewat internet harus dikonfirmasikan lewat Anda sebelum ke pintu masuk, di situ tertulis," jawab suami saya sambil menunjukkan papan pengumuman yang tertera.

"Ya betul, tapi saya tak ada waktu untuk urusan seperti ini, maaf silakan Anda urus langsung lewat telepon," timpal si petugas tiket.

Pagi-pagi sudah silat lidah adalah hal yang membuat liburan jadi sedikit rusak. Kami sadar kesalahan ada di pihak kami, hanya penolakan yang sedikit tak sopan membuat kami merasa sedikit kecewa.

Kang Dadang alias David akhirnya menelepon bagian tiket. Dan jawaban mereka adalah untuk setiap pergantian tanggal, satu orang dikenai kembali biaya sebesar 4 euro. Berarti, harga tiket menjadi 62 euro! Wow!

Berhubung kami sudah sampai di Museum Uffizi pagi hari, di mana antrean tak terlalu panjang. Maka kami memutuskan membiarkan tiket kami yang dipesan lewat internet hangus dan membeli tiket baru saja.

Oh Mon Dieu! (Ya Tuhan). Ternyata harga tiket yang kami bayar untuk masuk secara langsung hanya 6,50 euros. Iya, benar, tidak sampai 10 euro! Lewat internet, kami membayar untuk dua orang dewasa, anak-anak gratis. Tapi ada tarif pemesanan lewat internet dan biaya lainnya. Berhubung kabar yang tersebar adalah antrean bisa sampai berjam-jam, maka untuk lebih berjaga-jaga tentunya kami membeli tiket ke museum ini jauh hari sebelumnya di Perancis via internet. Kecele kami. Karena di Uffizi secara langsung yang membayar hanya suami saya saja. Saya, sebagai jurnalis gratis begitu juga dengan kedua anak kami. Ck-ck-ck-ck..., pengalaman deh sebagai turis!

Jadi sebenarnya, trik untuk mengunjungi Museum Uffizi adalah datang pagi-pagi! Karena mereka buka dari pukul 8.30. Tapi, memang berdasarkan pengalaman beberapa orang yang kami tanyakan, mereka kebanyakan mengalami yang namanya antre sampai berjam-jam hanya untuk satu tempat wisata. Jadi kesimpulannya, tergantung dengan musim liburan dan waktunya.

Setelah mengantre tak lebih dari 10 menit, kami memasuki Museum Uffizi yang terbagi dalam 18 ruangan terisi oleh karya seni bersejarah. Museum Uffizi merupakan salah satu peninggalan bersejarah tertua yang paling terkemuka di dunia. Memamerkan karya seni tersohor khususnya dari para seniman Italia. Bangunan seluas 8.000 meter persegi dibuka bagi umum sejak tahun 1765. Dibangun atas permintaan Cosimo, keturunan pertama Médicis, di tahun 1560 dan berakhir di tahun 1580.

Di museum yang terbagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan tahunnya ini, kita bisa mendapatkan gambaran betapa dunia ini penuh dengan kekayaan akan pikiran dan imajinasi manusia. Goresan sejarah. Dan bagaimana sebuah lukisan bisa berbicara menerangkan suatu peristiwa yang berlangsung di saat itu dengan kehalusan, keindahan, dan ketajaman hasil gerakan tangan si pelukis.

Si kecil Bazile yang sudah dibiasakan oleh orangtuanya untuk memegang kamera foto, meskipun belum genap 3 tahun, asyik memotret, yang hasilnya mendapatkan teguran dari petugas museum. Karena dalam mueseum ini dilarang keras mengambil gambar. Yang langsung kami setujui dengan permintaan maaf.

Saya menanyakan, apakah saya harus meminta izin untuk pengambilan gambar karena foto saya nantinya untuk reportase sebuah media, mereka tetap menolak dan menyarankan saya untuk membeli kartu pos atau poster di galeri museum bila ingin memiliki gambar dari sebuah obyek seni.

Seorang petugas yang bisa berbicara bahasa Perancis mendekati saya dan berkata dengan ramah, di dalam museum Anda dilarang mengambil gambar, tapi sepanjang lorong museum yang penuh dengan pahatan dan dekorasi langit-langit atap museum Anda bisa mengambil foto. Saya ucapkan terima kasih kepada petugas wanita yang baik hati itu karena mau mengerti posisi saya.

Bila Anda pengagum sebuah karya seni Italia, khususnya abad ke-13 hingga abad ke-18, maka di sinilah Anda bisa merasakan kenikmatan memandang beratus-ratus lukisan terkemuka di dunia. Anak sulung saya, Adam, dan ayahnya yang memang penggemar berat sejarah seni asyik sekali berdiskusi soal lukisan, apalagi saat mereka berdua akhirnya dipertemukan dengan karya seni dari Botticelli, yaitu kelahiran Venus dan musim semi. Lukisan indah yang dengan wanita berambut pirang di atas kerang terbuat sekitar dua tahun (1484-1486). Mereka yang belajar sejarah seni Eropa sudah mengenal secara teori mengaku merasa puas bisa menikmati secara nyata.

Namun, bagi saya yang tak terlalu mengenal sejarah seni Eropa, mungkin lebih mengenal seniman Léonardo da Vinci, dibandingkan seniman lainnya, seperti Filippo Lippi atau Michel-Ange. Di ruangan ke-15 inilah kita bisa menikmati keindahan permainan kuas Léonardo da Vinci. Salah satu yang menjadi bintang tamu di ruangan itu adalah lukisan dengan judul "Annunciazione" yang dalam bahasa Indonesia kurang lebih berarti 'isyarat'.

Berhubung tadi seorang petugas ramah memperkenankan saya mengambil foto di sepanjang lorong museum, maka saat saya keluar dari ruangan lukisan, kamera saya mulai bermain, tapi baru juga tiga jepretan, teriakan petugas sudah terdengar mengomeli saya. Ribut pakai bahasa asing memang lucu juga jadinya. Apalagi, sudah lama saya tak menggunakan bahasa Inggris sambil ngotot.

Petugas memarahi saya karena berani mengambil gambar, sementara saya berkeras bukan salah saya, karena rekan kerja dia yang mengizinkan saya melakukannya. Saya keluarkan kartu pers saya, wanita berambut kelam di depan saya tak mau tahu. Malah saya jadinya diancam. Weleh-weleh, kok jadi rame ya? Pikir saya.

Toh, akhirnya saya mengalah, sudahlah pikir saya, ke sini kan untuk ajak anak-anak liburan, malah yang ada lihat ibunya adu mulut, ya enggak lucu juga jadinya. Tapi yang bikin saya sedikit keki, di sepanjang lorong, banyak turis lainnya yang asyik saja jepret sana-sini dengan kamera mereka dan beberapa petugas cuekkkkk membiarkan. Nasib!

Akhirnya yang ada saya ambil gambar dengan diam-diam. Wuihhh, ambil gambar patung museum serasa paparazzi untuk selebritis jadinya....

Gembok cinta

Melihat lukisan beratus-ratus, dari satu ruangan ke ruangan lainnya, cukup melelahkan. Saatnya mencari makan siang. Kami pun berjalan berempat di atas jalanan berbatu. Melewati Sungai Arno, menapaki jembatan tua. Salah satu yang unik di Firenze, ada beberapa tempat di mana terdapat gembok terkunci dipasang orang di daerah tertentu. Tepatnya dekat dengan Sungai Arno. Ada satu rantai besi penuh dengan kunci gembok bagaikan kalung gembok jadinya, ada juga yang dipasang orang di atas Jembatan Vecchio di pagar yang mengelilingi sebuah patung bersejarah.

Saya tanya, kepada penjual suvenir setempat, tapi jawaban mereka juga tak terlalu jelas. Hanya dari kesimpulan yang bisa saya ambil, yaitu gembok besi menandakan kekalnya ikatan cinta sepasang manusia. Ada juga yang membuang gembok besi tersebut ke dalam Sungai Arno agar hubungan cinta mereka berjalan lancar. Beberapa gembok besi setelah saya teliti memang ada yang terukir atas dua nama. Dan menurut penjual setempat, sebenarnya pemerintah sudah melarang orang untuk menempelkan gembok di rantai dan pagar sepanjang Sungai Arno, tapi peraturan ini tak digubris para pasangan yang sedang kasmaran.

Bisa jadi, pemerintah juga mendiamkan hal tersebut karena tradisi aneh ini malah menarik perhatian para wisatawan.

Pintu surga emas

Setelah secangkir kopi pahit tertelan begitu nikmat dalam tenggorokan mengakhiri santapan makan siang, kami melanjutkan perjalanan untuk melihat pintu surga. Pintu surga yang berada pada bangunan San Giovanni Battista, yaitu bangunan pembaptisan yang dibangun sekitar abad ke-14-15 sesudah abad Masehi dan masih satu daerah dengan gereja Santa Maria del Fiore. Hanya kemarin kami tak sempat melihat tempat baptis ini dan juga mengagumi ukiran pintu surga berhubung hujan turun.

San Giovanni Battista adalah sebuah bangunan bersegi delapan dari dinding marmer berwarna putih, hijau dan merah jambu dengan atap berbentuk piramid. Setelah membayar karcis masuk, kami berempat langsung disambut dengan lukisan keemasan yang memenuhi seluruh atap langit. Setelah dilihat dari zoom kamera saya, ternyata lukisan emas tersebut berupa mozaik, saking kecilnya setiap potongan yang disambungkan hingga tak terlihat lagi bagaikan sebuah rangkaian mozaik.

Kebanyakan yang datang saat itu, hanya turis. Saya sendiri tak tahu apakah masyarakat setempat yang ingin datang berdoa dikenakan biaya seperti kami pengunjung atau tidak? Karena bila iya, sangat disayangkan.

Keluar dari San Giovanni, kami langsung mencari pintu surga yang berada di luar bangunan itu. Sejumlah wisatawan mancanegara sudah mengantre untuk mengabadikan diri mereka di depan pintu surga. Untuk menyentuhnya tak memungkinkan karena terhalang oleh pagar.

Pintu surga yang menjadi buah bibir adalah sebuah pintu dari emas yang dibangun tahun 1425 hingga tahun 1452. Terbagi menjadi sepuluh bagian yang menggambarkan sejarah isi dari perjanjian lama.

Membutuhkan ketelitian untuk melihat dan menyibak setiap ukiran yang terpahat di pintu tersebut. Misalnya sebuah ukiran menggambarkan pertarungan Goliath terdapat dibagian bawah pintu. Namun yang paling terkenal adalah bagian ke sepuluh hasil karya dari Lorenzo Ghiberti, yaitu  ukiran berupa sebuah cerita mengenai Adam dan Hawa yang diusir dari surga karena memakan buah terlarang.

Sayangnya pintu surga yang terpasang di tembok luar Battistero San Giovanni ini hanya berupa tiruannya. Rupanya banjir di tahun 1966 dari limpahan Sungai Arno yang menenggelamkan setengah kota menyebabkan pintu surga ini mengalami kerusakan. Enam bagian dari pintu yang asli dipamerkan di museum katedral dan selebihnya masih dalam taraf perbaikan.

Walaupun hanya berupa tiruan, namun keindahan pintu surga ini memang layak mendapatkan gelar sebagai karya seni agung. Bila pintu surga hasil karya tangan manusia saja bisa memukau mata, terbayang bagi saya pintu surga ciptaan Tuhan.

Hujan rintik kembali menetes dan membasahi rambut kami. Hari sudah menjelang senja, kaki kami sudah terasa letih dan ujung jemari mulai membeku. Jalanan berbatu kembali kami selusuri, tapi kali ini mengarah pulang membawa empat tubuh yang membutuhkan istirahat.

Satu lagi hari indah penuh sejarah telah kami dapati dan esok masih akan ada kekayaan dari Firenze yang ingin kami sibak..... (bersambung) (DINI KUSMANA MASSABUAU)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com