Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jimly: Lelucon Terakhir Gus Dur Kurang Lucu

Kompas.com - 30/12/2009, 23:08 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Jimly Asshiddiqie, mengaku bahwa Gus Dur masih mengeluarkan guyonan khas saat terakhir kali ia menjenguk.

"Waktu terakhir kali dia sakit sebelum sakit yang sekarang, saya masih membesuk beliau. Dia masih sempat guyon. Tapi, memang kurang lucu," ungkapnya di RSCM, Jakarta, Rabu (30/12/2009).

Saat ditanya apa guyonan terakhir mantan Presiden RI tersebut, Jimly enggan mengutarakannya. "Kurang lucu. Enggak usahlah," tuturnya.

Jimly mengaku bahwa Gus Dur sering melontarkan guyonan khasnya saat mereka bertemu. Selain melemparkan guyonan, pada pertemuan terakhir kali itu, Gus Dur juga masih sempat membahas aspek kebangsaan bersamanya. "Pluralisme yang harus dijaga dan diteruskan karena itu sangat berarti bagi bangsa kita yang majemuk. Itu hal yang kami bicarakan terakhir kali bertemu," ungkapnya.

Jimly mengaku sangat terkesan dengan watak dan sosok seorang Gus Dur. "Yang paling membuat saya berkesan itu keberaniannya membentuk dan mengarahkan opini. Dia tidak mau ikut pendapat orang lain. Dia membuat opininya sendiri. Kalau orang ke kanan, dia justru belok kiri. Waktu orang akhirnya ngikutin dia ke kiri, dia pergi ke kanan," ujarnya.

Menurut Jimly, watak Gus Dur yang satu itu perlu diteladani oleh para generasi muda. "Generasi muda sekarang kan hanya bisa dan mau ikut-ikutan saja. Tidak berani beda sendiri. Mengemukakan pendapatnya sendiri. Tidak punya dan tidak berani punya prinsip. Watak (Gus Dur) itu perlu jadi pelajaran bagi generasi muda," ucapnya.

Jimly mengaku tidak ditinggalkan pesan-pesan terakhir oleh Gus Dur. Itu karena dia belum pernah sempat membesuk Gus Dur saat sakit terakhir kali. "Dia kan biasa sakit ya. Terus sembuh lagi. Kalau sakit juga tidak kelihatan seperti orang sakit. Masih selalu guyon," kenangnya.

Jimly mengenal sosok Gus Dur saat dia berkecimpung dalam kegiatan organisasi komunitas beragama. "Berbagai agama di antaranya Konghucu, Buddha, dan Tao," jawabnya saat ditanya dalam kegiatan organisasi agama apa saja dirinya bertemu Gus Dur.

"Semangat pluralisme dan multikulturalismenya, itu yang jadi panutan saya," tandasnya mengenai kesan dan hal yang membekas dalam diri sosok yang dikenalnya tersebut. (Persda Network/Roy)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com