Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Bingung Memilih Banyak Parpol dan Caleg

Kompas.com - 26/02/2009, 03:15 WIB

 

 

BANDUNG, RABU -  Sejumlah warga di Kota Bandung mengaku kebingungan menghadapi pemilihan umum 2009 ini. Banyaknya partai politik dan calon anggota legislatif membuat mereka kesulitan mengenali para calon wakil rakyat dan memilah parpol mana yang benar-benar memihak kepada rakyat.

Sebagaimana dikatakan Nurdin (40), warga Ciamis yang sehari-harinya bekerja di Kota Bandung, Rabu (25/2). Ia menilai pemilu kali ini merupakan yang paling sukar dan membingungkan baginya. Selain aturan pemberian suara yang berbeda dengan pemilu-pemilu sebelumnya, yakni tidak lagi dengan mencoblos tetapi mencontreng, ia juga kesulitan membedakan program yang ditawarkan 38 parpol peserta pemilu.

"Saya melihat banyak sekali baliho dan poster parpol yang menempel di pohon atau dipasang di bangunan-bangunan. Tetapi, saya tak paham satupun apa tujuan dan program-programnya," kata lelaki yang sehari-harinya berprofesi sebagai tukang tambal ban itu.

Banyaknya caleg yang menempelkan stiker di lapaknya juga menimbulkan pertanyaan. Sebab, tak satupun dari gambar caleg pada stiker itu yang dikenalnya. "Saya tidak tahu dari mana asal mereka. Lalu, saya juga tidak paham apa maksud mereka meminta saya memilih mereka dalam pemilu," ujarnya.

Kebingungan serupa dirasakan Dedy Sunjaya (29), warga Jalan Samoja, Bandung. Menurut dia, mudahnya caleg mencalonkan diri seolah menjadi lapangan kerja tersendiri. Ia pun menceritakan pengalaman tetangganya yang menjadi caleg.

"Tetangga saya yang sehari-harinya bekerja memperbaiki kursi, ternyata sekarang menjadi caleg dari sebuah parpol baru. Saya baru tahu setelah melihat stikernya ditempel di tembok-tembok rumah warga se-kampung," ujarnya.

Meski mengenali caleg tersebut, Dedy mengaku belum meyakini dia mampu mengemban suara rakyat bila duduk dalam kursi legislatif. "Semua kok sepertinya cuma cari-cari kesempatan kerja, " ujarnya.

Sementara itu, sejumlah pemilih pemula selain tidak mengenali parpol dan caleg, mereka pun belum memahami ketentuan dalam pemilu 2009 . "Saya belum tahu cara mencontreng yang benar, sebab baru kali ini saya memilih. Caleg-calegnya pun belum ada yang saya kenal, " kata Hendra (20), warga Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat.

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Padjadjaran, Asep Kartiwa, berpendapat, kebingungan pun dirasakan kalangan terdidik. "Jangankan orang awam, sebagian akademisi juga bingung dan cenderung malas melihat banyaknya parpol dan caleg," katanya.

Hal ini berimbas pada keengganan pemilih mendatangi tempat pemungutan suara (TPS), sehingga meningkatkan golput.

"Kebingungan warga disebabkan kegagalan parpol mengidentifikasi dirinya. Sebagian besar parpol sekarang tidak memiliki ideologi yang jelas dan hanya mengutamakan kepentingan. Akibatnya, warga kesulitan mengetahui arah dan cita-cita parpol," kata Asep.

Warga juga belum bisa memahami trik-trik politik parpol. Misalnya, mereka kebingungan ketika melihat parpol yang dibelanya ternyata berkoalisi dengan parpol lain yang berbeda aliran di tingkat daerah. Padahal, pada tataran nasional kedua parpol tersebut bertentangan.

Banyaknya parpol dan caleg, kata Asep, juga tidak serta-merta menandakan kemajuan demokratisasi. "Bagi Indonesia dengan sistem pemerintahan yang presidensiil, jumlah parpol ideal ialah kurang dari 10 . Sebab, dalam sistem ini yang bersifat kuat bukanlah parlemen yang terdiri dari anggota parpol, melainkan presiden," katanya. (REK)  

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com