Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemacetan dan Angkutan Massal di Malang...

Kompas.com - 17/09/2010, 11:04 WIB

Oleh Dahlia Irawati 

Setiap Lebaran tiba, pemerintah pusat dan pemerintah daerah selalu sibuk dengan upaya mengatasi kemacetan lalu lintas dan mengatur peningkatan arus lalu lintas. Namun, pernahkah terpikirkan bahwa segala persoalan itu sebenarnya jawabannya hanya satu, yaitu membenahi sistem transportasi massal?

Pertanyaan itu selalu saja berputar dalam pikiran Willy Aprillianto, aktivis dan penggiat komunitas pencinta dan pelestari kereta api dari Indonesian Railway Preservation Society asal Malang.

"Kenapa pemerintah termasuk pemerintah daerah tidak memprioritaskan angkutan massal seperti kereta api? Padahal, angkutan massal seperti ini selain hemat bahan bakar minyak (BBM), memperkecil tingkat pencemaran bahan bakar karena kendaraan bisa diminimalkan, dan tentu mengurangi subsidi bahan bakar untuk transportasi," ujar Willy, beberapa waktu lalu di Malang.

Hal senada diutarakan Endiarto 'Totok' Wijaya, pengamat dan pencinta trem Malang usai menyusuri sejumlah stasiun trem kuno di Malang, Kamis (16/9). Trem adalah angkutan jarak dekat semacam kereta api. Berbeda dengan kereta api yang melayani jalur panjang.

Dalam sejarahnya, Malang tercatat pernah menjadi salah satu kota penting dalam hal transportasi menggunakan kereta api dan trem. Buktinya, era kolonial dahulu Malang pernah menjadi satu kawasan kantor inspeksi tersendiri, yaitu kantor inspeksi X. Kantor inspeksi tersebut saat ini lebih dikenal sebagai daerah operasi (daop).

"Dua stasiun trem di Malang, yaitu Jagalan dan Blimbing, masing-masing dibangun tahun 1897 dan 1879. Artinya, pembangunan sistem transportasi ini mendahului keberadaan Kota Malang. Tapi kenapa belakangan perkembangan Kota Malang ini justru tidak memanfaatkan sistem transportasi massal yang sudah ada, tapi justru menggusurnya?" ujar Totok. Menyisakan bekas kejayaan

Kondisi Stasiun Trem Jagalan cukup memprihatinkan. Stasiun yang hingga kini masih difungsikan sebagai lokasi lansir KA BBM menuju depo pertamina hanya menyisakan bekas-bekas kejayaan masa lalu. Bahkan kantor Stoomtram Maatschappij (MS) yang merupakan perusahaan swasta pengelola trem era Belanda pun sudah dipugar, berganti menjadi lokasi tumpukan sampah dan benda-benda rongsokan di sekitar pasar barang bekas Comboran, Malang.

"Mungkin kalau tidak dimanfaatkan menjadi lokasi lansir KA BBM, bisa jadi bekas stasiun trem pun tidak akan terlihat dan berganti dengan permukiman penduduk secara keseluruhan," ujar Totok. Di Stasiun Trem Blimbing kondisinya jauh lebih baik karena bekas stasiun hingga kini masih menjadi aset PT KA. Bekas stasiun trem itu kini dijadikan rumah milik PT KA.

Pairin (86), juru rawat jalan trem tahun 1948 yang menghuni salah satu rumah bekas stasiun trem itu mengatakan bahwa saat itu trem pernah menjadi angkutan barang dan orang yang cukup efektif. Sujatno (85), pensiunan Kepala Stasiun Trem Tumpang, menegaskan, kala itu trem menjadi angkutan orang dan barang yang cukup efektif. Mulai untuk mengangkut sayur-mayur, seperti kelapa, kentang, dan sebagainya, juga untuk membawa arang yang hendak dibawa ke kota.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com