Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tuhan Lebih Sayang Mama & Papa

Kompas.com - 18/06/2009, 11:44 WIB

KOMPAS.com — Musibah demi musibah dialami dua anak (alm) Kolonel Ricky Samuel. Setelah dua tahun lalu ditinggal sang bunda yang menderita kanker otak, kini giliran ayah mereka pergi selamanya. Meski demikian, Assila terlihat sangat tabah.

Demi merayakan ultah Assila Amelia (14) yang jatuh tanggal 16 Juni, Ricky Samuel sudah berencana cuti. Apa daya, Tuhan punya kehendak lain. Ia tewas dalam kecelakaan jatuhnya helikopter di Cianjur, Senin (8/6) lalu.

Dua tahun silam, Assa, begitu panggilan anak sulung mendiang, juga harus merayakan ultahnya dengan cara tak lazim. Yaitu meniup lilin ultah di rumah sakit. Kala itu, bundanya, Sherly Makadada, tergolek lemah karena penyakit kanker otak. Seakan hanya ingin menunggu anak sulungnya ulang tahun, esok harinya Sherly pergi ke alam baka.

Itu sebabnya, Assa langsung lemah lunglai ketika mendengar kabar ayahnya menjadi salah satu korban kecelakaan heli naas itu. ”Rasanya berita itu sulit dipercaya, tapi saya harus berusaha tabah,” kata siswa kelas II SMP Lentera International School, Jakarta ini.

Terbiasa ditinggal

Assa memang terkesan amat tabah untuk anak seusianya. Hanya sesekali gadis muda ini menyeka air matanya ketika jenazah ayahnya perlahan-lahan dimasukkan ke dalam liang kubur di Taman Makam Pahlawan Kalibata (9 Juni 2009). ”Saya sudah terbiasa ditinggal pergi orang-orang yang saya cintai. Sebelum Mama, Oma, dan sekarang Papa. Rasanya, kok, nasib Assa enggak beruntung banget, ya? Tapi, mau bagaimana lagi?” katanya dengan nada masygul.

Sementara itu, adiknya, Nugraha Pusaka (11), amat shock saat mendengar ayahnya tewas. Saka sempat membentur-benturkan kepalanya ke tembok. Itu pula yang dilakukannya saat ibunya meninggal dua tahun silam.

Kepergian sang ayah memang amat menyakitkan bagi Assa dan Saka. Toh, itu tak membuat kenangan manis sang ayah di benak Assa pudar. “Papa orang baik. Tak hanya pada Assa dan Saka, ke orang lain pun Papa selalu berbuat baik.” Salah satu contohnya, sebut Assa, anak-anak pembantu mereka dibiayai sekolah. ”Papa juga selalu memikirkan nasib anak buahnya. Juga sering traktir mereka.” Bahkan sejam sebelum terbang di hari naas itu, Ricky sempat menjamu makan teman-temannya.

Selain rajin mengajak anak-anaknya ke gereja, Ricky juga selalu menunggui Assa dan Saka belajar. “Kami juga dimanja. Papa selalu memikirkan kebutuhan kami,” kisah Assa lirih.

Setelah sang bunda meninggal, Ricky dipindah ke Pusat Pendidikan Pasukan Khusus Kopassus TNI Batujajar, Bandung. Assa dan Saka tetap menempati rumah keluarga di kawasan Bintaro bersama Irna Susanti, adik rohani Ricky, dan dua pembantunya. “Biasanya, tiap 3-4 hari, Papa ke Jakarta. Selebihnya, kami telepon-teleponan sehingga rasanya selalu dekat.”

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com