Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anang Ardiansyah, Maestro Lagu Banjar

Kompas.com - 03/12/2008, 20:38 WIB

Oleh M SYAIFULLAH

Suatu pagi, Anang Ardiansyah baru tiba di Taman Budaya Kalimantan Selatan, Banjarmasin. Beberapa seniman dan pegawai yang ada di pusat kebudayaan di Jalan Brigjen Hasan Basry itu spontan menyalami seniman Banjar ini.

Nyaris dengan siapa pun, Anang tak berjarak. Itulah Anang Ardiansyah, seniman andalan Kalsel. Dari tangannyalah tercipta lagu
banjar yang menjadi ikon lagu daerah Kalsel.

Simak penggalan tembang ciptaannya: wayah pang sudah hari baganti musim/wayah pang sudah/kotabaru gunungnya bamega/bamega ombak manampur di sala karang/ombak manampur di sala karang/ batamu lawanlah adinda/adinda iman di dada rasa malayang/iman di dada rasa malayang.

Bagi mereka yang mengenal Kalsel, sepintas membaca lirik Paris Barantai itu terasa akrab. Karya Anang sama terkenalnya dengan
nyanyian Ampar-ampar Pisang ciptaan Thamrin dan dirilis Hamiedan AC.

Pada 1960-an Paris Barantai direkam dalam piringan hitam oleh Orkes Melayu Rindang Banua dan Ampar-ampar Pisang oleh Orkes Melayu Taboneo. Kedua lagu itu populer dan terus diperdengarkan Radio Republik Indonesia (RRI) di seluruh Tanah Air. Sampai kini, belum ada lagu banjar sepopuler kedua lagu itu.

Anang juga dikenal lewat lagu banjar lainnya, seperti Pangeran Suryanata, Kambang Goyang, Nasib Pambatangan, Sanja Kuning, dan Kakamban Habang. Dari tangan dia, tercipta sekitar 103 lagu banjar. Sebagian dari lagu tersebut sudah direkam dalam tujuh album, dan sekitar 43 lagunya bisa dibilang populer.

"Saya mencipta lagu sejak SMA," kata lelaki yang pada 1954 pernah meraih penghargaan Bintang Langgam di Banjarmasin itu. Tahun 1957 ia merantau ke Malang, Jawa Timur,untuk belajar di tingkat SMA.

Setahun kemudian Anang pindah ke Surabaya. Di kota ini dia bergabung dengan Orkes Melayu Rindang Banua yang dipimpin dokter Sarkawi. Orkes ini kumpulan pemuda Kalimantan yang tergabung dalam Kerukunan Keluarga Kalimantan. Sebelum bergabung dalam band itu, ia meraih juara harapan seriosa Lomba Nyanyi Langgam di Malang.

"Di sinilah kami belajar membuat lagu banjar. Saat itu belum ada lagu Kalimantan (Kalsel) diciptakan dengan iringan musik band. Kami awalnya membuat lagu banjar dari gubahan lagu-lagu rakyat berupa pantun. Setelah digubah, jadilah lagu-lagu banjar baru dan bisa diterima warga. Kami sering membawakannya saat diundang mengisi acara perkawinan," ceritanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com