Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pesawat ini Terkenal Anteng...

Kompas.com - 29/06/2008, 10:03 WIB

PESAWAT naas Cassa N 212 yang jatuh di kaki Gunung Salak, Bogor, sebelumnya pernah dipakai untuk Latihan Gabungan (Latgab) TNI 2008 di Sangatta. Selama berhari-hari pesawat itu terbang dari Bandara Sepinggan, Balikpapan, menuju ke wilayah Kutai Timur. Wartawan Tribun Joni Kusworo, pernah menumpang pesawat itu dalam misi pengintaian bersama dua jenderal TNI AU. Berikut penuturannya.

HARI masih pagi. Udara di Bandara Sepinggan, Balikpapan, Sabtu (7/6) terasa dingin. Sekilas, tak ada kehidupan di bandara internasional itu. Suasananya benarbenar sunyi senyap. Makfum, waktu itu jarum jam masih menunjukan pukul 04.00 Wita. Walau badan saya terasa kedinginan, namun langkah kaki terus bergerak menuju ke belakang terminal kargo, Bandara Sepinggan. Di tengah-tengah kegelapan itu, saya melihat puluhan anggota TNI AU terlihat sibuk di apron bandara. Tak jauh dari saya berdiri, pesawat Cassa 212 A 2106, sudah start engine. Suaranya benar-benar keras, menderu-nderu dan mendesingkan telingga.

Dari kejauhan saya melihat pilot dan co-pilot sibuk berada di ruangan cockpit. "Ditunggu... anda segera terbang," kata seorang petugas mempersilakan saya naik pesawat. Saya kaki saya melangkah ke pintu pesawat, tiba-tiba seorang petugas meminta saya untuk berhenti di tempat. "Sebentar, ada jenderal yang mau ikut dalam penerbangan ini."  Beberapa menit kemudian, dua orang jenderal, Wakil Asisten Operasi Kasum Marsekal Pertama TNI BS Silaen dan Wakil Asisten Operasi KSAU Marsekal Pertama Rodi Suprajono didampingi Danlanud Balikpapan Letkol Pnb Agus Pandu Purnama dan beberapa perwira menengah lainnya, bergegas masuk ke dalam pesawat.

Di dalam pesawat saya duduk bersebelahan dengan juru kamera dari TNI AU yang selama ini menjadi awak pesawat Cassa 212. Sayangnya, saya tidak tahu namanya. Begitu juga nama pilot yang bakal menerbangkan pesawat. Apakah hari itu Mayor Pnb Bendot Adidjanto yang bertugas menerbangkan pesawat atau tidak, saya kurang tahu pasti mengingat pagi itu konsentrasi saya ikut melakukan pengintaian dari udara.

Tepat pukul 04.07, pesawat mulai take off dari bandara menuju langit Sangatta. Deru suaranya sangat khas, karena menggunakan dua baling-baling di sayapnya. Dalam hitungan detik, pesawat sudah mengangkasa ke udara, meski pesawat itu tidak butuh run way yang panjang. Cukup 600 meter, pesawat sudah bisa melesat. Beberapa menit kemudian, pesawat yang kami tumpangi sudah berada di atas ketinggian 4500 kaki. Di dalam pesawat saya melihat juru kamera mulai menyalakan kameranya. Kamera pengintai itu ditempatkan di dalam sebuah kotak dan ditaruh permanen di lantai pesawat, tepatnya di lorong pesawat. Praktis para penumpang tahu persis bagaimana bentuk kamera itu, karena peumpang harus  melangkahi kotak tempat penyimpanan kamera.

Kamera itu terhubung dengan layar monitor portable yang sudah tersedia di dalam boks. Karena masih gelap, maka di layar kamera tidak terlihat suasana yang ada di muka bumi. Ketika matahari mulai terbit, barulah saya melihat sawah, hutan, laut, sungai dan lainnya yang terpantau di layar monitor. Beberapa menit kemudian, sang pilot mulai menurunkan pesawatnya dari ketinggian 4500 kaki menjadi 1400 kaki. Sesaat kemudian, saya semakin jelas melihat benda-benda yang ada di daratan, mulai dari atap rumah dan pepohonan.

Ada dua jenis kamera intai dalam pesawat buatan tahun 1985. Pertama, kamera untuk memotret dan kamera untuk merekam gambar bergerak. Perangkat kamera itu diciptakan mahasiswa ITB, Bandung. Masih di dalam pesawat, saya tidak merasakan getaran atau sedikit guncangan. Pesawat ini terbang di atas langit Sangatta. "Memang cuaca pagi ini cukup bagus. Pesawat ini memang terkenal anteng saat di udara," ujar Marsekal Muda TNI SB Silaen kepada saya, saat berada di ketinggian 4.500 kaki, bersama Tim Pengawas dan Pengendali Latgab.  (*)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com