JAKARTA, KOMPAS.com — Juru Bicara Tim Sukses pasangan capres dan cawapres Jusuf Kalla dan Wiranto, Poempida Hidayatullah, menanggapi santai hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) yang menunjukkan elektabilitas pasangan SBY-Boediono masih di atas angin dibandingkan pasangan Megawati-Prabowo dan JK-Wiranto.
"Tuh kan, lihat saja, turun terus itu kan elektabilitasnya," tutur Poempida kepada Kompas.com, Kamis (11/6), menanggapi angka elektabilitas SBY-Boediono. Maksud Poempida dengan tanggapan 'semakin turun' adalah angka elektabilitas SBY-Boediono yang dirilis Lingkaran Survei Indonesia pimpinan Denny JA hari ini dengan angka elektabilitas pasangan nomor urut dua ini berdasarkan hasil survei Lembaga Survei Indonesia pimpinan Syaiful Mudjani.
Survei LSI Denny JA hari ini menunjukkan elektabilitas SBY-Boediono di angka 63,1 persen, Megawati-Prabowo 16,4 persen, dan JK-Wiranto 5,9 persen. Sementara itu, survei LSI Syaiful Mudjani beberapa waktu lalu menunjukkan SBY-Boediono di angka 71 persen, Megawati Prabowo di angka 16,4 persen, dan JK-Wiranto 6,6 persen.
"Nah, angkanya JK-Win diturun-turunin juga tuh," tutur Poempida.
Namun, pada dasarnya, ungkap Poempida, hasil survei tersebut tidak masuk akal. Angka elektabilitas SBY-Boediono, menurutnya, tidaklah sefantastis itu. Alasan ini didasarkan pada survei internal partai dan pusat kajian di salah satu universitas negeri.
Kedua survei ini memang menunjukkan SBY-Boediono masih di peringkat teratas, tetapi hanya dengan perolehan hampir 40 persen. Sementara Mega-Prabowo dan JK-Wiranto berada tak terlalu jauh di bawahnya.
Apalagi, ujar Poempida, metode multistage random sampling dalam pengambilan sampel memiliki banyak kelemahan karena berupaya melakukan pengondisian persepsi dan justru nebeng melakukan sosialisasi.
"Jadi sudah di-leading dari awal untuk memilih pasangan tertentu," ujar Poempida.
Poempida juga balik mempertanyakan independensi LSI sebagai lembaga survei publik. Meskipun Lingkaran Survei telah memberikan pembelaan bahwa surveinya dibiayai sendiri, Poempida juga tidak percaya.
"Dari mana dananya? Dia (Denny JA) memangnya kaya banget apa untuk bagi-bagi uang untuk kepentingan bangsa dan negara? Pasti ada deal-deal tertentu," tandas Poempida. Menurut Poempida, sekali penyelenggaraan survei bisa menghabiskan dana sekitar satu hingga dua miliar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.