tuan pun takut malam
hari yang lelah menculik matahari
dari peradaban.
ketika itu seorang penyair bertanya
pada langit
“kenapa tuan takut malam?”
tiba-tiba angin datang dari selatan
merontokan daun-daun dan menampar
kaca lelampu.
“kenapa tuan takut malam?”
pertanyaan yang sama terus terlontar
menjadikan langit sebatu diam.
dan disini tuan berlari,teriak
mencari api.
mana api?
mana api?
“tidak ada api disini, tuan!”
sentak seorang penyair.
js : tangerang oktober 2009
malam ulangtahunmu : 09:11:09
: penyair poncowae lou
angka-angka yang lerai dalam kalender buram
telah merekam riwayatmu
satu persatu bulan tenggelam tepat jam dinding kembali ke : 00.00
: nopember sembilan tersenyum
dan kita pun masih bercakap tentang bintang yang jauh dari awan
tiba-tiba di pekarangan rumahmu ada sepasang kunang-kunang terbang rendah
“sandi, kejar kunang-kunang itu!” teriakmu.
tanpa diundang angin malam datang menusuk tulangtulang kita
kita pun tertawa seakan tak merasa dingin ini mengigilkan
“sandi, kejar kunang-kunang itu!” teriakmu.
pertanyaan yang sama terus kau lempar
menjadikan tubuh dan mulutku sebatu diam
“kenapa tak kau kejar kunang-kunang itu, san?” ujarmu.
“tidak, kang aku menunggumu, aku ingin kita bersama mengejarnya.”
hanya sepotong senyum dari bibirmu menyala sebagai penerang malam.
*
paginya kau mengetuk jendela rumahku
membawakan dua bungkus nasi yang kau genggam
dalam kantong plastik
“ini sarapan buat kalian!” ucapmu.
kubuka sebungkus nasi yang menantang cacing dalam perutku
warnanya kuning, ingatan pun mulai membaca
ini hari ulangtahunmu. namun tak ada kado menjelma doa
hanya sepotong sajak pengantar pagimu.
js : tangerang nopember 09
semalam di aula WS. Rendra
masih saja sunyi menyelinap tubuhku
jam di dinding menunjuk pukul tiga
seruang membisu dalam cermin malam
; di balik dinding ada gumam sunyi
merindukanmu
js : depok september 2009
sajak buat W.S. Rendra
takakan lesai sajak ini
biar liangkubur membujur pekat
; langit-langit tetap gemerlap
js: jogjakarta july 2009
goresan taman
di taman ini
erangmu menampar sunyi
di antara sajak rindu
kau gambar rinai yang entah aku mengingatnya
pada lelampu dan rerumput kita membisu.
tak ada dongeng yang membisik
hanya desir angin menusuk tubuh
dari malam yang melarut
tidak kah kau tawarkan pada meja dan kursi ini
tentang kotek ayam esok pagi
: aku menunggu kau dalam waktu
membeku !
js: bantul 14 july 2009
seperti senja
lihatlah langit sore temaram jingga
aura cakrawala begitu pesona
dan diujung sana nyala lentera memukau.
nyanyian camar dan gemersik daun bersentuh
: seperti senja menyelimuti luka senyummu
js: palembang maret 2008
nota benteng kuto besak
kudengar suara angin
yang temaram oleh gemuruh kota
dan suara mobil mengklakson keras-keras
di sana aku terperangkap
dalam fatamorgana kehidupan
dan membayang betapa sakitnya
jikakembali ke peradaban
-------
BIODATA PENULIS
jejak sandi
adalah penyair yang lahir di Sumatera Selatan pada tanggal 29 Agustus 1986 Menamatkan pendidikan D-3 nya di Universitas Sriwijaya (Palembang) tahun 2009. Kegemarannya membaca karya sastra dan menulis, telah ia sadari sejak masih duduk di bangku SMP. Hingga kini menyusun antologi Lentera Komunikasi Sastra (LEKAS) bersama teman-temannya. Riwayat dalam menulis ia aktif menulis di Facebook dan di di blognya : www. jejaksandi.blogspot.com alamat Email : jejak_sandi@yahoo.com.
Sekarang beralamat di Pinggiran Jakarta
Dan bergabung dalam Komunitas Sastra Seni dan Budaya Cinta Tangerang. (KS2BCT). Dan Lentara Komunikasi Sastra (LEKAS)