Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Satu Abad Menkeu Sjafruddin Prawiranegara...

Kompas.com - 01/03/2011, 03:18 WIB

Banyak orang mungkin lebih mengenal Sjafruddin Prawiranegara sebagai tokok politik kemerdekaan Indonesia. Padahal, pria kelahiran Serang, Banten, 28 Februari 1911, ini adalah menteri keuangan pertama negeri ini.

Hal itu mengemuka dalam kegiatan Peringatan Satu Abad Sjafruddin Prawiranegara (1911-2011) di Kantor Bank Indonesia (BI) Jakarta, Senin (28/2). Kegiatan yang disertai acara peluncuran buku Biografi Mr Sjafruddin Prawiranegara, Presiden/Ketua PDRI (Pemerintah Darurat Republik Indonesia) itu dihadiri Wakil Presiden Boediono.

Ketua panitia Peringatan Satu Abad Sjafruddin Prawiranegara, AM Fatwa, berpendapat, pemerintah perlu mempertimbangkan pemberian gelar pahlawan nasional kepada almarhum dengan mempertimbangkan kiprahnya dalam bidang ekonomi, politik, dan sosial.

Boediono menilai kegiatan peringatan seabad Sjafruddin ini sangat penting untuk mengangkat kembali sosok dan kiprah Sjafruddin Prawiranegara. Sebagai tokoh penting di era kemerdekaan, masih banyak peran penting almarhum yang tidak tercatat dalam dokumentasi sejarah. Padahal, kiprah dan jasanya dalam berbagai bidang, khususnya ekonomi dan politik, perlu diangkat, diperkenalkan, dan diambil sisi positifnya.

Dari catatan biografi, Sjafruddin pernah menjabat Presiden/Ketua Pemerintahan Darurat RI (PDRI) merangkap Menteri Pertahanan serta Menteri Penerangan dan Urusan Luar Negeri saat pemerintahan RI di Yogyakarta dikuasai Belanda setelah agresi militer kedua (19 Desember 1948). Saat itu Presiden Soekarno bersama Wakil Presiden Mohammad Hatta diasingkan ke Bangka.

”Gunting Sjafruddin”

Selama era kemerdekaan, Sjafruddin pernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri, Menteri Keuangan, dan Menteri Kemakmuran. Ia menjadi Wakil PM tahun 1946, Menteri Keuangan yang pertama tahun 1946, dan Menteri Kemakmuran tahun 1947. Saat menjabat sebagai Menteri Kemakmuran, terjadi agresi militer Belanda kedua. Agresi ini mengakibatkan pembentukan PDRI di Sumatera.

Seusai menyerahkan kembali kekuasaan PDRI, ia menjabat sebagai Wakil PM tahun 1949, kemudian Menteri Keuangan tahun 1949-1950. Selaku Menteri Keuangan dalam Kabinet Hatta, Maret 1950 ia memotong uang bernilai Rp 5 lebih hingga separuh. Kebijakan moneternya dikritik dan dikenal dengan julukan ”Gunting Sjafruddin”.

Sjafruddin menjadi Gubernur Bank Sentral Indonesia yang pertama tahun 1951. Sebelumnya, ia adalah Presiden Direktur Javasche Bank yang terakhir, kelak menjadi Bank Sentral Indonesia. Ia menulis buku Sejarah Moneter dibantu Oei Beng To, Direktur Utama Lembaga Keuangan Indonesia.

Memasuki masa tuanya, ia menjadi seorang mubalig. Namun, tokoh Partai Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia) ini kerap dilarang berkhotbah. Juni 1985, ia diperiksa karena isinya khotbahnya yang keras, di Tanjung Priok, Jakarta. Beliau meninggal dunia, 15 Februari 1989 di Jakarta. (ONI/WHY)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com