Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini 4 Kesimpulan Sementara Komnas HAM

Kompas.com - 23/02/2011, 12:49 WIB

KOMPAS.com — Komnas Hak Asasi Manusia menyampaikan empat butir kesimpulan sementara dari investigasi Komnas HAM terhadap insiden bentrokan warga dengan pengikut Ahmadiyah di Cikeusik, Pandeglang, Banten, yang terjadi pada Minggu (6/2/2011).

Kesimpulan sementara tersebut dibacakan Wakil Ketua Komnas HAM Nurcholis dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VIII DPR, di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (23/2/2011).

"Pemantauan sudah dilakukan, datangi lokasi, ketemu dengan korban, pejabat daerah, dan membuat laporan awal. Tim juga menelaah video dari berbagai sumber dan mengkaji dari aspek pelanggaran HAM nya." kata Nurcholis.

Dikatakannya, poin pertama kesimpulan sementara, Komnas HAM menduga, massa yang mendatangi rumah Suparman, anggota Ahmadiyah di Umbulan, terorganisasi dan terencana.

Kedua, pihak Kepolisian diduga tidak mampu mengantisipasi kedatangan massa dalam jumlah besar tersebut. Ketiga, kata Nurcholis, diduga pemicu bentrokan adalah warga dari luar Cikeusik, bukan dari warga sekitar. Dan keempat, Komnas HAM menduga adanya pelanggaran empat hak asasi manusia akibat bentrokan tersebut.

"Hak hidup, hak beragama dan beribadah, hak memperoleh rasa aman, dan hak melindungi milik pribadi," kata Nurcholis.

Kesimpulan sementara Komnas HAM itu, tambah Nurcholis, akan dilengkapi dengan keterangan saksi dan bukti. Komnas HAM akan kembali memanggil pihak kepolisian dan aparat pemerintah daerah yang terkait dengan bentrokan.

Menurut Nurcholis, sebelumnya Komnas HAM telah memanggil Camat Cikeusik, mantan Kapolres Pandeglang Ajun Komisaris Besar Alex Fauzi Rasyad, dan mantan Kapolda Banten Brigadir Jenderal (Pol) Agus Kusnadi. Namun, ketiganya tidak dapat hadir.

"Kapolres kasih surat resmi, tidak bisa datang karena alasan kesehatan terkait pemeriksaan internal Mabes Polri. Pemanggilan tahap II dilakukan hari ini, yang dijdwalkan hadir Senin atau Selasa depan," paparnya.

Nurcholis juga menjelaskan, tim investigasi Komnas HAM akan berfokus pada kronologis kejadian yang sebenarnya dan peran negara terkait bentrokan warga dan pengikut Ahmadiyah di Cikeusik.

"Kejadian sebenarnya seperti apa, kita melihat ada indikasi terorganisir dan terencana untuk menilai di mana peran negara. Apakah peran negara dari sipil (pemda dan kepolisian) ada," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

    Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

    Nasional
    Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

    Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

    Nasional
    “Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

    “Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

    Nasional
    Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

    Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

    Nasional
    Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

    Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

    Nasional
    Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

    Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

    Nasional
    Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

    Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

    [POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

    Nasional
    Kualitas Menteri Syahrul...

    Kualitas Menteri Syahrul...

    Nasional
    Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

    Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

    Nasional
    Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

    Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

    Nasional
    Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

    Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

    Nasional
    Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

    Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

    Nasional
    Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

    Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com