Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sepupu Antasari Tak Ingin Nonton Televisi

Kompas.com - 07/05/2009, 15:29 WIB

BANGKA, KOMPAS.com — Keluarga besar Antasari Azhar di Desa Dendang, Kecamatan Kelapa, Bangka Barat, sangat terpukul membaca berita Antasari tersandung kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen, Direktur PT Putra Rajawali Banjaran. Apalagi setelah Antasari yang mereka banggakan itu ditetapkan sebagai tersangka.

Para sepupu Antasari di Desa Dendang benar-benar tidak menyangka Antasari bakal mengalami musibah itu. M Ghazali (77), sepupu Antasari, menuturkan, mulai dari kakek, orangtua, sepupu, dan semua keluarga besar di Desa Dendang sangat prihatin.

"Mungkin apa yang dialami dia sebuah resiko yang harus dihadapi oleh seorang pejabat sekaligus penegak hukum. Namun, rasanya sangat tidak mungkin dan tak masuk akal kalau sepupu saya itu melakukan hal seperti itu. Kami sangat prihatin," tutur Ghazali ketika ditemui di kediamannya di Desa Dendang, Kecamatan Kelapa, Rabu (6/5).

Ghazali mengetahui kabar tak sedap tentang Antasari pada Jumat pukul 21.00 melalui siaran televisi swasta. Namun, siaran itu hanya dilihatnya sebentar, televisi pun langsung dimatikan.

Sepupu tertua dari Antasari ini langsung berangkat ke tempat tidur dan berbaring, tetapi berjam-jam berbaring matanya tidak bisa dipejamkan. Perasaannya gundah dan diliputi rasa tak enak.

"Ada apa sebenarnya ini, apa yang terjadi, perasaan saya benar-benar tidak enak, mau tidur tidak bisa tidur, perasaan saya tidak enak sama sekali, begitu lihat berita di televisi tadi," kisah Atok Lurah, sapaan akrab Ghazali.

Sejak mengetahui persoalan yang dihadapi Antasari dalam tayangan di salah satu televisi swasta itu, Ghazali terpukul sehingga dia memutuskan untuk sementara tidak menonton televisi.

"Kalau dia mengalami hal seperti itu, kami ya mau ngomong apa. Kami ikut prihatin, hanya pasrah kepada Allah. Semoga dia tetap tabah, sabar, cepat dikeluarkan dari masalah itu," ujar Ghazali tampak sedih.

Antara Antasari dan keluarga besarnya di Desa Dendang sudah sekitar 40 tahun tidak saling bertemu karena orangtuanya selalu pindah tugas sebagai seorang pegawai pajak.

Keluarga besar Antasari di Desa Dendang terakhir bertemu Antasari empat tahun silam saat Antasari pulang kampung berziarah ke makam almarhum kakek dan neneknya, Hamid bin Jalil dan Kedah.

Antasari anak keempat dari 15 bersaudara. Semua kakak dan adik ikut orangtuanya ke Palembang.

"Asal-usul Antasari dari sini (Desa Dendang). Meski dia lahir di Pangkalpinang, keluarga besarnya ada disini. Kami hanya bisa berdoa kepada Allah semoga Antasari dan keluarganya tetap tabah dan sabar. Semoga segera keluar dari masalah. Kami tidak tahu benar atau tidaknya apa yang dialami Antasari. Kalau benar dia melakukan, ya tidak ada kata lain, kami pasrah dengan proses hukum. Tapi, kalau hasil rekayasa orang, kenapa orang itu sampai berbuat nekat mengorbankan Antasari," kata Ghazali.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com