Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siapa Berani Tendang Golkar?

Kompas.com - 26/02/2011, 03:20 WIB

Rabu (23/2) sekitar pukul 16.30. Sambil berbincang santai, Ketua Partai Golkar Priyo Budi Santoso dan Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR Ja’far Hafsah keluar bersama dari gedung Nusantara III, kompleks MPR/DPR/DPD.

Setelah menyapa sejumlah wartawan, Priyo dan Ja’far lalu naik mobil dinas Priyo sebagai Wakil Ketua DPR, Toyota Crown Royal Saloon bernomor polisi B 1732 RFS. Mereka duduk bersebelahan di belakang sopir.

Satu jam kemudian mereka berdua muncul dalam siaran langsung di sebuah stasiun televisi swasta, membicarakan wacana perombakan kabinet dan kemungkinan dikeluarkannya Partai Golkar dan Partai Keadilan Sejahtera dari Sekretariat Gabungan (Setgab) Koalisi Pendukung Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Kurang dari 24 jam sebelumnya, di Rapat Paripurna DPR, Golkar dan PKS telah berbeda pendapat dengan empat partai anggota Setgab lain, yaitu Partai Demokrat, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Fraksi Golkar dan Fraksi PKS, bersama Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Fraksi Partai Hati Nurani Rakyat, dan dua anggota Fraksi PKB, mendukung adanya hak angket mafia pajak. Namun, dukungan itu kandas.

Meski berbeda pendapat dengan Partai Demokrat, Priyo menegaskan, Golkar tidak akan keluar dari Setgab dan juga kabinet. ”Akan tetapi, terserah kepada Presiden Yudhoyono jika ingin mengeluarkan Golkar dari kabinet. Namun, tentu ada hitung-hitungannya,” kata Priyo.

Sekretaris Jenderal PKS Anis Matta bahkan meyakini, sikap partainya yang mendukung hak angket mafia pajak tidak akan berakibat dikeluarkan dari koalisi dan kabinet.

Padahal, sejumlah petinggi Partai Demokrat resah oleh sikap Golkar dan PKS. Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum bahkan menuturkan, jika ada, anggota koalisi yang terus-menerus berbeda dengan sikap koalisi pantas untuk diikhlaskan, keluar dari koalisi.

Selain berbeda dalam hak angket mafia pajak, perbedaan sikap Partai Golkar dan PKS dengan Partai Demokrat juga terjadi dalam hak angket Bank Century pada akhir tahun 2009 dan awal 2010.

Bagi (sebagian) parpol di Indonesia, posisi di kabinet amat penting. Misalnya, konsolidasi politik lebih mudah dilakukan jika ada di kabinet.

Informasi yang dihimpun Kompas, elite Partai Demokrat telah menyepakati sikap yang akan diambil untuk Partai Golkar dan PKS. Mereka sepakat mengeluarkan PKS dari koalisi karena dianggap telah melanggar etika koalisi. Dukungan PKS terhadap hak angket mafia pajak tidak dapat dipahami oleh Partai Demokrat. PKS juga tidak ”pamit” saat berbeda pendapat dengan Partai Demokrat.

”Kami dapat memahami jika Partai Golkar mendukung hak angket mafia pajak karena itu untuk membersihkan citra Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie, yang selama ini sering dikaitkan dengan mafia pajak. Saat akan mendukung hak angket ini, mereka juga telah pamit kepada kami,” kata seorang petinggi Partai Demokrat.

Dengan pertimbangan ini, Partai Golkar tetap akan dipertahankan di Setgab. Bahkan, menteri mereka di kabinet rencananya ditambah dari tiga menjadi empat orang. Jika kemudian Partai Gerindra dan PDI-P bersedia masuk kabinet, hampir pasti PKS dikeluarkan.

Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Marzuki Alie mengaku sudah menyampaikan semua hal terkait dinamika koalisi kepada Yudhoyono selaku Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat. ”Pada akhirnya, Ketua Dewan Pembina yang akan mengambil keputusan dan menentukan sikap bagaimana nasib koalisi ke depan,” kata Marzuki.

Sekretaris Fraksi PPP Romahurmuziy menilai amat wajar jika Partai Demokrat memiliki ”timbangan” yang berbeda saat melihat Partai Golkar dan PKS. Amat sulit bagi Partai Demokrat mengeluarkan Partai Golkar dari koalisi meskipun Partai Gerindra dan PDI-P masuk menjadi anggota koalisi.

”Presiden Yudhoyono punya hubungan yang amat dekat dengan Aburizal Bakrie. Golkar juga memiliki semua syarat untuk menjadi partai yang kuat, seperti tak kesulitan dalam modal, politisi yang andal, serta jaringan yang luas dan rapi hingga daerah. Akibatnya, amat riskan jika Golkar sampai dikeluarkan dari kabinet,” tutur dia.

Romahurmuziy menuturkan, dinamika hubungan antara Golkar dan Demokrat selama ini merupakan bagian dari bentuk hubungan kedua partai itu yang mirip film kartun untuk anak-anak, Tom and Jerry. ”Mereka saling intip dan kejar. Namun, akhirnya, mereka juga yang makan keju bersama,” tutur dia.

Jadi, siapa berani menendang Golkar? (M Hernowo)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com