Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yusril: Tujuh Menteri Lainnya Mana?

Kompas.com - 13/07/2010, 17:09 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Tersangka dugaan korupsi biaya akses Sistem Administrasi Badan Hukum atau Sisminbakum, Yusril Ihza Mahendra, mempertanyakan pihak Kejaksaan Agung yang baru mempermasalahkan proyek Sisminbakum setelah diresmikan pada Januari 2001.

Yusril mengatakan, proyek itu telah dijalankan oleh tujuh meteri dalam tiga kepemimpinan presiden. "Tujuh kali menteri berganti, tidak pernah itu dibilang korupsi. Saya Menteri Kehakiman pertama yang dikatakan korupsi, yang terus dikejar-kejar. Bagaimana dengan menteri lain?" lontar Yusril di Mabes Polri, Selasa (13/7/2010).

Yusril mengklaim bahwa tidak ada korupsi dalam proyek itu. Menurut dia, saat ia menjabat sebagai Menteri Kehakiman, ada sekitar 40.000 permohonan dari perusahaan yang menunggu pengesahan menjadi badan hukum. "(Semua permohonan itu) tidak dapat dilayani karena sistem manual yang diterapkan saat itu," ungkapnya.

Menurutnya, Indonesia saat itu telah menandatangani perjanjian dengan IMF agar masalah itu harus diselesaikan dalam waktu tiga bulan untuk memulihkan perekonomian. "Tapi tidak bisa dilaksanakan karena tidak ada pos anggaran dalam APBN untuk membangun sistem ini. Sementara itu, sudah ada kesepakatan dengan IMF bahwa itu harus diselesaikan," kata dia.

Selanjutnya, menurut Yusril, Presiden saat itu memberi arahan dalam sidang kabinet agar pihak swasta turut diundang. Setelah ditelaah oleh berbagai departemen, Sisminbakum kemudian menjalani uji coba. "Karena Presiden waktu itu berhalangan, lalu ditunjuk Wakil Presiden, Megawati, untuk resmikan proyek ini. Tidak ada sesuatu yang ditutupi," ujarnya.

"Dari awal ini 100 persen investasi swasta dan tidak ada uang negara digunakan. Proyek, setelah 10 tahun, seluruh aset diserahkan negara. Sekarang kan diputarbalikkan. Saya menduga ada politik di belakang ini ketika PBB tidak punya wakil di DPR kemudian mereka lakukan seenaknya," lontar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Tren Ubah Aturan Hukum demi Menjaga Kekuasaan Diprediksi Bakal Terulang

    Tren Ubah Aturan Hukum demi Menjaga Kekuasaan Diprediksi Bakal Terulang

    Nasional
    Putusan MA Dianggap 'Deal' Agenda Politik Jokowi Jelang Akhir Jabatan

    Putusan MA Dianggap "Deal" Agenda Politik Jokowi Jelang Akhir Jabatan

    Nasional
    Aturan Pengawasan PPNS di RUU Polri Dianggap Hambat Kerja Penyidik KPK hingga Kejagung

    Aturan Pengawasan PPNS di RUU Polri Dianggap Hambat Kerja Penyidik KPK hingga Kejagung

    Nasional
    Tangkap Buron Paling Dicari Thailand, Polri Minta Timbal Balik Dibantu Ringkus Fredy Pratama

    Tangkap Buron Paling Dicari Thailand, Polri Minta Timbal Balik Dibantu Ringkus Fredy Pratama

    Nasional
    Buron Paling Dicari, Chaowalit Thongduang, Bikin Rakyat Thailand Tak Percaya Polisi

    Buron Paling Dicari, Chaowalit Thongduang, Bikin Rakyat Thailand Tak Percaya Polisi

    Nasional
    Pilih Kabur ke Aceh, Chaowalit Buron Nomor 1 Thailand Merasa Mirip Orang Indonesia

    Pilih Kabur ke Aceh, Chaowalit Buron Nomor 1 Thailand Merasa Mirip Orang Indonesia

    Nasional
    37 Warga Makassar yang Ditangkap karena Visa Haji Palsu Ditahan, 3 Diperiksa Kejaksaan

    37 Warga Makassar yang Ditangkap karena Visa Haji Palsu Ditahan, 3 Diperiksa Kejaksaan

    Nasional
    Polisi Periksa 8 WNI Usai Tangkap Chaowalit Si Buron Nomor 1 Thailand, dari Ojol hingga Agen Sewa Kapal

    Polisi Periksa 8 WNI Usai Tangkap Chaowalit Si Buron Nomor 1 Thailand, dari Ojol hingga Agen Sewa Kapal

    Nasional
    7 Bulan Kabur ke Indonesia, Buronan Thailand Nyamar jadi Warga Aceh dan Bikin KTP Palsu

    7 Bulan Kabur ke Indonesia, Buronan Thailand Nyamar jadi Warga Aceh dan Bikin KTP Palsu

    Nasional
    Tak Setuju Perpanjangan Bansos Disebut Cawe-cawe, Dasco: Kecurigaan Tak Beralasan

    Tak Setuju Perpanjangan Bansos Disebut Cawe-cawe, Dasco: Kecurigaan Tak Beralasan

    Nasional
    Tapera Dikhawatirkan Jadi Ladang Korupsi seperti Jiwasraya dan Asabri

    Tapera Dikhawatirkan Jadi Ladang Korupsi seperti Jiwasraya dan Asabri

    Nasional
    Permintaan Otoritas Thailand, Chaowalit Si Buron Nomor 1 Tak Ditampilkan Saat Jumpa Pers

    Permintaan Otoritas Thailand, Chaowalit Si Buron Nomor 1 Tak Ditampilkan Saat Jumpa Pers

    Nasional
    Soal Izin Usaha Tambang untuk Ormas, Menteri LHK: Mereka kan Punya Sayap Bisnis

    Soal Izin Usaha Tambang untuk Ormas, Menteri LHK: Mereka kan Punya Sayap Bisnis

    Nasional
    Bantah Bagi-bagi Kue dengan Izinkan Ormas Kelola Pertambangan, Menteri LHK: Ayo Lihat Dasarnya...

    Bantah Bagi-bagi Kue dengan Izinkan Ormas Kelola Pertambangan, Menteri LHK: Ayo Lihat Dasarnya...

    Nasional
    Kewenangan Polri Blokir-Batasi Akses Internet Dianggap Langgar Hak Mendapat Informasi

    Kewenangan Polri Blokir-Batasi Akses Internet Dianggap Langgar Hak Mendapat Informasi

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com