Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kritik Jakarta lewat Puisi

Kompas.com - 22/06/2008, 19:03 WIB

JAKARTA, MINGGU- Seniman memang selalu punya cara sendiri memberikan komentar. Tak lewat kata-kata yang dilontarkan, melainkan lewat untaian kata penuh kiasan lewat bait dalam puisi. Begitu pula IB Said (74). Ia dikenal sebagai pelukis wajah para kepala negara yang jasanya selalu digunakan Istana Negara.

Selain sebagai pelukis wajah, Said juga dikenal sebagai pelukis yang seringkali memotret wajah pinggiran Jakarta melalui goresan kuasnya. Puisi berjudul Segitiga Senen dalam Kenangan merupakan lukisan terakhir tentang Jakarta yang dibuatnya tahun 2006. Setelah menunjukkan lukisan itu, saat ditanya tentang HUT ke-481 Jakarta, ia menyodorkan sebuah puisi berjudul Jakarta. Puisi itu, menyoroti berkurangnya lahan bagi para pedestrian (pejalan kaki). 

"Puisi ini saya buat waktu saya berjalan-jalan, bener-bener jalan, jalan kaki. Saya susah mencari tempat yang nyaman untuk berjalan, karena trotoar untuk pejalan kaki sudah digunakan untuk berdagang," katanya saat ditemui Kompas.com di rumah kontrakan sederhananya, di Jalan Haji Ung, Kemayoran, Jakarta Pusat, Minggu (22/6). 

Said mengaku sering berkeliling Jakarta, tepatnya ke pinggiran Jakarta, untuk melukis beragam fenomena sosial yang ditemuinya. "Saya lebih suka melukiskan potret kumuh Jakarta. Dan itu masih kita temui, sejak zaman kemerdekaan hingga saat ini. Artinya, tak ada perubahan," kata dia. 

Tak berminat melukis gedung pencakar langit yang merambah tanah Jakarta? "Apa menariknya? Mungkin belum (tertarik). Itulah sebabnya, saya sering berkeliling untuk melihat aktivitas manusia, melihat perubahan. Dan kemudian membuat puisi yang kebanyakan kritik sosial," ujar Said. 


Inilah puisi Jakarta itu: 

Cuaca redup menyelimuti Jakarta/ obil, motor, bajaj, bus bikin macet jalan Angkasa/Patrice Lumumba/ da galian di bawah rel kereta  

Lampu merah Pintu Besi-Gunung Sahari/ Pintu Besar-Pasar Baru, pengguna jalan berebut duluan/ Masing-masing punya urusan/ Masing-masing bawa persoalan/ Yang tak nyaman pejalan kaki

Semua trotoar disabet pedagang/ Pedagang mie, pedagang bakso, gado-gado, nasi goreng dan soto/ Semua buka restoran di pnggir jalan

Di atas trotoar yang menjalar/ Jakarta, ibukota jadi butut/ Jakarta, ibukota jadi semrawut/ Jakarta, kota segala sebutan/ Jakarta, kota urban... ... ...  / Jakarta jadi ibukota RI/ Itulah potret Jakarta, sejak Indonesia merdeka...

Lalu, apa kata Anda tentang Jakarta? 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com