Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyiapkan "Jihad" di Aceh

Kompas.com - 18/03/2010, 07:37 WIB

KOMPAS.com — Awal Januari 2009. Sebuah iklan di koran lokal berisi kisah penindasan di Palestina yang diikuti pendaftaran calon mujahidin membakar semangat Baili (24), santri dari Dayah, pesantren di Blang Pidie, Aceh Barat Daya, Nanggroe Aceh Darussalam.

Anak keenam dari delapan bersaudara dari Desa Alue Bilie, Nagan Raya, ini segera menuju ke Banda Aceh untuk mendaftarkan diri. "Saya ingin membantu Palestina yang ditindas. Tetapi, saya miskin, hanya bisa berjihad dengan tenaga," ujar Baili mengisahkan alasannya mendaftar sebagai relawan ke Palestina yang diprakarsai Front Pembela Islam (FPI) itu.

"Dari 400-an pendaftar dari seluruh Aceh, dipilih 125 orang. Baili termasuk yang terpilih," kata Yusuf Al Qardhawi, Ketua FPI wilayah NAD.

Baili berkenalan dengan Munir alias Abu Rimba (25), anak desa dari Lamtamot, Kecamatan Lembah Seulawah, Aceh Besar, yang juga lolos seleksi. Munir juga berasal dari keluarga miskin. Mereka sama-sama menjadi saksi perang Aceh. "Saya dulu simpatisan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Namun, karena masih terlalu kecil, akhirnya belajar di Dayah dulu," kata Baili.

Kepada teman-temannya, Abu Rimba mengaku sebagai mantan anggota GAM Gajah Keng, GAM di wilayah Aceh Besar. Beberapa kali ia membanggakan bahwa dirinya mahir menggunakan senjata AK-47, senjata api yang biasa dipakai GAM kala itu. Namun, mantan Panglima GAM Gajah Keng Tajudin (35) menjelaskan, nama Munir alias Abu Rimba tak terdaftar. "Mungkin dia mengaku GAM biar dianggap hebat," ujarnya.

Untuk tahap awal, 15 dari 125 relawan yang terpilih dikirim ke Dayah Darul Mujahidin, Gampong Blang We Panjoe, Kecamatan Blang Mangat, Kota Lhokseumawe. Dayah itu dipimpin Teungku Muslim Attahiri, ulama yang dikenal amat bersemangat menyerukan syariat Islam di Serambi Mekkah. Bersama santrinya, mereka gencar melakukan razia di jalanan untuk mencari pelanggar Qanun (Peraturan Daerah) Syariat Islam.

Selama empat hari, 15 orang itu mendapat pelatihan paramiliter, termasuk pengenalan senjata api. Seorang pelatihnya adalah Sofyan Tsauri, mantan anggota kepolisian yang ditangkap pekan lalu karena diduga terlibat dalam terorisme.

Dari Aceh Utara, 15 orang kemudian dikirim ke Markas Pusat FPI di Jakarta. Di sana mereka kembali dilatih paramiliter. "Saya disiapkan menjadi tenaga medik. Diajari obat-obatan dan bela diri, tetapi tidak memakai senjata api," ungkap Baili.

Di sela-sela pelatihan itulah, Baili dan kawan-kawannya, termasuk Abu Rimba, beberapa kali diundang ke rumah Sofyan di Depok. Akhirnya, ujar Yusuf, FPI batal mengirimkan relawan yang dilatih, termasuk yang berasal dari Aceh, ke Palestina.

Setelah masa pelatihannya dengan FPI berakhir, Baili dan beberapa kawannya didekati Sofyan kembali. ”Dia mengajak untuk berjihad di Indonesia,” kata Baili.

Namun, ia mengaku tak setuju dengan doktrin jihad yang disampaikan Sofyan. "Tujuan saya awalnya betul-betul jihad ke Palestina, bukan di dalam negeri. Apalagi mereka menyebutkan boleh membunuh dan mengambil harta saudara yang dianggap sesat," katanya.

Baili lalu memutuskan bekerja sebagai penjaga keramba ikan di Waduk Saguling, Kabupaten Bandung, untuk mengumpulkan ongkos pulang kembali ke Aceh. Sejak itu, ia kehilangan kontak dengan Abu Rimba dan kawan-kawannya. Hampir sembilan bulan ia berada di sana untuk mengasingkan diri dan bekerja sebelum akhirnya kembali ke Aceh beberapa hari lalu. "Saya kaget ketika beberapa kawan menjadi buron polisi karena diduga ikut kelompok teroris," kata Baili, ditemui di sebuah desa di Banda Aceh.

Yusuf mengatakan, dari 15 orang yang dikirim mengikuti pelatihan di Jakarta, hanya tujuh yang kembali. "Saya tak tahu ke mana sisanya. Saya khawatir mereka ikut kelompok teroris itu. Tiga di antaranya ditetapkan sebagai DPO polisi," katanya.

Pada April 2009, Mukhlis, seorang anak yang pernah dikirim FPI ke Jakarta, ditangkap Poltabes Banda Aceh karena kepemilikan senjata api. Sebulan kemudian, anak lainnya, Muhibuddin, juga tertangkap polisi dengan alasan yang sama. Sesudah itu, gerak-gerik "calon mujahidin" ini nyaris sunyi.

Menyiapkan Aceh

Namun, sebuah rencana besar disiapkan. Sebuah sel kelompok bersenjata yang ditanam pascatsunami Aceh tahun 2006 mulai dibangkitkan. Yudi Zulfahri (27), seorang pegawai negeri sipil (PNS) di Banda Aceh, menjadi kunci untuk menyiapkan jejaring itu.

Warga Keutapang, Aceh Besar, yang ditangkap dalam penyerbuan polisi di Krueng Linteng, Jalin, Aceh Besar, pada 22 Februari lalu, mengaku memiliki dorongan pribadi untuk mencari ilmu agama sejak duduk di tahun terakhir STPDN pada 2006. Ia mengaku hampir ikut kelompok Negara Islam Indonesia (NII) yang kerap merekrut mahasiswa di berbagai kampus. Namun, dia membatalkan niatnya setelah berkonsultasi dengan seorang ustaz di Jatinangor, Jawa Barat.

Setelah itu, Yudi rajin membaca buku tentang agama dan menonton VCD tentang jihad. Dari satu VCD yang dimilikinya, ia mengenal sosok Halawi Makmun dan Fauzan Al-Anshari. Karena terkesan, ia lalu mencari tahu nomor telepon Halawi dari seorang teman di Aceh. "Beliau pernah datang ke Aceh setelah dilanda tsunami. Sejak itu, saya sering konsultasi dengan beliau melalui telepon," katanya.

Awal 2007, Yudi mangkir dari pekerjaannya dan pergi ke Bandung untuk berbisnis pulsa dan baju. Di Jatinangor, ia mengikuti pengajian Halawi. Berdasarkan data Pemerintah Kota Banda Aceh, status Yudi masih tetap PNS.

Akhir 2007, Yudi pindah mencari kerja di Jakarta. Ia lalu mengontrak di Jagakarsa di belakang Perumahan Tanjung Mas, Jakarta Selatan. Dia kerap mengikuti kelompok pengajian kecil yang dipimpin Aman Abdurrahman alias Oman Rahman, yang pernah ditangkap dalam kasus peledakan bom Cimanggis, Maret 2004. Salah satu dari murid Aman adalah Kamal, yang lalu menjalin hubungan akrab dengan Yudi.

Secara hampir bersamaan, di Lenteng Agung, Jakarta, Yudi berkenalan dengan Sofyan Tsauri. Bersama Sofyan, ia juga ikut berbisnis soft gun, senjata mainan. Yudi segera dekat dengan Sofyan yang juga gemar mengoleksi buku-buku mengenai jihad. Apalagi istri kedua Sofyan juga berasal dari Aceh dan Sofyan juga pernah menjadi relawan Aceh lewat Bulan Sabit Merah.

Akhir 2008, Yudi memutuskan kembali bekerja di Pemkot Banda Aceh. Tak berapa lama, Sofyan berkunjung bersama istrinya. Dari perbincangan dengan Sofyan, digagas perlunya membentuk basis pelatihan di Aceh untuk berjuang menegakkan syariat Islam sepenuhnya.

Saat itu, Yudi mengaku memiliki komunitas kecil yang sepaham soal jihad. Komunitas kecil warga lokal itu dikenalnya setelah mengikuti pengajian seorang ustaz. Namun, ustaz itu tidak memiliki paham yang sama dengan mereka soal jihad.

Awal 2009, Sofyan kembali lagi ke Aceh dengan membawa seseorang bernama Mus’ab. Tiga hari kemudian, datang Hamzah (yang diketahuinya belakangan sebagai Dulmatin). Mereka membicarakan rencana pembukaan kamp pelatihan di Aceh. Namun, rencana itu tertunda ketika pada 17 Juli 2009 terjadi peledakan bom di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton di Kuningan, Jakarta.

Yudi dan beberapa rekannya mulai mencari lokasi dan mengumpulkan perlengkapan, mulai dari senjata sampai logistik. Senjata diperoleh Yudi melalui Sofyan, yang mendapatkannya dari Trisno (masih buron). Dari jaringan Sofyan, Yudi mendapatkan lima pucuk senjata (M-16 dan AK-47). Ia mengaku memperoleh uang dari Hamzah alias Dulmatin. Yudi juga kerap datang ke kontrakan Hamzah di Pamulang, Tangerang Selatan, Banten. (AIK/SF/MHD)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 18 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 18 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Polisi Temukan Bahan Peledak Saat Tangkap Terduga Teroris di Karawang

Polisi Temukan Bahan Peledak Saat Tangkap Terduga Teroris di Karawang

Nasional
Polisi Tangkap Satu Terduga Teroris Pendukung ISIS dalam Penggerebekan di Karawang

Polisi Tangkap Satu Terduga Teroris Pendukung ISIS dalam Penggerebekan di Karawang

Nasional
BPIP: Kristianie Paskibraka Terbaik Maluku Dicoret karena Tak Lolos Syarat Kesehatan

BPIP: Kristianie Paskibraka Terbaik Maluku Dicoret karena Tak Lolos Syarat Kesehatan

Nasional
Sekjen Tegaskan Anies Tetap Harus Ikuti Aturan Main meski Didukung PKB Jakarta Jadi Cagub

Sekjen Tegaskan Anies Tetap Harus Ikuti Aturan Main meski Didukung PKB Jakarta Jadi Cagub

Nasional
PKB Tak Resisten Jika Anies dan Kaesang Bersatu di Pilkada Jakarta

PKB Tak Resisten Jika Anies dan Kaesang Bersatu di Pilkada Jakarta

Nasional
Ditanya Soal Berpasangan dengan Kaesang, Anies: Lebih Penting Bahas Kampung Bayam

Ditanya Soal Berpasangan dengan Kaesang, Anies: Lebih Penting Bahas Kampung Bayam

Nasional
Ashabul Kahfi dan Arteria Dahlan Lakukan Klarifikasi Terkait Isu Penangkapan oleh Askar Saudi

Ashabul Kahfi dan Arteria Dahlan Lakukan Klarifikasi Terkait Isu Penangkapan oleh Askar Saudi

Nasional
Timwas Haji DPR Ingin Imigrasi Perketat Pengawasan untuk Cegah Visa Haji Ilegal

Timwas Haji DPR Ingin Imigrasi Perketat Pengawasan untuk Cegah Visa Haji Ilegal

Nasional
Selain Faktor Kemanusian, Fahira Idris Sebut Pancasila Jadi Dasar Dukungan Indonesia untuk Palestina

Selain Faktor Kemanusian, Fahira Idris Sebut Pancasila Jadi Dasar Dukungan Indonesia untuk Palestina

Nasional
Kritik Pengalihan Tambahan Kuota Haji Reguler ke ONH Plus, Timwas Haji DPR: Apa Dasar Hukumnya?

Kritik Pengalihan Tambahan Kuota Haji Reguler ke ONH Plus, Timwas Haji DPR: Apa Dasar Hukumnya?

Nasional
Pelaku Judi 'Online' Dinilai Bisa Aji Mumpung jika Dapat Bansos

Pelaku Judi "Online" Dinilai Bisa Aji Mumpung jika Dapat Bansos

Nasional
Kemenag: Pemberangkatan Selesai, 553 Kloter Jemaah Haji Indonesia Tiba di Arafah

Kemenag: Pemberangkatan Selesai, 553 Kloter Jemaah Haji Indonesia Tiba di Arafah

Nasional
Pengamat Sebut Wacana Anies-Kaesang Hanya 'Gimmick' PSI, Risikonya Besar

Pengamat Sebut Wacana Anies-Kaesang Hanya "Gimmick" PSI, Risikonya Besar

Nasional
Jelang Idul Adha 2024, Pertamina Patra Niaga Sigap Tambah Solar dan LPG 3 Kg

Jelang Idul Adha 2024, Pertamina Patra Niaga Sigap Tambah Solar dan LPG 3 Kg

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com