Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hotel Indonesia yang Manglingi

Kompas.com - 26/02/2009, 13:18 WIB

Melangkah ke kawasan hotel hasil karya arsitektur Amerika Abel Sorensen dan istrinya, Wendy, seperti ada magnet khusus. Bukan karena ada kharisma Presiden Soekarno, Presiden RI pertama yang memerintahkan pembangunan sekaligus meresmikan bangunan bertaraf internasional itu, tapi karena beratus kenangan menempel di sana. Itu tadi pengalaman lima tahun lalu.

Ketika Warta Kota menapaki jalan masuk hotel di jantung Jakarta ini, Rabu (25/2), sergapan nuansa lima tahun lalu—beberapa bulan menjelang pemugaran hotel—tak sedikit pun mampir. Hotel Indonesia, "hotel revolusioner" itu, memang sudah berubah banyak. Kini namanya pun menjadi Hotel Indonesia Kempinski. Bangunan ini menyatu dalam kompleks Grand Indonesia, sebuah kompleks perkantoran, pusat belanja, dan apartemen.

Kemarin para wartawan menjadi raja dan ratu sesaat saat manajemen hotel memberi kesempatan wartawan untuk menelusuri hotel hingga ke pojok-pojoknya. "Ini memang belum selesai semua. Hanya Ramayana Wing yang akan kita buka Sabtu ini (28/2)," ujar Director of Public Relations Hotel Indonesia Kempinski Hanny Wahyuni. Ia menambahkan, sesuai aturan pemugaran bangunan yang masuk cagar budaya, hotel ini tak mengubah facade, fondasi.

Nantinya hotel ini juga akan membuka semacam museum kecil, Heritage Room, berisi segala sesuatu yang mengingatkan pada Soekarno. "Misalnya, gunting yang dipakai Soekarno untuk meresmikan hotel ini. Proyektor dari Ruang Bali," lanjut Hanny.

Meskipun demikian, beberapa wartawan mengakui, tak lagi melihat HI yang lalu. Pun bekas-bekasnya. Dari luar, hotel legendaris itu memang masih menyisakan rasa HI—bukan HIK (Hotel Indonesia Kempinski).

Dalam buku Gedung Bersejarah di Jakarta terbitan tahun 2000, kala itu masih milik Dinas Museum dan Pemugaran DKI (kini menjadi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI) disebutkan, Hotel Indonesia (HI) dirancang bukan cuma untuk penyelenggaraan Pesta Olahraga Asian Games ke IV pada 1962 tapi juga dalam rangka perwujudan pembangunan industri pariwisata Indonesia.

Bangunan awal hotel sengaja berbentuk T dengan dua bangunan, Sayap Ramayana dan Sayap Ganesha. Sayap Ramayana, empat lantai, membujur dari arah Timur ke Barat  untuk tamu menikmati Kota Jakarta sebelah utara dan selatan. Sayap Ganesha, berlantai delapan, membujur dari utara ke selatan untuk tamu menikmati sebelah timur dan barat Jakarta.

Yang cukup unik adalah Restoran Ramayana yang berbentuk kubah dan masih dalam proses pemugaran. Di dinding dekat panggung dulu dipajang lukisan mozaik aneka tarian daerah karya G Sidharta tahun 1961. Ditambah lukisan keindahan laut Indonesia karya Lee Man Fong tahun 1961 yang menempel di dinding paling ujung ruangan itu. Karya Lee Man Fong itu kini menghias dinding bagian atas lobi Ruang Bali di Sayap Ganesha.

Ruang Bali adalah sebuah ruang untuk konferensi dan pertunjukan kesenian dengan bentuk oval. Hotel Indonesia boleh jadi juga galeri seni, karena di sini berkumpul berbagai karya seni. Patung, lukisan, dan reproduksi lukisan menghiasi hampir di seluruh sudut ruangan.

Tentu saja hotel ini kini berbeda dandanan. Menurut Hanny, berbagai lukisan dan patung akan disebar di berbagai ruang hotel. "Sisanya masuk ke Heritage Room dan nantinya publik bisa lihat, gratis," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com