JAKARTA, KOMPAS.com - Saat dalam kondisi kritis, Gus Dur ternyata tidak henti memikirkan masalah bangsa. Bahkan mengenai nasib PKB, partai yang didirikannya, Gus Dur ternyata berharap agar bisa bersatu kembali.
Hal itu diungkapkan Sekjen PKB, Lukman Edy yang Rabu malam ikut melayat ke rumah duka di RT 2 RW 5 Jalan Warmusila Gang Almunawaroh, Ciganjur.
"Kematian KH Abdurrahman Wahid, Rabu (30/12), ternyata tidak hanya membawa duka bagi banyak orang. Tapi juga menyatukan perpecahan di tubuh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)."
Kemarin tidak hanya orang-orang dekat Gus Dur yang satu kubu di PKB yang datang melayat, tapi orang-orang PKB kubu Muhaimin Iskandar yang berseberangan dengannya juga datang.
Lukman yang tadi malam melayat mengatakan, dirinya dan Gus Dur sempat berdiskusi panjang mengenai banyak hal. Mulai dari masalah kenegaraan seperti perkembangan kasus Century sampai masalah internal PKB.
Malah terkait masalah PKB, kata Lukman, ada satu harapan Gus Dur untuk melakukan rekonsiliasi. Hal itu merupakan kesepahaman pembicaraan dirinya dengan Gus Dur yang menginginkan PKB kembali utuh.
Kini dengan kematian Gus Dur, dia mengakui akan makin berat melakukan rekonsiliasi. Semuanya tergantung apakah pesan Gus Dur soal keinginan rekonsiliasi itu sampai kepada semua tokoh PKB, khususnya para kiai yang berseberangan.
"Kalau pesannya tersampaikan, itu bisa menjadi spirit bersama," ujarnya.
Lukman mengatakan, dirinya hanya ingin mentransformasikan pesan Gus Dur saat terakhir bersamanya. Karena hari-hari terakhir pertemuannya dengan Gus Dur membicarakan tentang rekonsiliasi. "Dengan kepergian Gus Dur ada satu pekerjaan yang ditinggal. Itu amanah beliau," imbuhnya.
Menurut Lukman, pihaknya yang meminta Gus Dur untuk memfasilitasi rekonsiliasi. Hal itu disambut baik Gus Dur dengan menyuruh untuk mengajak semua warga PKB membicarakannya.
Lukman sendiri terakhir bertemu Gus Dur sekitar sepekan lalu sebelum Gus Dur ke Jombang.
Menurut Lukman, kepergian ke Jombang itu juga merupakan salah satu pertanda "kepulangan" Gus Dur. Sebab Gus Dur ngotot melakukan perjalanan ke Jombang dan Rembang meski telah dilarang dokter.
"Hal itu menjadi salah satu bahan pembicaraan para kiai di sana. Malah ada yang nyeletuk kalau, ziarah Gus Dur yang dipaksakan itu seperti ziarah terakhir Gus Dur."
"Banyak sekali tanda-tandanya. Seperti teman saya di PKB, diberi pesan gurunya agar secepatnya minta maaf ke Gus Gur," ujarnya tanpa mau menyebut nama teman yang dimaksudnya.
Sementara itu, bagi Lukman Edy sendiri Gus Dur dianggapnya sebagai guru. "Gus Dur sampai akhir hayatnya tetap jadi guru saya. Dia guru politik dan guru bangsa juga," tukasnya. (NDA)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.