Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meraih Penumpang dengan Pesawat Baru

Kompas.com - 16/10/2008, 09:15 WIB

JAKARTA, KAMIS — Adakah hubungan antara pesawat baru dan peningkatan jumlah penumpang? Tentu ada. Jurus tersebut diterapkan maskapai nasional Mandala Airlines untuk mengejar ambisi merebut 5 juta penumpang per tahun. Mandala yang sudah 30 tahun terjun dalam bisnis penerbangan, sejak 2006 telah dibeli oleh Indigo Partners (49 persen) dan Cardig International (51 persen). Berbagai pembaruan dilakukan manajemen baru, yaitu memodernkan armada dengan Airbus. Pasalnya, pertumbuhan bisnis penerbangan di Indonesia begitu menjanjikan setelah China dan India.

Pada 2007 Mandala telah memesan 30 pesawat Airbus baru senilai 1,8 miliar dollar AS karena dinilai efisien dan ramah lingkungan. Semua pesanan Airbus akan tiba secara bertahap di Tanah Air hingga 2011. Sementara itu, pesawat jenis Boeing 737-200 dihapus dari jajaran armada Mandala. Secara bertahap Boeing 737-400 juga akan mengalami hal yang sama dalam beberapa bulan mendatang. "Mandala telah menerima Airbus A-319 pada September dan akan menerima tambahan kedatangan Airbus A-320 pada awal November untuk mengganti Boeing 737-400 yang lama," ujar CEO Mandala Warwick Brady sebelum acara penandatanganan kerja sama Mandala dengan perusahaan tambang dan gas, Total E&P Indonesie, di Balikpapan, Rabu (15/10).

Di tengah maraknya persaingan bisnis penerbangan di Indonesia, Mandala pun memasang strategi untuk menggiring konsumen terbang dengan pesawat terbarunya. Mandala juga membagi penerbangannya dalam tiga sub kelas, yakni Mandala Priority, Ultra Saver, dan Ultra Flex. Mandala Priority merupakan subkelas paling tinggi. Di kelas ini penumpang akan mendapatkan makanan dan minuman gratis, bebas masuk ruang tunggu khusus (lounge), dan mendapat tempat duduk di urutan depan. Kalau Anda ingin merasakan pelayanan di kelas ini, syaratnya satu, membeli tiket dengan harga lebih.

Ketika ditanyakan apakah Mandala termasuk maskapai dengan konsep biaya rendah (LCC), CEO Mandala Marwick Brady dengan tegas membantahnya. "Bukan, kami lebih menyebut Mandala sebagai modern generation airline," kata Brady.

Perjanjian kerja sama dengan Total E&P Indonesie di Balikpapan termasuk salah satu upaya Mandala memperluas jaringan dalam meraih penumpang. Dalam kerja sama itu, Mandala dipilih Total untuk menerbangkan 9.000 karyawan Total pada rute domestik. Balikpapan masih menjadi magnet dalam bisnis penerbangan karena banyak perusahaan bergerak di bidang pertambangan dan gas beroperasi di wilayah Kalimantan Timur itu. Untuk rute Jakarta-Balikpapan-Jakarta, Brady mengakui, posisi Mandala berada di bawah Garuda dan Lion. "Namun, untuk Balikpapan-Tarakan dan Balikpapan-Yogyakarta, Mandala berada pada urutan pertama," katanya.

Bagi Total, kerja sama itu memberikan alternatif lain dalam menyediakan sarana transportasi bagi karyawannya. Selama ini Total menggunakan pesawat reguler dan carter untuk memudahkan karyawan bertugas atau berlibur dari Balikpapan ke Pulau Jawa. "Kami menyediakan dana 3 juta dollar AS per tahun hanya untuk transportasi karyawan ini," kata VP Drilling Well Service & Logistics Total E&P Indonesie Darto Sayogyo.

"Mandala akan memberikan layanan premium untuk karyawan Total E&P Indonesie dengan memberikan Mandala Piority dan frekuensi yang baik serta jaringan penerbangan yang terintegrasi ke kota-kota bisnis di Indonesia," tutur Brady.

Di atas semua itu, tentu faktor keselamatan adalah faktor utama. Brady pun mengakui, faktor tersebut merupakan syarat mutlak dalam dunia penerbangan. Kini, semuanya berpulang kepada konsumen dalam memilih maskapai yang diinginkannya. Pasar akan menjawab, apakah strategi yang diterapkan Mandala bisa berhasil menyisihkan para maskapai pesaing dalam bisnis penerbangan di Tanah Air.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com