Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Solidaritas Antaragama Pun Terus Tumbuh...

Kompas.com - 10/02/2011, 03:21 WIB

Aksi massa yang membakar dan merusak tiga gereja serta beberapa mobil dan sepeda motor di pusat kota Temanggung, Jawa Tengah, Selasa (8/2), makin mengusik kerukunan antarumat beragama di Tanah Air.

Namun, peristiwa yang menghadirkan ketakutan di masyarakat Temanggung itu juga menghadirkan solidaritas antarwarga ataupun antaragama.

Uluran tangan dan dukungan pun berdatangan. Gerakan Pemuda (GP) Ansor, misalnya. Sehari setelah kerusuhan di Temanggung, Rabu, Ketua Umum Pimpinan Pusat GP Ansor Nusron Wahid bersama rombongan langsung mendatangi gereja-gereja yang diserbu massa. Selain memberikan dukungan moral, GP Ansor juga menawarkan tenaga anggota Ansor untuk membantu memperbaiki gereja yang dirusak massa.

Mereka juga menyatakan siap membantu mengamankan semua gereja di Kabupaten Temanggung. Berapa pun jumlah personel yang diminta, mereka siap. Bahkan, Nusron menegaskan, organisasinya siap dikontak kapan saja oleh gereja. ”Di wilayah Kedu saja kami memiliki puluhan ribu personel. Semua siap membantu kapan saja,” ujarnya.

Saat berkunjung ke Gereja Katolik Santo Petrus dan Paulus, Nusron yang datang dengan mengenakan peci langsung berdialog dengan Romo Sulistyo MSF, romo paroki Gereja Santo Petrus dan Paulus. Tanpa canggung, ia melihat kerusakan hingga ke bagian sekitar altar dan menyalami umat.

Dalam kesempatan itu Nusron mengatakan, pihaknya sudah sepakat dengan gereja untuk bersama-sama mengamankan kebebasan beragama dan memberikan edukasi tentang harmonisasi kebebasan beragama kepada publik. Hal ini untuk mengajari masyarakat agar tidak menganggap perbedaan sebagai alasan untuk bermusuhan.

Nusron mengecam keras aksi kerusuhan yang terjadi pada Selasa lalu. ”Aksi kerusuhan itu biadab, tidak layak dilakukan oleh manusia, apalagi di bumi Indonesia yang sejak dulu menjunjung tinggi etika,” ujarnya.

Di kalangan masyarakat Temanggung, aksi massa yang merusak dan membakar tiga gereja, meski menakutkan, justru makin meneguhkan rasa persaudaraan mereka. Hal itu seperti yang ditunjukkan masyarakat di sekitar Gereja Pantekosta di Indonesia di Jalan S Parman, Temanggung.

”Gereja Pantekosta termasuk dalam wilayah kampung kami. Mengusik gereja sama saja seperti mengusik salah satu tetangga, dan mengganggu ketenangan di sini. Kami harus siap membantu jika terjadi apa-apa di sana,” ujar Angga, tokoh pemuda di Kampung Butuh, Kelurahan Butuh, Kecamatan Temanggung.

Karena merasa gereja tersebut adalah ”tetangga” satu kampung, warga Kampung Butuh pun tidak tinggal diam ketika gereja mulai diserang ratusan orang, dan nyawa tujuh jemaat di dalamnya terancam. Begitu mendengar keributan dan suara minta tolong dari dalam gereja, warga pun langsung memanjat tembok belakang gereja setinggi 2 meter, mengevakuasi umat yang masih berada dalam rumah pendeta, dan membimbing mereka keluar dengan menggunakan tangga yang dibawa warga dan dipasang di tembok.

Sebagian warga lainnya membawa air menggunakan ember, kemudian menyiram api yang membakar mobil, sepeda motor, pintu depan, dan sebagian ruangan di Gereja Pantekosta di Temanggung. Padahal, saat itu, sebagian massa masih berada di halaman depan gereja.

”Sebenarnya kami juga takut, khawatir kalau di sana bertemu massa. Namun, tentu saja, kami tidak mungkin tega membiarkan orang lain terjebak, terancam dihajar massa di dalam gereja,” ujar Sardiyono, warga lainnya.

Melihat tujuh jemaat Gereja Pantekosta di Temanggung yang gemetar ketakutan, warga pun segera menolong dan membawa ke rumah salah seorang warga, Prapto Basuki.

Sardiyono, yang beragama Islam, mengatakan, tindakan penyelamatan tersebut dilakukan sebagai bentuk spontanitas warga menolong ”tetangganya” yang kesusahan. Karena, menurut dia, Kampung Butuh tidak pernah mempersoalkan perbedaan agama karena warga kampung terdiri atas beragam agama.

Antisipasi kerusuhan

Pasca-kerusuhan tersebut, pemimpin Pondok Pesantren Al Munawar, Temanggung, KH Amin Wastoni mengatakan, untuk mengantisipasi agar kejadian yang sama tidak terulang, setiap organisasi kemasyarakatan dan ulama harus segera mengendalikan umatnya agar jangan sampai terpancing emosi yang akhirnya merugikan diri sendiri.

”Sebagai seorang Muslim, kita tidak perlu membela agama dengan mengikuti aliran garis keras, dan melakukan hal-hal yang menyakiti mereka yang berbeda agama,” ujarnya.

Saat terjadi kerusuhan, Amin meminta anaknya, Sholahudin, untuk mengecek kerumunan massa dengan tujuan mengajak pulang santri jika ada di antara santri Pondok Pesantren Al Munawar terlibat di sana.

Prawoto, anggota Forum Kerukunan Umat Beragama Kabupaten Temanggung, mengatakan, kerusuhan atas nama agama pada Selasa lalu sungguh berbeda dengan kultur kerukunan beragama di Kabupaten Temanggung, yang sudah berlangsung begitu lama selama ini.

”Sudah saatnya Pemerintah Kabupaten Temanggung memberikan testimoni tentang kultur kehidupan di Kabupaten Temanggung. Saya tidak percaya kerusuhan pada Selasa kemarin dilakukan oleh warga Temanggung,” ujarnya.

Sementara itu, umat Katolik di Gereja Santo Petrus dan Paulus juga menegaskan, selama ini tidak pernah ada masalah antara umat Katolik dan umat Islam di Kabupaten Temanggung.

Agung, salah seorang umat, mengatakan, dengan warga Nahdlatul Ulama dan GP Ansor misalnya, umat kerap kali bekerja sama, meminta bantuan mereka untuk mengamankan misa Natal dan Paskah, serta mengundang anggota dua organisasi tersebut untuk hadir pada perayaan ulang tahun Gereja Santo Petrus dan Paulus.

Bupati Temanggung Hasyim Afandi menyatakan prihatin dengan adanya kerusuhan yang berawal dari ketidakpuasan massa atas putusan hakim dalam sidang kasus dugaan penistaan agama tersebut. ”Kami hanya terkena imbas buruknya, yaitu ketakutan warga, lumpuhnya aktivitas masyarakat, dan rusaknya tiga gereja,” ujarnya.(EGI/WHO/SON/WEN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com