Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dampak Perubahan Iklim Meluas

Kompas.com - 22/06/2010, 16:55 WIB

SEMARANG, KOMPAS - Dampak dari perubahan iklim akibat pemanasan global semakin meluas di Jawa Tengah. Hal itu ditandai dengan kejadian-kejadian alam yang memiliki intensitas dan frekuensi lebih tinggi dari sebelumnya. Menghadapi berbagai dampak tersebut, diperlukan persiapan dan penanganan serius.

Kepala Badan Lingkungan Hidup Jateng Djoko Sutrisno di Kota Semarang, Senin (21/6), mengatakan, perubahan iklim signifikan terjadi di Jateng selama tiga tahun terakhir. Hal yang paling menonjol adalah pergeseran musim di berbagai daerah yang dampaknya sangat terasa pada sektor pertanian.

"Petani saat ini menjadi sulit memprediksi masa tanam. Cuaca yang berubah-ubah juga mengakibatkan hama wereng merajalela. Tidak hanya sektor pertanian, bencana alam yang terjadi juga semakin banyak," kata Djoko.

Angin puting beliung

Salah satu bencana alam yang semakin sering terjadi adalah angin puting beliung. Frekuensi dan intensitas banjir juga semakin tinggi, terutama tahun lalu. Untuk banjir, tahun ini tidak separah tahun lalu karena curah hujan menyebar.

Selain itu, kata Djoko, dampak perubahan iklim yang terjadi di Jateng antara lain kenaikan muka air laut. Lahan sawah seluas 163 hektar yang ada di Kabupaten Batang, misalnya, telah tergenang air laut. BLH Jateng tengah meneliti sejauh apa air laut berpengaruh terhadap tanaman padi. Jika tidak lagi memungkinkan, lahan itu akan dijadikan areal tambak.

"Mau tidak mau, kita yang harus beradaptasi. Hal utama yang harus dilakukan adalah penanaman kembali daerah-daerah resapan air. Selain itu, di kawasan hutan juga perlu dibuat embung-embung atau tempat penampungan air untuk membantu air meresap ke tanah," katanya.

Dinas Kehutanan Jateng mencatat masih ada 120.000 hektar lahan kritis di Jawa Tengah yang mendesak untuk segera direhabilitasi. Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jateng Sri Puryono menyebutkan, lahan kritis itu menyebar di Kabupaten Wonosobo, Pati, dan Banjarnegara. Luasan lahan kritis itu sudah berkurang dari 1,2 juta hektar pada tahun 2003.

"Kami menargetkan setiap tahun setidaknya 30.000 hektar lahan kritis teratasi. Tahun 2009, luasan yang direhabilitasi mencapai 60.000 hektar," katanya.

Namun, menurut Sri Puryono, kondisi iklim yang berubah mengancam program rehabilitasi itu. (UTI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com