Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Informasi Kesehatan di Internet

Kompas.com - 13/12/2010, 06:55 WIB

Saya termasuk orang yang rajin mengikuti perkembangan informasi kesehatan melalui internet. Saya tertarik pada obat-obat baru karena obat baru tersebut memberi harapan yang lebih baik. Banyak obat kanker, obat HIV tampaknya akan memberikan hasil yang lebih baik di masa depan.

Namun, ketika saya bertanya ke dokter keluarga , sebagian besar informasi yang saya peroleh dianggap kurang tepat, bahkan dia juga menganjurkan saya berhati-hati karena tidak semua informasi kesehatan yang tersedia di internet itu berasal dari sumber yang dapat dipercaya dan obyektif. Dia mengingatkan agar saya hanya menggunakan obat yang sudah diakui manfaatnya melalui penelitian yang dilakukan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM). Menurut beliau, negara yang sedang berkembang sering dijadikan pasar untuk produk (termasuk obat) yang belum jelas manfaatnya. Padahal, produk tersebut di negara produsen sendiri tak boleh digunakan.

Memang tak mudah untuk memilih informasi yang dapat dipercaya dan mengabaikan informasi yang kurang tepat. Namun, menurut saya , dokter juga perlu mengikuti informasi obat terbaru sehingga dapat memberikan nasihat kepada pasiennya. Tampaknya kalangan kedokteran di negeri kita serta pihak berwenang kurang cepat dalam menyesuaikan diri dengan perkembangan kedokteran terbaru di negara maju.

Saya pernah membaca tentang vaksinasi HIV yang dilakukan di luar negeri. Namun, jika ditanyakan kepada dokter di Indonesia, maka jawabnya belum ada vaksin yang efektif. Apakah dokter di Indonesia (sempat) mengikuti perkembangan terapi yang terjadi di luar negeri sehingga dapat memanfaatkannya untuk masyarakat kita. Mudah-mudahan penggunaan obat baru tersebut dapat mengurangi keinginan sebagian anggota masyarakat berobat ke luar negeri.

M di B

Kemajuan dalam ilmu dan teknologi kedokteran berjalan cepat. Kita telah menikmati kemajuan tersebut yang dimanfaatkan untuk ketepatan diagnosis ataupun pengobatan penyakit. Di negeri kita telah tersedia cukup banyak alat, CT Scan misalnya. Alat ini mahal, tetapi karena kebutuhan tinggi, alat ini telah tersedia di beberapa kota besar di negeri kita.

Di Jakarta bahkan tersedia alat baru namanya PET Scan yang digunakan terutama untuk menunjang diagnosis kanker. Harga alat mahal sehingga biaya pemeriksaan juga mahal. Namun, ada rumah sakit yang bersedia melakukan investasi membeli alat tersebut. Ini menunjukkan bahwa rumah sakit kita sebenarnya cukup cepat dalam mengadakan alat baru. Persoalannya adalah apakah benar alat tersebut sudah benar dibutuhkan? Apakah alat baru tersebut lebih unggul daripada alat lama? Jika jawabannya ya, sudah tentu alat tersebut bermanfaat.

Pemerintah mempunyai suatu tim yang mengkaji alat-alat kedokteran dan cara terapi baru. Kajian tersebut akan disampaikan kepada Kementerian Kesehatan untuk menjadi bahan pertimbangan dalam izin pengadaan alat baru.

POM

Untuk obat, pengadaan obat memang berada di bawah pengawasan Badan POM. Badan inilah yang bertanggung jawab untuk memberikan izin pengadaan obat dan mengawasi obat tersebut di negeri kita. Setiap obat yang digunakan di Indonesia harus diregistrasi di Badan POM. Dalam proses registrasi ini Badan POM akan mengkaji manfaat dan keamanannya, dan jika perlu melakukan pengujian. Semuanya ini dilakukan untuk menjaga agar masyarakat dapat terlindung dari obat yang tak jelas manfaatnya dan efek samping yang berbahaya.

Kita bersyukur Badan POM kita termasuk Badan POM yang dianggap baik kinerjanya di kawasan ASIA. Cukup banyak teman-teman dari negara lain yang berkunjung ke Badan POM kita, dan WHO juga beberapa kali pernah mengadakan pelatihan di Indonesia dengan peserta dari mancanegara.

Badan POM digunakan sebagai tempat pelatihan. Jadi, untuk menggunakan obat baru, kita tidak begitu saja mengimpor obat tersebut lalu digunakan seperti barang dagangan lain. Untuk obat dan makanan, diperlukan prosedur yang menjamin keamanan untuk masyarakat.

Berita di media termasuk internet memang sering menarik perhatian karena menginformasikan berbagai penelitian yang dilakukan di pusat-pusat penelitian di dunia. Namun, diperlukan waktu yang cukup lama untuk obat tersebut dapat diguankan di masyarakat. Untuk menetapkan manfaat dan keamanan dilakukan beberapa tahap pengujian sebelum dapat disimpulkan benar-benar aman.

Kita masih ingat banyaknya bayi thalidomid, yaitu bayi yang lahir cacat pada penggunaan obat thalidomid pada perempuan hamil di dunia sekitar tahun 1960. Kejadian tersebut tentu kita harapkan tak berulang kembali.

Dokter harus mengikuti perkembangan kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran karena dokter dalam menjalankan layanan kedokteran perlu menerapkan ilmu kedokteran yang berdasarkan bukti. Dokter mengikuti perkembangan tersebut melalui jurnal ilmiah kedokteran baik yang dicetak maupun melalui elektronik dan dalam melakukan praktik kedokteran mempertimbangkan berbagai penelitian dan bukti temuan baru.

Vaksin HIV

Mengenai vaksin HIV sudah tentu kalangan kedokteran di Indonesia juga mengikutinya. Penelitian lapangan vaksin HIV yang pernah dilakukan di Thailand sebenarnya amat kita tunggu, tetapi hasilnya baru menunjukkan bahwa kelompok yang menggunakan vaksin HIV hanya mendapat perlindungan sekitar 32 persen dibandingkan dengan kontrol. Angka perlindungan ini masih dianggap rendah sehingga vaksin masih harus di sempurnakan.

Di Institut Virologi dan Kanker Biologi Universitas Indonesia, para peneliti Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sedang mengembangkan vaksin influenza (H5N1), demam berdarah dengue (DBD), serta HIV dengan menggunakan virus yang berasal dari Indonesia. Ini menunjukkan bahwa para dokter dan peneliti kita bukan hanya sebagai penonton dan konsumen kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran, tetapi juga berperan aktif dalam mendorong kemajuan tersebut.

Memang tak mudah memilah informasi yang dapat dipercaya melalui internet. Anda dapat mencoba membuka informasi dari sumber-sumber WHO, Kementerian Kesehatan, situs profesi kedokteran serta universitas. Memang kita juga perlu hati-hati terhadap informasi yang disampaikan pihak-pihak untuk memperoleh keuntungan komersial.

 

Dr Samsuridjal Djauzi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com