Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kendala Kabut Rendah atau Mesin Bermasalah

Kompas.com - 23/05/2009, 06:40 WIB

MAGETAN, KOMPAS.comGround fog, kondisi berkabut di bawah ketinggian 1.000 kaki dari permukaan tanah, yang terjadi Rabu (20/5) pagi di sekitar Pangkalan Udara Iswahjudi, Magetan, Jawa Timur, diduga telah membuat jarak pandang pilot Hercules C-130/A-1325, Mayor (Pnb) Danu, terbatas sehingga kecelakaan terjadi.

Kemungkinan kedua adalah mesin pesawat yang bermasalah sehingga pilot berusaha mendarat darurat. Demikian dikemukakan Kepala Dinas Operasi Lanud Iswahjudi Kolonel Nanang Santoso dan Komandan Lanud TNI AU Iswahjudi Marsekal Pertama Bambang Samoedro di tempat terpisah, Jumat di Kantor Lanud Iswahjudi.

”Analisis-analisis ini hanya analisis awal. Harus ada data pendukung lain untuk menguak kecelakaan pesawat itu,” ujar Bambang Samoedro.

Nanang mengibaratkan kabut yang terjadi itu seperti asap hasil pembakaran yang menutupi jarak pandang pengguna jalan di ruas jalan tol yang sangat mengganggu.

Kontak terakhir dengan pilot Danu dari tower Lanud Iswahjudi terjadi saat pesawat berada di ketinggian 1.000 kaki (305 meter) pukul 06.27.

Setelah itu, ketika tower berusaha menghubungi kembali pesawat Hercules, tidak ada jawaban sampai akhirnya pesawat diketahui jatuh di Desa Geplak. Sebelum kontak terakhir itu, tidak ada keluhan dari pilot terkait dengan pesawatnya.

Nanang menduga, ketika pilot mengetahui tempatnya mendarat bukan landasan Lanud Iswahjudi, ia mencoba meninggikan lagi pesawatnya. Hal ini berhasil, tetapi tidak maksimal karena sayap patah dan bagian pesawat lain rusak terkena pepohonan di wilayah RT 03 RW 02 Geplak. Akibatnya, pesawat jatuh di lokasi sekitar 700 meter dari RT 03 RW 02 Geplak.

Di wilayah RT 03 RW 02 Geplak, selain terlihat pohon-pohon jati dan randu terpotong bagian atasnya, juga ditemukan banyak material dari pesawat. Salah satunya bagian sayap dari pesawat yang berada di atap rumah Samsudin.

Menyangkut kemungkinan mesin pesawat bermasalah, Bambang Samoedro menduga, pada saat tahu lokasi tempat mendarat adalah perumahan warga, pilot mencoba menaikkan lagi pesawatnya. Ketika itu dilakukan, sayap sudah patah dan bagian pesawat lain rusak karena terkena pepohonan sehingga akhirnya pesawat jatuh.

Loncatan ini bisa terlihat dari tidak adanya pohon yang terpotong pada bagian atas atau rumah yang gentengnya rusak dari jarak antara pohon yang terpotong dan lokasi pesawat jatuh.

Penguakan kecelakaan tersebut sendiri kini diserahkan sepenuhnya kepada Panitia Penyidik Kecelakaan Pesawat Udara (PPKPU). PPKPU akan mengecek lokasi kecelakaan pada 21-23 Mei 2009.

Kepala Dinas Keselamatan Terbang dan Kerja TNI AU Marsekal Pertama I Wayan Suwitra menjelaskan, pesawat Hercules tersebut tidak memiliki kotak hitam (black box) seperti halnya pesawat komersial. Meskipun demikian, ada cara lain untuk mengungkap penyebab kecelakaan.

Menurut Suwitra, ada lima hal yang akan diselidiki, yaitu faktor manusia, material pesawat, misi penerbangan, media terbang, dan manajemen penerbangan Hercules.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com