Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cendera Mata "Ensiklopedia Keraton" dan "Kotagede"

Kompas.com - 24/01/2010, 03:21 WIB

Yogyakarta, Kompas - Setelah sempat terkatung-katung selama beberapa tahun, penyusunan Ensiklopedia Keraton dan Ensiklopedia Kotagede akhirnya tuntas. Kedua karya tersebut diluncurkan, Sabtu (23/1), di Hotel Brongto. Rencananya karya besar itu akan dimanfaatkan gubernur sebagai cendera mata bagi tamu- tamu kenegaraan.

Menurut Kepala Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta Djoko Dwiyanto, ensiklopedia tersebut tidak diperjualbelikan dan hanya dicetak terbatas. Untuk tahap awal, keduanya dicetak masing-masing sebanyak 420 eksemplar.

”Karya tersebut akan menjadi cendera mata khas DIY yang mungkin tidak ditemukan di daerah lain,” katanya.

Dia mengatakan, penyusunan ensiklopedia mulai dirintis sejak tahun 2002.

Sampai tahun 2007 bahan naskahnya baru selesai, tetapi setelah dicek di sejumlah tokoh yang kompeten, sekitar 80 persen dari naskah tersebut ternyata tidak layak. ”Kami memutuskan untuk menyusun ulang dengan membentuk tim editor profesional,” katanya.

Dalam perencanaan sebenarnya masih ada satu ensiklopedia lagi, yakni Ensiklopedia Yogyakarta. Ketiga karya itu disebut sebagai Trilogi Ensiklopedia. ”Untuk Ensiklopedia Yogyakarta saat ini masih disusun dan ditargetkan selesai pada tahun ini,” ujarnya.

Dalam sambutannya yang dibacakan oleh staf ahli gubernur Banyudono, Sultan Hamengku Buwono X berharap ensiklopedia tersebut bisa dihadirkan ke dunia maya supaya bisa diakses banyak pihak. Harapannya agar pemahaman dan pengetahuan masyarakat tentang Yogyakarta menjadi semakin utuh.

Menurut Sultan, tradisi tulis telah berkembang sejak Abad VII Masehi yang ditandai dengan temuan banyak prasasti. Ensiklopedia tertua di Nusantara adalah Cantaka Parwa, masa Jawa- Hindu pada Abad IX. Karya tersebut ditulis dalam bahasa Jawa Kuna.

Revianto Budi Santoso, anggota tim penyusun Ensiklopedia Keraton, mengatakan, karya setebal 409 halaman itu lebih banyak bercerita soal aspek kebudayaan. ”Bagi kami keraton itu seperti dapur yang kaya akan sumber. Makanya kami membatasi pada tema kebudayaan saja. Masih ada aspek-aspek lain yang masih perlu digali banyak seperti militer dan politik,” ujarnya.

Menurut Inajati Adrisijanti, tim penyusun Ensiklopedia Kotagede yang tebalnya 226 halaman, selama ini Kotagede selalu identik dengan perak. Padahal, keberadaan Kotagede—salah satu kecamatan di Kota Yogyakarta— sangat penting dalam perkembangan Kerajaan Mataram. Kotagede adalah lokasi Keraton Mataram awal saat dibangun oleh Panembahan Senopati pada Abad ke-15. ”Jadi banyak aspek sejarah lain yang bisa diungkap di sana,” katanya. (ENY)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com