Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nyanyian "Jangan Cintai Ibu Pertiwi" Digelar di GKJ

Kompas.com - 28/03/2009, 16:23 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Repertoar musik puisi Emha Ainun Nadjib, Teater Dinasti, dan Kiai Kanjeng bertajuk "Jangan Cintai Ibu Pertiwi" akan dipentaskan di Gedung Kesenian Jakarta, 2-3 April 2009.

"Sajian itu menarik dan menawarkan refleksi yang bernilai. Pementasan repertoar itu melibatkan 40 personel yang mencakup pemusik, pembaca puisi, pemain teater, penata artistik, tim kreatif, dan tim produksi," kata pimpinan produksi Eko Nuryono di Yogyakarta, Jumat.

Menurut dia, musik Kiai Kanjeng sangat berpengalaman pentas di ribuan tempat di Tanah Air dan hampir 40 kota besar dunia. Kini, mereka bersinergi dengan pengalaman perteateran Dinasti, dan dengan daya dukung Emha Ainun Nadjib.

"Pementasan itu dipersiapkan selama dua bulan. Kami juga berencana mementaskan repertoar musik puisi ’Jangan Cintai Ibu Pertiwi’ itu keliling di beberapa kota," katanya.

Sementara itu, Emha Ainun Nadjib mengatakan, repertoar itu merupakan kekaguman terhadap Ibu Pertiwi dan upaya untuk menjunjung Tanah Air, yang di dalamnya ada banyak keprihatinan.

Menurut dia, dosis penderitaan Ibu Pertiwi kini semakin tinggi akibat ulah anak-bangsanya sendiri yang tidak terkontrol, baik secara politik maupun ekonomi. Dari rezim ke rezim, Ibu Pertiwi selalu ditikam pisau pengkhianatan anak-anaknya sendiri," katanya.

"Saatnya kita merenung sejenak, dan menimbang kembali segala tatanan dan perilaku secara kritis. Tatanan sosial dan politik negeri kita selama ini terlalu menghamba ke pasar bebas dan industrialisme," katanya.

Akibatnya, menurut dia, terjadi humanisasi. Manusia hanya menjadi obyek sekaligus instrumen politik dan praktik-praktik ekonomi pasar.

Ia mengatakan, "Jangan Cintai Ibu Pertiwi" merupakan puisi panjang yang menunjukkan sikapnya terhadap kondisi keindonesiaan saat ini. Pemanggungan puisi itu digarap dengan menggunakan kekuatan berbagai artikulasi kesenian.

Selain dibacakan sebagaimana lazimnya puisi, juga diaransemen secara musikal, diperkaya dengan gerakan sejumlah pemain, serta animasi gambar-gambar atau video, yang secara keseluruhan diupayakan menjadi sebuah kesatuan yang harmonis dan saling memperkaya.

Menurut dia, alur nilai yang diungkapkan oleh pentas itu bukan diwakilkan pada cerita yang dilakonkan, melainkan melalui dinamika muatan nilai-nilai yang terkandung dalam puisi panjang, dengan kandungan aspirasi yang multidimensional.

"Namun, seluruhnya merupakan kekaguman kepada Ibu Pertiwi, upaya menjunjung Tanah Air, beserta sejumlah keprihatinan terhadap yang menimpanya," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com