Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

115 Tahun Mereka di New Caledonia

Kompas.com - 03/03/2011, 00:55 WIB

Djintar Tambunan (65) yang saat ini bekerja sebagai pemborong bangunan sekaligus Ketua Persatuan Masyarakat Indonesia dan Keturunannya di New Caledonia (PMIK) merupakah salah satu sumber untuk mencari tahu sejarah dan kondisi masyarakat Indonesia di NC.

Djintar menceritakan sedikit kisah mengenai masyarakat Indonesia di NC kepada salah seorang staf KJRI Noumea di Wisma Indonesia di sela-sela acara perayaan acara menjamu para sesepuh pada 20 Februari.

"Saya datang ke sini pada 1970, saat pertambangan sedang marak lewat kontrak yang sudah disahkan oleh Departemen Tenaga Kerja," kata Djintar kelahiran Balige, Sumatera Utara.

Menurutnya ada tiga gelombang kedatangan masyarakat Indonesia ke New Caledonia.

Pertama adalah kedatangan 170 para pekerja dari pulau Jawa pada 1896 yang bekerja di tambang nikel. Saat kontrak mereka habis, ada yang kembali ke Jawa namun ada juga yang tetap tinggal di NC.

Gelombang kedua terjadi sebelum Perang Dunia II, saat New Caledonia sedang mengalami kekurangan tenaga kerja padahal tambang nikel dan produksi kopi sedang meningkat.

Pada periode 1933-1939, lebih dari 7.800 datang dengan kontrak selama lima tahun dan dipekerjakan di kawasan perkebunan, pertambangan dan juga rumah tangga.

Kebanyakan dari mereka menurut Pam Allen, pengajar bahasa dan budaya Indonesia di Universitas Tasmania yang juga menulis mengenai masyarakat Indonesia di NC, bekerja di tambang Tiebaghi terpencil dekat wilayah Koumac di utara NC.

Orang Indonesia bekerja di sana bersama dengan orang Vietnam dan Jepang yang postur tubuhnya dianggap ideal untuk masuk ke terowongan bawah tanah tambang krom.

Kloter terakhir adalah dirinya pada tahun 1970 yang merupakan tahun terakhir kalinya kedatangan orang Indonesia dengan sistem kontrak.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com