Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bina Graha, Kisahmu yang Berubah Sekarang

Kompas.com - 28/08/2008, 06:06 WIB

Sepuluh patung kayu Garuda atau Jatayu berdiri berderet rapat di teras samping Gedung Bina Graha, kompleks Istana Kepresidenan yang menghadap Jalan Veteran, Jakarta. Patung-patung itu berdebu dan sebagian catnya telah terkelupas atau kusam.

Sama seperti cat tembok gedung itu yang sebagian tampak mulai terkelupas.

Hari Selasa (26/8) yang panas di salah satu ruangan lantai dua gedung bekas lokasi berdirinya hotel ternama pada masa pemerintahan Belanda (Hotel der Nederlanden) itu, Cak Anis, pemimpin redaksi situs kepresidenan, sedang membuat artikel.

Ruangan di sebelah tempat Cak Anis duduk adalah tempat sidang kabinet yang diadakan secara rutin setiap satu minggu sekali pada masa pemerintahan Soeharto. Di ruangan itu, setiap hari Selasa sebelum pukul 10.00, wartawan sibuk mendekati menteri atau pejabat lain yang akan mengikuti sidang kabinet. Wartawan keluar dari ruangan itu setelah Presiden (saat itu) Soeharto datang. Wartawan menunggu hasil sidang kabinet di ruang khusus lantai I sambil bercanda dan tertawa.

Ruangan persis di bawah tempat Cak Anis duduk adalah ruang kerja Soeharto. Di tempat itu Presiden menerima tamu penting.

Di depan ruang kerja Soeharto ada ruang khusus untuk wartawan. Setelah bertemu Presiden, biasanya tamu yang datang masuk ke ruangan wartawan itu guna memberikan keterangan hasil pertemuan.

Belum lama ini seorang pemimpin redaksi sebuah surat kabar yang dulu sering nongkrong di tempat itu datang ke Gedung Bina Graha. Ia terkejut. Ruang kerja Soeharto sekarang menjadi gudang. ”Gudang apa saja,” ujar seorang pegawai di tempat itu, Selasa. Hari itu, barang yang ada di dalam gudang itu tengah diangkut untuk dibawa ke tempat lain.

Gedung berlantai II Bina Graha dibangun pada masa pemerintahan Soeharto. Direktur Utama PT Pertamina Ibnu Sutowo adalah orang yang menggagas pembangunannya. Pembangunan gedung seluas 2.955,30 meter persegi itu dimulai pada tahun 1969 dan selesai tahun 1970. Kaca jendela gedung itu tebal, antipeluru.

Letak Bina Graha (Jalan Veteran 17) di sebelah timur Istana Negara menghadap Sungai Ciliwung. Gedung ini salah satu dari beberapa gedung di halaman Istana Kepresidenan Jakarta. Gedung lain adalah Istana Merdeka (menghadap Monas), Wisma Negara, dan Masjid Baiturrahim. Wartawan peliput unjuk rasa yang sering terjadi di depan Istana Merdeka sering menyebut Istana Negara.

Pada masa pemerintahan Belanda, wilayah tempat Istana Kepresidenan berdiri bernama Rijswijk, wilayah yang meriah, tempat tinggal orang Eropa. Pada masa itu, keluarga direktur jenderal kerajaan urusan keuangan dan tanah bertempat tinggal di tempat itu. Keluarga itu lalu menjual rumahnya kepada Raffles. Tetapi, Raffles tidak menempatinya. Rumah itu terkenal dengan nama Raffles House. Tahun 1846, rumah besar itu menjadi Hotel der Nederlanden. Tahun 1950-an menjadi Hotel Dharma Nirmala.

Oleh Presiden Soekarno, tempat itu dijadikan Markas Cakrabirawa, pasukan elite pengawal presiden yang kebanyakan unsurnya dari Brigade Mobil. Tahun 1969, Ibnu Sutowo mengubah tempat itu menjadi Bina Graha. Hampir 30 tahun Soeharto berkantor di tempat itu.

Presiden BJ Habibie dan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menggunakan gedung itu sebagai kantor kepresidenan. Gus Dur membuat bagian belakang gedung ini sebagai kantor biro pers dan tempat jumpa pers. Juru bicara kepresidenan, seperti Wimar Witoelar, Yahya Staquf, dan Adhie Massardhie, berkantor di tempat itu.

Pada masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri, gedung itu dijadikan museum dan sanggar seni. Sekitar 2.000 lukisan, patung, dan barang seni berharga disimpan di tempat itu. Lukisan para maestro Indonesia dan luar negeri disimpan di tempat itu, seperti karya Affandi, Dullah, Sudjojono, R Bonet, dan Theo MeierWalter Spies. Lukisan berjudul ”Kehidupan di Sekitar Borobudur Abad Ke-9” karya Walter Spies (pelukis asal Jerman) bernilai sekitar Rp 9 miliar. Itu menurut Kepala Bagian Museum dan Sanggar Seni Istana Adek Wahyuni, lulusan Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia ASRI Yogyakarta.

Pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Bina Graha juga pernah dijadikan museum dan tempat sanggar seni, serta kantor Penasihat Khusus Presiden dan Juru Bicara Kepresidenan, seperti Andi Mallarangeng dan Dino Patti Djalal. Ketika menjadi salah satu staf khusus presiden, Zannuba Arifah Chafsoh atau Yenny Wahid juga berkantor di tempat itu.

Saat ini barang-barang seni sedang diangkut dari Istana Kepresidenan ke beberapa tempat lain, seperti Gedung Agung Yogyakarta, Istana Bogor, dan Istana Cipanas. ”Kalau tidak hati-hati memindahkan, lukisan para maestro Indonesia dan luar negeri itu bisa rusak,” kata Adek Wahyudi.

Menurut Kepala Biro Pers Istana DJ Nachrowi, kalau sekarang ada kesibukan dengan Gedung Bina Graha, hal itu karena memang akan diadakan renovasi dan perbaikan. ”Setelah perbaikan, gedung itu akan digunakan untuk melaksanakan tugas kenegaraan,” ujarnya, Rabu.

Warna karya seni, yang kini sedang dipindahkan dari Bina Graha, seperti lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro dan Berburu Banteng karya Raden Saleh, bagi orang yang tidak tahu tentang seni tampak kusam, padahal itu warna sebenarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com