Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soenarjo, Dalang Siap Naik Pentas

Kompas.com - 05/07/2008, 15:33 WIB

Laporan wartawan Kompas Kris Razianto Mada

RABU (11/6) pukul 00.30, Soenarjo memasuki restoran Sederhana di dekat Terminal Caruban, Madiun. Karena sudah larut malam, calon gubernur Jawa Timur yang diusung Partai Golkar itu tidak menyapa pengunjung lain yang terlihat mengantuk dan kelelahan. Bila disapa, jangan-jangan malah bisa mengusik orang lain.

Di restoran itu, Soenarjo hendak mengatasi rasa lapar yang mendera sejak beberapa jam sebelumnya. Rasa lapar itu bisa saja dituntaskan seandainya ia mau makan saat menghadiri temu seniman wayang di Wonosalam, Jombang.
Panitia acara menyediakan tempat dan menu khusus untuk Soenarjo. Namun, wakil wali kota pertama di Surabaya itu menolak diperlakukan berbeda dari dalang dan seniman tradisional lainnya. "Aku yo dalang, nek mangan yo bareng neng pincuk (Saya juga dalang, jadi kalau makan ya sama-sama di pincuk)," ujar penyuka berbagai jenis burung ini.

Di restoran, ayah dua anak itu makan dalam satu ruangan bersama orang-orang yang menyertai perjalanannya. Menu makanan juga disamakan. Wakil Gubernur Jatim periode 2003-2008 itu menghabiskan beberapa potong dendeng daging sembari menyaksikan ujung pertandingan sepak bola antara Rusia-Spanyol. Sesekali mantan guru itu mengomentari pertandingan penyisihan Piala Eropa 2008 tersebut.

Seusai makan, ia meninggalkan restoran dan menaiki Land Cruiser Prado L 1744 BS. Di mobil berharga termurah Rp 600 juta tersebut, Ketua DPD Golkar Jatim itu melanjutkan perjalanan ke Kota Madiun. Pukul 02.00, ia masuk Hotel Kartika Abadi. Sebagian anggota rombongannya masuk hotel lain di dekat hotel itu. Hotel Kartika Abadi itu hampir selalu disinggahi setiap kali ia ke Madiun.

Menolak diistimewakan

Seharusnya, esoknya pukul 09.00 ia meninggalkan hotel dan menuju ke tempat kampanye calon Bupati Madiun, Tomo Budiharso. Namun, ia menunda keberangkatan sampai beberapa polisi lalu lintas meninggalkan hotel.

Polisi itu sedianya diminta mengawal Soenarjo ke lokasi kampanye. "Pak Narjo tidak mau seperti itu. Bapak ingin diperlakukan sebagaimana orang biasa saja," ujar Wakil Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Jatim Jaryanto yang selalu menyertai Soenarjo ke berbagai lokasi sosialisasi yang dilakukan Soenarjo.

Tak hanya tidak suka diperlakukan istimewa, para bawahan juga menilai Soenarjo peduli dengan orang lain dan kebapakan. Setidaknya itu dirasakan Didin, salah satu pengemudi yang mendampingi Soenarjo sejak 1985. "Kalau saya membawa mobil dalam jarak jauh, setiap jam pasti dicek sudah sampai di mana," tuturnya.

Sifat kebapakan dan perhatian Soenarjo juga mudah dirasakan oleh orang yang baru di dekatnya. Ia biasa memanggil setiap orang di sekitarnya dengan sebutan "le". Sebutan itu penggalan dari kata dalam bahasa Jawa, tole, yang berarti adik atau anak.

Didin juga merasakan Soenarjo yang humoris. Status sebagai pejabat tidak menghalanginya bergurau dengan bawahan dan orang kecil. "Kadang bawahan sungkan sendiri diajak beliau bergurau. Meski suka bergurau, beliau juga ingin orang di sekitarnya serius kalau dibutuhkan. Beliau juga tidak bisa menoleransi ketidakdisiplinan," ungkapnya.

Dalang dan pelawak

Didin termasuk salah satu pengemudi yang mengantarkan rombongan Soenarjo ke lokasi kampanye Tomo Budi. Akhirnya rombongan itu berangkat ke lokasi kampanye tanpa pengawalan polisi. Sekitar satu jam Soenarjo berada di Lapangan Jiwan, Madiun, untuk mengampanyekan Tomo yang diusung Golkar bersama 17 partai lain. Tidak lupa ia meminta restu mencalonkan diri sebagai Gubernur Jatim.

Dari lokasi kampanye, ia menuju ke rumah Kepala Desa Selorejo, Nganjuk. Di tempat itu telah menanti beberapa orang seperti Rektor Universitas 17 Agustus Surabaya Udjiono. Pemilik rumah memang kerabat Udjiono. Di rumah itu, Soenarjo mengisahkan sebagian masa lalunya. "Sebagai orang desa, saya dulu bercita-cita menjadi guru. Tetapi, rupanya cita-cita itu tidak direstui dan saya jadi seperti sekarang ini," ujar penyuka kacang rebus ini.

Hampir setahun ia mencoba mewujudkan cita-cita itu. Ia mencoba di Blitar, Jember, hingga ke Jayapura di Papua. "Di Blitar dan Jember, tempat saya mengajar bubar karena digabung dengan lembaga lain. Saya masih baru sehingga tidak ikut diajak bergabung," tuturnya.

Tetapi ia malah bisa sukses dengan dua profesi yang dilarang ayahnya, dalang dan pelawak. Bahkan, karier sukses sebagai pegawai negeri justru disebabkan kepiawaiannya melawak. Lawakannya saat menjadi pembawa acara di hadapan Wali Kota Blitar Soerjadi tahun 1970 membuat Soerjadi terkesan.

Kesan itu mendorong Soerjadi memintanya menjadi Kepala Humas Pemerintah Kota Blitar. Sejak saat itu karier cemerlangnya sebagai pegawai negeri dimulai. "Waktu mulai kerja PNS, saya masih aktif di Kwartet S (kelompok pelawak di Malang). Karena semakin sibuk, saya mundur dari Kwartet S tahun 1973," ungkapnya.

Permintaan ayahnya agar tidak menjadi dalang justru dilanggarnya pada pertengahan tahun 1970-an. Kemampuan mendalang justru membuat sukses tugasnya sebagai Kepala BKKBN Malang. "Wayang menjadi alat sosialisasi efektif di desa-desa," ujarnya mengakhiri kisah.

Setelah kisah masa lalu usai, Soenarjo dan rombongan melanjutkan perjalanan ke Kota Nganjuk. Pukul 14.31 ia memasuki Posko Salam untuk wilayah Nganjuk. Beberapa relawan pemenangan Salam telah menantinya. Tidak sampai 30 menit ia di sana. Pukul 14.55, rombongannya melanjutkan perjalanan ke Mojokerto.

Pukul 16.20, Soenarjo masuk Pasar Burung, Kota Mojokerto. Sedianya ia akan meninjau kompetisi burung berkicau di pasar itu. Sayang, kompetisi itu bubar beberapa menit sebelum rombongan Soenarjo tiba.

Ia hanya sempat bercengkerama sejenak dengan beberapa pemilik burung. Tak lupa, ia mengetes suara beberapa ekor burung. Saat beranjak dari pasar, ia berjanji akan datang tepat waktu pada kompetisi lain waktu.


KOMPAS Jawa Timur, Kamis, 19-06-2008. Halaman D

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com