Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Batan Pastikan Cadangan Uranium Papua

Kompas.com - 05/08/2010, 13:20 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Untuk memastikan perkiraan adanya cadangan uranium atau bahan baku nuklir yang besar di Pulau Papua, Badan Tenaga Nuklir Nasional atau Batan akan melakukan survei udara pada pertengahan tahun depan. Hal itu disampaikan Johan Barata selaku Kepala Pusat Pengembangan Geologi Nuklir Batan dalam jumpa pers seminar keselamatan nuklir yang digelar Bapeten di Jakarta, Kamis (5/8/2010).

"2011, kami akan masuk Papua. Kami sudah rencanakan dari dulu mau masuk ke Irian, cuma uangnya seret. Kalau sekarang, ada percepatan dana, suntikan dana," ujar Johan.

Dalam survei tahun depan yang disebut dengan airborne survey itu, Batan akan memantau keberadaan radioaktif melalui udara terhadap kawasan di Papua seluas 500 kilometer persegi yang dipilih berdasarkan kondisi batuannya. "Dipilih daerah yang secara geologi memungkinkan adanya jebakan uranium. Batuannya berhubungan dengan batuan beku asam, dan kondisi lingkungan yang pengendapannya memungkinkan adanya jebakan uranium," ujar Kepala Sub Bidang Geokimia Pusat Pengembangan Geologi Nuklir (PPGN) Batan I Gede Sukadana seusai jumpa pers.

Jika menemukan anomali keberadaan radioaktif, maka Batan akan mengambil sampel dari lokasi tersebut untuk diuji di laboratorium. "Pengambilan lumpur, misalnya, dianlisis di lab. Kalau memang signifikan, kami lakukan prospek sistematis dan kemudian pengeboran terakhir," kata I Gede.

Jika sumber daya uranium di Papua positif, maka, menurut I Gede, penelitian terkait uranium tersebut akan terus dilakukan salah satunya dengan membangun laboratorium pengolahan di sana.

Pulau Papua di Timur Indonesia diperkirakan memiliki cadangan uranium yang besar karena karakteristik batuan di sana yang berumur 600 juta tahun dan memiliki kemiripan dengan batuan Australia Utara. Batuan ini telah diketahui sebelumnya memang memiliki cadangan uranium.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

    Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

    Nasional
    LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

    LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

    Nasional
    MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

    MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

    Nasional
    PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

    PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

    Nasional
    Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

    Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

    Nasional
    Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

    Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

    Nasional
    'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

    "Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

    Nasional
    Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

    Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

    Nasional
    Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

    Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

    Nasional
    Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

    Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

    Nasional
    Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

    Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

    Nasional
    PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

    PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

    Nasional
    Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

    Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

    Nasional
    Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

    Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

    Nasional
    Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

    Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com