Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Susuri Jejak sejak April...

Kompas.com - 10/08/2010, 08:36 WIB

Oleh: Sarie Febriane *

KOMPAS.com — Penangkapan Abu Bakar Ba’asyir, amir markaziyah atau pemimpin utama Jamaah Ansharut Tauhid atau JAT, sebenarnya bukan hal yang mengejutkan. Isu rencana penangkapan Ba’asyir sudah beredar sejak polisi membongkar kamp pelatihan militer di Aceh Besar pada Februari atau enam bulan lalu.

Wartawan yang bertugas di Mabes Polri mendengar rencana itu sejak tiga bulan lalu. Namun, wartawan tak kunjung memperoleh kepastian kapan rencana itu terlaksana. Atensi media terhadap rencana itu akhirnya menyurut seiring munculnya berbagai masalah yang mempertaruhkan kredibilitas Polri. Tak heran, ketika akhirnya rencana itu terlaksana, Senin (9/8/2010), skeptisme dan sinisme pun menyeruak.

Berdasarkan catatan Kompas, rencana penangkapan Ba’asyir kian santer saat polisi menggerebek Sekretariat JAT di Pejaten, Jakarta Selatan, pada 6 Mei 2010. Saat itu 12 orang ditangkap, termasuk pengurus JAT. Operasi dilanjutkan pada 13-14 Mei 2010 dengan penangkapan tersangka Maulana dan kawan-kawan di Cawang, Jakarta Timur, Bekasi, dan Cikampek. Ketika itu, Ba’asyir menyesalkan Polri menangkap pengurus JAT (Kompas, 8 Mei).

Informasi yang dihimpun di Detasemen Antiteror dan Satgas Antiteror Mabes Polri mengungkapkan, polisi memiliki bukti permulaan yang cukup soal dugaan keterlibatan Ba’asyir sebenarnya sejak April 2010. Namun, hal itu baru berdasarkan kesaksian dari tersangka yang ditangkap di Aceh dan Sumatera Utara, Februari-Maret 2010.

Salah satu kesaksian soal keterlibatan Ba’asyir berasal dari Luthfi Haedaroh alias Ubeid, yang dekat dengan Ba’asyir. Ubeid adalah satu dari enam tersangka terorisme yang ditangkap di Medan, Sumatera Utara, pada 12 April 2010. Ubeid juga bekas narapidana terorisme yang pernah ditangkap polisi pada 26 Juli 2004 karena menyembunyikan Noordin M Top dan Azahari Husin.

Berdasarkan informasi di kepolisian, sejauh ini penyidik memiliki lebih dari lima saksi kunci yang mengonfirmasi keterlibatan Ba’asyir, khususnya dalam penggalangan dana pendirian kamp pelatihan di Aceh. Namun, saksi saja tak cukup. Selama tiga bulan terakhir, polisi menelusuri bukti dari kesaksian itu, yakni data aliran uang dan bukti digital. Semua bukti itu dicek silang berkali-kali, termasuk dengan para saksi kunci.

Selain Ubeid, saksi kunci keterlibatan Ba’asyir adalah pengurus JAT. Kompas pernah mewawancarai salah satunya, yakni Amir Wilayah JAT Abdul Haris alias Haris Amir Palah, pada Senin dini hari, 17 Mei 2010, di Rumah Tahanan Markas Komando Brimob Kelapa Dua, Depok.

Dalam wawancara itu, Haris terbuka membeberkan ia dan beberapa amir wilayah JAT lainnya pada awal Januari 2010 dimintai oleh Ba’asyir mencari donatur untuk keperluan program fisabilillah. Namun, Ba’asyir tidak merinci maksud dana itu untuk apa. Sudah lazim dalam organisasi, jika amir markaziyah memberikan perintah, anggota tak pantas mempertanyakan. Prinsip yang dipegang anggota adalah sami’na wa ato’na, kami mendengar dan taat.

Seorang donatur yang diperoleh Haris adalah Haryadi Usman, yang sebelum ditangkap pada Mei 2010 baru tujuh bulan bergabung dengan JAT. Menurut Haris, karena hormat kepada Ba’asyir, Haryadi menyerahkan infak Rp 150 juta. Donatur lainnya adalah Syahrir (seorang dokter) dan Abdullah Alkatiri. Dari para donatur terkumpul dana lebih dari Rp 600 juta. Donatur dipertemukan langsung oleh Haris kepada Ba’asyir. Ketika itu, kata Haris, penyerahan uang dilakukan secara tunai dan tidak dicatat dalam pembukuan organisasi JAT.

Merasa dijebak

”Kami merasa dijebak,” ujar Haris. Ia akhirnya memperoleh kejelasan maksud dana itu saat sebagian pengurus JAT, Ba’asyir, dan Ubeid berkumpul di Sekretariat JAT di Pejaten, sekitar Februari 2010, sebelum penggerebekan polisi. Ketika itu, Ubeid memutarkan video aktivitas pelatihan militer di Aceh. Ubeid berkata kepada Ba’asyir, tayangan itu adalah hasil konkret dari pengumpulan dana ketika itu.

Seorang polisi penyidik dari Detasemen Antiteror Polri mengakui, polisi menyadari penuh, Ba’asyir adalah tokoh yang high profile. Dengan begitu, sekalipun ada bukti awal, polisi harus menemukan bukti telak atas dugaan keterlibatannya. Penyidik tak ingin ia lolos lagi.

Polisi dari tim penangkapan Ba’asyir mengungkapkan, penangkapan terhadap Ba’asyir memang diperhitungkan sedemikian rupa demi menghindari dampak buruk. Polisi sengaja menangkap Ba’asyir di luar wilayahnya, yakni Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, tempat pengikutnya terakumulasi. Perjalanan Ba’asyir ke Jawa Barat menjadi momentum bagi polisi untuk mengambilnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
     PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

    PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

    Nasional
    Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

    Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

    Nasional
    LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

    LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

    Nasional
    MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

    MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

    Nasional
    PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

    PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

    Nasional
    Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

    Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

    Nasional
    Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

    Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

    Nasional
    'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

    "Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

    Nasional
    Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

    Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

    Nasional
    Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

    Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

    Nasional
    Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

    Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

    Nasional
    Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

    Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

    Nasional
    PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

    PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

    Nasional
    Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

    Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com