Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dilema Politik Dua Kaki

Kompas.com - 17/06/2010, 10:40 WIB

Oleh: AA GN Ari Dwipayana *

KOMPAS.com - Partai Keadilan Sejahtera bukan partai muda lagi. Dalam 12 tahun usianya, PKS yang awalnya didirikan sebagai Partai Keadilan pada tahun 1998 akan menghadapi dilema pilihan untuk tetap menjadi partai ideologis dengan logika representasi basis pendukung yang kuat atau berkembang menjadi partai elektoralis yang berupaya memburu suara sebanyak mungkin dalam setiap momen elektoral. Dua pilihan yang kadang kala sulit didamaikan.

Dalam wacana akademik, dilema ini dikonseptualisasi sebagai pertarungan dua logika yang selanjutnya memengaruhi perilaku partai antara logika representasi pendukung dan logika kompetisi (Kitschelt:1989). Dalam logika representasi pendukung, tingkah laku partai yang dipengaruhi oleh kepentingan pendukung utamanya. Itu artinya, tingkah laku sebuah partai bisa dimengerti dari kepentingan dan karakteristik pendukung utamanya.

Sementara itu, dalam logika kompetisi, tingkah laku partai yang dipengaruhi oleh keinginan partai untuk memenangi pemilu. Ikatan dengan pendukung menjadi penting sepanjang itu ada hubungannya dengan proses pemenangan pemilu. Ke mana arah pasar pemilih, ke sanalah partai diarahkan.

Pilihan dua logika

PKS tidak terlepas dari pergumulan itu. Pada awalnya, partai ini didirikan dengan logika representasi pendukung, terutama untuk mewadahi aspirasi politik kalangan aktivis gerakan dakwah kampus yang tersebar di kawasan urban.

Sebagai wadah politik gerakan dakwah, tingkah laku partai sangat diwarnai dengan tipe partai massa dengan menekankan pada konsistensi ideologis, membangun organisasi yang kuat dan menggelar sistem kaderisasi yang sistematis. Gerak partai juga disangga oleh basis pendukung utamanya, tentu saja berasal dari kelas menengah santri perkotaan. Dengan penekanan logika representasi ini, Partai Keadilan berhasil memperoleh 1,36 persen popular vote dan 1,51 persen kursi di parlemen nasional dalam Pemilu 1999.

Pasca-Pemilu 1999, terlihat mulai terjadi pergeseran di PKS, dari logika representasi pendukung ke arah logika kompetisi. Ketika persaingan antarpartai yang semakin ketat, di tengah penurunan suara dari partai-partai Islam, PKS muncul dengan wajah baru. Logika pasar politik menjadi sesuatu yang mulai dipertimbangkan. Kemasan mulai dipikirikan. Wajah partai sebagai partai dakwah ”dipoles” disesuaikan dengan ekspektasi dan aspirasi pemilih yang mulai merindukan partai yang bersih, kredibel, dan profesional.

Secara kalkulatif, tentu saja pilihan untuk mengubah citra partai menjadi berbeda merupakan pilihan yang rasional karena pilihan itu akan bisa memperluas basis pendukung. Konsekuensinya, karakter partai ideologis secara perlahan bergeser menjadi partai yang mulai sensitif pada pasar politik dengan cara memoderasi tuntutan transformasi ideologisnya dan mulai berusaha menjangkau pemilih di luar pendukung asalnya.

Ketika PKS lebih menekankan logika kompetisi membuat tipe partai politik mengarah pada tipe partai pemburu suara (vote seeking) atau sering juga disebut tipe catch-all party. Selanjutnya tipe pemburu suara akan berpengaruh pada tingkah laku partai, terutama pada model rekrutmen partai yang cenderung bergerak ke pola survival.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KPK Akan Undang Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta untuk Klarifikasi LHKPN

KPK Akan Undang Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta untuk Klarifikasi LHKPN

Nasional
Dian Andriani Ratna Dewi Jadi Perempuan Pertama Berpangkat Mayjen di TNI AD

Dian Andriani Ratna Dewi Jadi Perempuan Pertama Berpangkat Mayjen di TNI AD

Nasional
Indonesia Kutuk Perusakan Bantuan untuk Palestina oleh Warga Sipil Israel

Indonesia Kutuk Perusakan Bantuan untuk Palestina oleh Warga Sipil Israel

Nasional
Tanggapi Polemik RUU Penyiaran, Gus Imin: Mosok Jurnalisme Hanya Boleh Kutip Omongan Jubir

Tanggapi Polemik RUU Penyiaran, Gus Imin: Mosok Jurnalisme Hanya Boleh Kutip Omongan Jubir

Nasional
KPK Sita Rumah Mewah SYL Seharga Rp 4,5 M di Makassar

KPK Sita Rumah Mewah SYL Seharga Rp 4,5 M di Makassar

Nasional
Sedih Wakil Tersandung Kasus Etik, Ketua KPK: Bukannya Tunjukkan Kerja Pemberantasan Korupsi

Sedih Wakil Tersandung Kasus Etik, Ketua KPK: Bukannya Tunjukkan Kerja Pemberantasan Korupsi

Nasional
Profil Indira Chunda Thita Syahrul, Anak SYL yang Biaya Kecantikan sampai Mobilnya Disebut Ditanggung Kementan

Profil Indira Chunda Thita Syahrul, Anak SYL yang Biaya Kecantikan sampai Mobilnya Disebut Ditanggung Kementan

Nasional
Cak Imin: Larang Investigasi dalam RUU Penyiaran Kebiri Kapasitas Premium Pers

Cak Imin: Larang Investigasi dalam RUU Penyiaran Kebiri Kapasitas Premium Pers

Nasional
Mantan Pegawai Jadi Tersangka, Bea Cukai Dukung Penyelesaian Kasus Impor Gula Ilegal

Mantan Pegawai Jadi Tersangka, Bea Cukai Dukung Penyelesaian Kasus Impor Gula Ilegal

Nasional
Temui Jokowi, GP Ansor Beri Undangan Pelantikan Pengurus dan Bahas Isu Kepemudaan

Temui Jokowi, GP Ansor Beri Undangan Pelantikan Pengurus dan Bahas Isu Kepemudaan

Nasional
Grace Natalie dan Juri Ardiantoro Akan Jalankan Tugas Khusus dari Jokowi

Grace Natalie dan Juri Ardiantoro Akan Jalankan Tugas Khusus dari Jokowi

Nasional
Jadi Saksi Karen Agustiawan, Jusuf Kalla Tiba di Pengadilan Tipikor

Jadi Saksi Karen Agustiawan, Jusuf Kalla Tiba di Pengadilan Tipikor

Nasional
Kasus Korupsi Timah, Kejagung Sita 66 Rekening, 187 Tanah, 16 Mobil, dan 1 SPBU

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Sita 66 Rekening, 187 Tanah, 16 Mobil, dan 1 SPBU

Nasional
Mengganggu Pemerintahan

Mengganggu Pemerintahan

Nasional
Daftar Aliran Uang Kementan kepada 2 Anak SYL, Capai Miliaran Rupiah?

Daftar Aliran Uang Kementan kepada 2 Anak SYL, Capai Miliaran Rupiah?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com