Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penghijauan di Gunung Kidul Terkendala Bibit

Kompas.com - 11/02/2009, 19:44 WIB

GUNUNG KIDUL, RABU — Penghijauan di wilayah Kabupaten Gunung Kidul, DI Yogyakarta, mendesak dilakukan seiring semakin banyaknya lahan kritis. Namun, penghijauan tersebut berjalan lamban dan terkendala ketersediaan bibit. Meski telah dilaksanakan sejak tahun 1976, baru 29 persen dari total wilayah Gunung Kidul yang telah terhijaukan.

Pada Rabu (11/2), PT Angkasa Pura I memberikan bantuan berupa 1.000 batang bibit dan dilanjutkan bantuan dari Universitas Gadjah Mada, Kamis (12/2). "Penanaman tidak bisa mengandalkan dana dari pemerintah," ujar Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Gunung Kidul, Syamsudin di sela penanaman bibit pohon di Dusun Danggolo, Purwodadi, Kecamatan Tepus.

Syamsudin mengatakan, sepanjang tahun 2008 penghijauan hanya sanggup menjangkau 173 hektar dari 9.000 hutan rakyat dari program gerakan penghijauan pemerintah maupun bantuan masyarakat. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 mensyaratkan penghijauan di minimal 30 persen wilayah Gunung Kidul. "Untuk wilayah perbukitan kapur seperti Gunung Kidul, 30 persen itu pun belum memadai," tambah Kepala Bidang Kehutanan Murbani.

Warga Dusun Danggolo, Tukat, mengatakan, penghijauan lahan kritis di hutan rakyat terkendala tanah yang gersang serta tidak adanya pupuk serta air. Karenanya, tiap bantuan penghijauan hendaknya juga diiringi bantuan pupuk.

Selain bantuan bibit jati serta akasia di lahan seluas 18 hektar, PT Angkasa Pura I melalui program bina lingkungan juga membantu 11.000 kilogram pupuk organik untuk pemeliharaan tanaman selama tiga bulan. "Program ini hasil penyisihan keuntungan dari 13 bandara pada tahun 2007," ujar Asisten Manajer Perbendaharaan dan Bina Lingkungan PT Angkasa Pura I, Dalimin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com