Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Amien Rais: Muhammadiyah seperti Lebah

Kompas.com - 29/06/2010, 11:53 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Muhammadiyah kedap intervensi sehingga pemerintah akan berpikir berkali-kali jika ingin mengintervensi organisasi tersebut pada Muktamar ke-46 yang menandai seabad Muhammadiyah.

"Saya yakin Muhammadiyah tidak bisa diintervensi. Berdasarkan laporan Ketua Panitia Pemilihan Muktamar Satu Abad Muhammadiyah Rosyad Sholeh, sampai saat ini belum ada indikasi adanya intervensi dari pemerintah," kata Penasihat Pimpinan Pusat Muhammadiyah Amien Rais pada diskusi publik "Kepemimpinan Muhammadiyah dan Kepentingan Partai Politik" di Yogyakarta, Selasa (29/6/2010).

Menurut mantan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) ini, Muhammadiyah seperti lebah. Jika tidak diganggu, akan memberikan madu yang manis, tetapi jika diganggu akan menyengat.

"Saya telah membuat doktrin bahwa Muhammadiyah dan pemerintah itu duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi. Muhammadiyah tidak boleh berkacak pinggang dan tunduk atau takut pada pemerintah, tetapi tetap menjaga jarak dan mempunyai keberanian untuk melakukan koreksi terhadap pemerintah," katanya.

Mantan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) ini mengatakan, Muhammadiyah dan pemerintah harus selalu bekerja sama untuk kebaikan dan ketakwaan, bukan untuk kejahatan dan perbuatan yang tidak baik.

"Dalam hal ini, pimpinan Muhammadiyah memiliki kecerdasan kolektif sehingga tidak ada seseorang yang dapat membawa organisasi tersebut seenaknya sendiri. Berkaitan dengan hal itu, muktamar merupakan penyeimbang Muhammadiyah sehingga posisinya aman hingga kini karena tidak ada Muhammadiyah tandingan," katanya.

Kepala Pusat Studi Muhammadiyah dan Perubahan Sosial Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Asep Purnama Bahtiar mengatakan, keberadaan suatu organisasi tidak bisa lepas dari lingkungan dan konteks yang menjadi ranah dan ruang untuk bergerak, baik berskala lokal, nasional, regional maupun global.

"Oleh karena itu, cara pandang baru dalam ber-Muhammadiyah tidak bisa ditunda. Cara pandang baru itu adalah membangun pemahaman dan kesadaran tentang ber-Muhammadiyah yang utuh dan menyeluruh dengan selalu mempertimbangkan konteks di seputarnya yang tidak statis," katanya.

Menurut dia, pengabaian terhadap berbagai sikap dan tindakan yang tidak patut dalam ber-Muhammadiyah akan melahirkan tradisi buruk di kalangan pimpinan dan warga persyarikatan.

"Selain itu, organisasi juga menjadi berjalan tidak sistemik dan tanpa koordinasi sehingga akan terjadi pembusukan dari dalam. Akibat lebih jauh, energi dan sumber daya persyarikatan akan tersita oleh hal-hal yang tidak produktif dan melelahkan," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com