Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kapal Greenpeace Esperanza Lego Jangkar di Jakarta

Kompas.com - 30/10/2008, 15:52 WIB

JAKARTA, KAMIS - Kapal Greenpeace Esperanza hari ini tiba di Jakarta dan menyerukan langkah cepat untuk menyelamatkan iklim global.

Para aktivis membawa bukti-bukti baru meningkatnya tekanan terhadap hutan Papua, serta menyerukan kepada Pemerintah untuk mendukung upaya Gubernur Riau mengawali pencanangan moratorium.

Greenpeace dan Kementerian Negara Lingkungan Hidup akan menyelenggarakan seminar internasional bersamaan dengan kedatangan kapal Esperanza untuk memperkenalkan Hutan untuk Iklim atau Forests for Climate (FFC). Gubernur Riau, yang telah menyatakan kesediaannya untuk mencanangkan moratorium akan menjadi salah satu pembicara utama bersama-sama dengan Gubernur Papua, Gubernur Papua Barat dan Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam.

“Setelah menyaksikan pengrusakan hutan terakhir di Papua dan Papua Barat selama tiga minggu terakhir ini, diperlukan langkah-langkah cepat untuk melindungi hutan dan hutan gambut di Indonesia,” kata Madeleine Habib, nakhoda kapal Esperanza.

“Kami mengharapkan moratorium baru di Riau adalah langkah pertama untuk menghentikan deforestasi,” tambahnya.

Kapal Esperanza meninggalkan Jakarta dan menuju Sumatra dan akan bekerja dengan masyarakat dan pemerintah setempat untuk mengadakan survey pemetaan semenanjung Kampar di Riau, sebagai langkah pertama dalam melindungi wilayah yang belum tersentuh konversi dan yang akan dikenakan moratorium.

Selamatkan Hutan Kampar

Di Sumatra, jutaan hektar hutan gambut telah ditebangi atau dialokasikan untuk dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Pada bulan Agustus, Gubernur Riau, telah mengakui kerusakan terjadi akibat konversi hutan terhadap masyarakat dan lingkungannya.

Semenanjung Kampar selama berpuluh tahun mendapatkan tekanan dari konversi hutan dan gambut lahan yang pesat untuk perkebunan kelapa sawit dan insustri kertas. Seluas 700.000 hektar hutan utuh di Kampar telah dialokasikan untuk tiga HPH besar, 19 konsesi pulp dan kertas serta 12 konsesi perkebunan kelapa sawit.

Selain tekanan dari lepasnya emisi karbon dan hilangnya keanekaragaman hayati yang besar, kehidupan masyarakat adat setempatpun juga terancam.  

“Sungai dan lahan gambut di bagian hulu Semenanjung Kampar telah lama menjadi pusat kehidupan masyarakat Melayu Riau. Sekarang wilayah ini mengadapi ancaman serius akan pengeringan lahan-lahan gambutnya. Bila ini terjadi, masyarakat akan kehilangan tempat tinggal dan sumber penghidupannya,” kata Susanto Kurniawan, Koordinator Jikalahari.

Greenpeace menyerukan Pemerintah untuk secepatnya menerapkan moratorium bagi semua bentuk konversi hutan, termasuk pembukaan hutan untuk perkebunan kelapa sawit, industri penebangan kayu dan pendorong deforestasi lainnya. GREENPEACE-HO/FIA

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com