Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aksi Para Ibu Melawan Kemiskinan

Kompas.com - 28/09/2010, 03:17 WIB

 Indira Permanasari

Bau tajam bagai mengambang dari dus-dus besar di teras rumah Siti Ria (43) di pesisir Riung, Ngada, Nusa Tenggara Timur. Di dalam dus-dus itu, berbagai jenis ikan asin seolah berdesakan memenuhi ruang yang sempit dan pengap.

Tumpukan ikan asin itu tak begitu lama ”parkir” di teras rumah Ria. Beberapa hari kemudian, Ria dan enam perempuan temannya sudah bergerak dari desa ke desa, menjajakan dagangan mereka itu ke sejumlah tempat.

Menaiki truk pengangkut ikan sewaan, saat warga desa lain lelap dalam tidurnya, pukul dua dini hari para perempuan itu duduk di bak terbuka, melaju ke pasar untuk berdagang. Kali ini, Pasar Manggarai, Soa, dan Riung menjadi sasaran.

”Pukul 6.00 pagi sudah mulai duduk jual ikan di pasar. Kami beli ikan 1 kilogram sekitar Rp 15.000 dan dijual sekilo Rp 16.000. Untungnya memang sedikit karena banyak pesaing di pasar. Sekali belanja bergantung modal. Kalau ada uang Rp 50 juta, bisa 4-5 ton. Tidak bisa hanya ambil satu macam ikan, harus beda-beda,” ujar Siti Ria menceritakan kesibukannya.

Tak jarang mereka terpaksa menginap di pasar. ”Biar bapak- bapak sesekali jaga anak dan masak di rumah. Ibu-ibu yang jalan,” kata Rosmawati (39) yang ikut berjualan.

Awalnya hanya Siti Ria yang berjualan ikan asin, itu pun kecil-kecilan. Namun, dengan cara itu, modal kurang berkembang dan biasanya harga baru bisa murah jika membeli ikan dalam jumlah besar.

Begitu mendengar tentang Program Simpan Pinjam Perempuan di bawah payung besar Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Pedesaan, tahun 2007, Siti Ria lalu mengajak teman-temannya membuat usaha bersama: jual- beli ikan dan simpan pinjam di bawah nama Kelompok Wisata Bahari. Awalnya kelompok itu mendapat pinjaman Rp 10 juta dan bisa melunasinya. Pada pinjaman ketiga, mereka mengelola pinjaman Rp 50 juta.

Mereka lalu berbagi tugas: ada yang bertindak sebagai ketua, sekretaris, bendahara, pemasaran, dan seksi humas. ”Kalau bersama, bisa patungan modal dan keuntungan bisa lebih besar,” ujar Siti yang didaulat sebagai ketua kelompok ini.

Di desa lain, suara irama benturan mesin tenun sayup-sayup terdengar. Di balik alat tenun sederhana yang penuh jalinan benang berwarna-warni, duduk sejumlah perempuan desa.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com