Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menengok Wisata di Malaysia (2)

Kompas.com - 29/05/2008, 16:01 WIB

Laporan Wartawan Persda Network, Ade Mayasanto

TIDAK lengkap rasanya berwisata ke Malaysia kalau tidak mengunjungi pusat pemerintahan federal baru di Putrajaya yang berlokasi di propinsi Selangor. Berada di hamparan tanah seluas lima hektar, Putrajaya menawarkan wisata desain kotapraja modern dengan tampilan dua konsep, yakni kota taman dan kota pintar.

Di daerah Putrajaya, terdapat pusat konvensi yang berbentuk layang-layang wau atau bulan. Gedung ini memiliki fasilitas untuk konvensi internasional dan regional, serta untuk acara pameran. Selain itu, Putrajaya juga menampilkan lima jembatan unik yang menampilkan kekhasan daerah wilayah tersebut. Kelima jembatan itu antara lain Jembatan Putra, Jembatan Seri Perdana, Jembatan Seri Bakti, Jembatan Seri Gemilang dan Jembatan Seri Wawasan.

Dengan lokasi yang menawan tersebut, pemerintah Malaysia pun menggandeng sekitar 700 tamu dari wartawan media cetak dan elektronik, biro perjalanan dari berbagai negara Asia, Amerika, Eropa dan Timur Tengah.

Tidak sekedar menawarkan lokasi, pemerintah Malaysia
memamerkan kegiatan wisata Malaysia bertajuk Colours and Flavours of Malaysia. Kegiatan ini mempertontonkan kekayaan warna, budaya, dan ragam makanan, serta keunikan multikultur, multi-etnis, dalam suasana yang penuh ria dan tawa.  

Namun sebelum acara puncak yang menggelar pertunjukan
jalanan, musik dan tarian dibuka, pengunjung mendapat
pertunjukan wayang kulit yang menurut pembawa acara,
wayang kulit juga terdapat di wilayah Malaysia sejak 250 tahun yang lalu.

"Wayang kulit ini sudah ada di Malaysia sejak 250 tahun yang lalu," ujar pembawa acara kepada pengunjung dalam bahasa Melayu dan Inggris.

Tidak seperti yang biasa terjadi di Indonesia, wayang kulit ala Malaysia ini diperagakan oleh tiga dalang sekaligus. Tiga dalang ini tidak hanya duduk diam, dan kemudian memainkan olah tangan untuk membuat 'hidup' wayang kulit. Ketiga dalang ini bahkan bisa berlari untuk membuat cerita wayang pada layar lebar sehingga menarik untuk ditonton. Diiringi tujuh alat musik, seorang dalang bercerita dengan menggunakan Bahasa Melayu. Pertunjukkan wayang kulit ini berkisah tentang raja yang gemar memelihara binatang gajah, harimau, dan burung.

Kamrul Hussin, seorang dalang yang sempat mempetontonkan aksinya selama 20 menit kepada Persda Network membeberkan perihal wayang kulit yang berada di Malaysia.

"Wayang kulit yang saya mainkan itu wayang kulit dari Kelantan. Wayang ini dulunya dipanggil Wayang Siam," kata Kamrul Hussin dengan semangat.

Tidak diketahui persis, sejak kapan perubahan nama dari wayang Siam menjadi wayang Kelantan.Namun Kamrul menceritakan bahwa kelantan sendiri berarti petani. "Petani itu adalah kelantan di Malaysia," tandasnya.

Kamrul menambahkan, dalam wayang kulit Kelantan sebenarnya hanya menggunakan layar kecil dengan satu dalang disertai alunan musik tradisional.

"Layar lebar dan tiga dalang yang anda lihat tadi adalah eksperimentasi yang kita buat supaya dapat ditonton orang banyak. Tapi di Kelantan, dalang itu satu dengan suara dan karakter bermacam-macam," ungkapnya.

Pertunjukkan wayang kulit ala Malaysia dalam acara Colours and Flavours of Malaysia yang dimeriahkan sekitar 1,600 peserta dengan bentuk parade sempat mendapat perhatian besar dari rombongan Indonesia yang ikut hadir dalam acara itu. Sebagian mempertanyakan original wayang kulit sebagai budaya di Malaysia.

"Yang saya tahu wayang itu adalah bahasa jawa. Apakah ini akan diklaim lagi oleh mereka?" kata seorang rombongan Indonesia kepada Persda Network dengan nada meninggi. (bersambung)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com