Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dua Guru Mengajar Bersamaan di Enggano

Kompas.com - 13/06/2008, 19:32 WIB

Oleh Iwan Santosa

RUANG kelas berdinding kayu ukuran enam meter kali enam meter disekat papan membagi ruangan menjadi dua, papan tulis dipasang di depan, dipakai dua kelas sekaligus. Itulah cara mengajar sekolah dasar di Pulau Enggano, yakni dua guru untuk dua kelas yang berbeda hadir bersamaan di dalam ruangan.

Semua SD di Enggano, yakni di Desa Kahyapu, Ka'ana, Malakoni, Apoho, dan Banjarsari menggunakan sistem sama karena tiap sekolah hanya memiliki tiga ruang kelas yang digunakan siswa kelas I hingga siswa kelas VI.

Selasa (13/5) pagi, papan penyekat kelas V dan VI di SD Apoho dicabut karena ruangan digunakan untuk ujian akhir nasional. Murid-murid kelas VI sebanyak tujuh orang terlihat tekun mengerjakan soal ujian Bahasa Indonesia.

Seusai ujian, Silva Nugrawati (12) mengaku dapat mengerjakan soal dengan mudah. "Yang sulit ujian Matematika dan IPA," kata Silva.

Silva sejak kelas I SD bersama enam rekan menempuh pelajaran dengan sarana terbatas, yakni kelas yang dibagi dua. Pendidikan diperoleh dengan harga mahal karena banyak dari mereka yang harus menempuh perjalanan kaki beberapa kilometer tiap hari untuk menjangkau sekolah.

Sedangkan para guru juga harus pandai-pandai mengatur ketertiban di dalam kelas yang "terbelah" itu. "Sehari-hari kita mengajar bergantian. Kelas satu digabung kelas dua, kelas tiga digabung kelas empat, dan kelas lima digabung dengan kelas enam. Tiap guru bergantian membacakan materi pelajaran dan menulis di papan tulis. Murid-murid juga bergantian mendengarkan materi yang disampaikan," kata Ari Suryanto (26), Guru SD 02 Banjarsari yang mengawasi ujian di SD 01 Apoho.

Lebih baik

Berbagi ruang untuk dua kelas yang belajar bersamaan dianggap sudah lebih baik. Pasalnya, menurut Daniel Hutapea (46) guru SD Apoho yang sudah 22 tahun mengajar, SD Apoho sempat 6 tahun menumpang di bangunan Puskesmas Enggano karena gedung roboh akibat gempa besar tahun 2000, yang menghancurkan 80 persen bangunan di Pulau Enggano.

Padahal, kondisi kompleks Puskesmas Enggano pun tidak lebih baik. Sebagian besar bangunan dikepung ilalang seting- gi pinggang orang dewasa. Bangunan perumahan Puskesmas Enggano juga terlihat tidak terawat.

Untunglah kini puluhan siswa SD Apoho sudah bisa kembali bersekolah meski harus membagi satu ruang untuk dua kelas yang berbeda. Itu pun para guru terpaksa menempati ruang perpustakaan yang dijadikan kantor mereka. Sarana kamar mandi tidak tersedia di kompleks sekolah tersebut sehingga para guru dan murid harus pulang atau menumpang di rumah warga untuk menuntaskan panggilan alam.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com