Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polisinya Palsu, Dokternya Gadungan

Kompas.com - 22/06/2008, 14:28 WIB

BANDARLAMPUNG - Seseorang yang mengaku anggota polisi dari Polda Lampung, dokter di RSUD dr H Abdul Moeloek (RSUDAM) Kota Bandarlampung, Provinsi Lampung, serta dokter di Apotek Kimia Farma Jakarta, berusaha mengelabui warga Bandung Jawa Barat yang nyaris menderita kerugian Rp18 juta lebih, dengan modus keluarga korban mengalami kecelakaan lalu lintas.
    
Warga Bandung yang nyaris menjadi korban penipuan itu, Endang Sambas dan Agus S, mengatakan dari Bandung, Jawa Barat, Minggu, kejadian pada Kamis (19/6), sekitar pukul 12.00 WIB.
    
Menurut Agus S, pada Kamis siang itu, keluarga Endang di Bandung tiba-tiba mendapat telepon dari seseorang yang mengaku anggota kepolisian di Lampung yang mengabarkan bahwa anak Endang Sambas bernama Deden R Sambas mengalami kecelakaan lalu lintas di Lampung.
    
Menurut penelepon itu, Deden Sambas sedang berada di ruang Unit Gawat Darurat (UGD) RSUDAM Bandarlampung, dan akan segera menjalani operasi di ruang ICU. Guna meyakinkan keluarga korban, oknum yang mengaku polisi tadi dalam pembicaraan telepon juga memperdengarkan suara rintihan pasien yang sedang kesakitan, seolah-olah yang meritih itu suara Deden Sambas.
    
Dalam teleponnya itu, oknum tadi memerintahkan agar keluarga Deden segera menghubungi dokter yang merawatnya di RS itu, disebutkan bernama dr Komarudin, dengan nomor telepon 0721-8779999.
    
Oknum penelpon tadi juga mengatakan, karena obat untuk operasi di Lampung tidak lengkap, maka harus dicarikan di Apotek lain, yaitu apotek Kimia Farma Jakarta, dan keluarga Deden diminta segera menghubungi dr Handoko di Apotek tersebut, dengan nomor telepon 0815462842163 dan 081563281852.
    
Karena pasien akan segera dioperasi, keluarga korban saat itu juga dimita untuk segera mengirimkan uang guna menebus obat yang diperlukan bagi kelancaran operasi tadi, melalui rekening sebesar Rp 18.104.000.
                                               
Penipuan
    
Keluaga Endang Sambas dan Agus mendadak kebingungan campur panik menghadapi semua itu, sehingga segera mencari jalan keluar. Kebetulan anaknya, Deden Sambas, yang juga anggota Wanadri Bandung, Jawa Barat, selama beberapa hari tidak berada di rumah, karena sedang megikuti perjalanan ke pulau-pulau di Indonesia, termasuk di wilayah Sumatera.
    
Mereka kemudian mengontak keluarga besar di Bandung, Jakarta, dan Bandarlampung, untuk mengecek kebenaran berita itu sekaligus keberadaan serta kondisi Deden melalui pihak kepolisian di Lampung, RSUDAM Bandarlampug, dan RSUD Kalianda, di Lampung Selatan.    
    
"Tolong bantu saya untuk mengecek keberadaan Deden Sambas apakah benar mengalami kecelakaan, sekarang ada dimana, dan kondisinya bagaimana," kata Agus melalui telepon dari Bandung kepada sanak keluarganya di Lampung.
    
Keluarga Deden mengaku tidak bisa langsung mengirim uang sebesar Rp18 jua lebih yang diminta oknum tadi, dengan alasan uang yang dimiliki belum cukup, dan masih akan mengadakan musyawarah dengan keluarga besar di Bandung, sehingga perlu waktu untuk menghubungi kembali.
    
Namun ketika keluarganya mengecek langsung di UGD RSUDAM dan RSUD Kalianda, ternyata selama dua hari (Rabu hingga Kamis siang itu) tidak ada pasien kecelakaan lalu lintas yang bernama Deden Sambas, apalagi yang harus menjalani operasi di ruang ICU RSUDAM Bandarlampung itu.
    
Setelah melakukan pengecekan, pihak keluarga Endang Sambas mulai menaruh curiga kemungkinan penipuan, dan ketika berusaha menghubungi kembali nomor-nomor telepon yang disebutkan tadi, tidak berhasil kontak atau tidak ada yang mengangkatnya.
    
Mereka benar-benar menyadari nyaris menjadi korban penipuan itu, ketika ternyata Deden Sambas yang dikabarkan mengalami kecelakaan yang semula agak sulit dihubungi melalui HP-nya, ternyata berhasil dihubungi.
    
Dia ternyata masih menjalankan tugasnya melakukan penjelajahan ke pulau-lulau di Indonesia. Pada Kamis siang (19/6) itu, Deden bersama rombongannya berada di sekitar Pulau Nias, Sumatea Utara (Sumut).
    
"Alhamdulillah, ternyata tadi kami akan ditipu, karena Deden dalam keadaan sehat dan sekarang sedang berada di Pulau Nias, Sumut. Deden malah sempat tertawa-tawa keheranan ketika tahu dia dikabarkan mengalami kecelakaan dan harus dioperasi," kata keluarga Endang, Agus pula.
    
Dia juga mengaku sangat bersyukur, karena saat dalam kepanikan akibat ditelepon mendadak bahwa ada anggota keluarga dekatnya mengalami kecelakaan serta dalam kondisi mengkhawatirkan, tidak langsung memenuhi permintaan mengirimkan uang Rp18 juta yang diminta.
    
"Ternyata kami hampir ditipu. Untung saja tidak langsuNg memenuhi permintaan mereka. Uang sebanyak itu bagi kami sangat besar, dan kebetulan saat itu kami juga belum memegang uangnya," kata dia lagi.
    
Agus mengaku baru pertamakali mengalami upaya penipuan itu, dan dia mengharapkan peristiwa itu bisa menjadi pelajaran bagi pihak lain jika mengalami modus penipuan yang hampir sama.
    
Agus juga menyampaikan terima kasih sekaligus permohonan maaf kepada keluarga besar dan pihak lain yang telah membantu melacak kondisi Deden ke sejumlah kantor polisi dan rumah sakit, akibat telepon gelap dari oknum yang mengaku polisi dan dokter tadi.
    
"Saya sampaikan terima kasih dan mohon maaf, karena atas kejadian ini banyak yang telah direpotkan," demikian Agus S.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com