Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aktivitas Mereka Melengkapi Kiprah Suami...

Kompas.com - 11/05/2008, 23:58 WIB

Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu atau SIKIB lahir dari gagasan mulia yang muncul dari keprihatinan. Gagasan itu lalu diterjemahkan dengan sejumlah tindakan mulia. Program Indonesia Pintar yang sudah tiga tahun berjalan adalah salah satu dari gagasan yang mewujud.

Kemiskinan tak boleh menghalangi anak-anak menjadi pintar. Itu gagasan Ny Ani Yudhoyono yang menjadi pelindung SIKIB bersama Ny Mufida Kalla. SIKIB dengan dana patungan dan sumbangan dermawan membuat mobil pintar, motor pintar, rumah pintar, dan terakhir kapal pintar gratis untuk siapa saja.

Mulai dengan mengoperasikan enam mobil pintar di kawasan miskin Jakarta, kini dioperasikan ratusan unit yang tersebar di kabupaten/kota se-Indonesia. Dua mobil pintar bahkan dioperasikan di Lebanon oleh anggota TNI yang jadi pasukan penjaga perdamaian PBB.

Ny Ani menyebut, kiprah SIKIB adalah terjemahan arahan Presiden Yudhoyono agar istri pejabat berkegiatan di bidang sosial, pendidikan, dan peningkatan kualitas hidup perempuan dan anak-anak. Untuk itu, selain program Indonesia Pintar, SIKIB juga melaksanakan program Indonesia Hijau, Indonesia Kreatif, Indonesia Sehat, dan Indonesia Peduli.

Ulang tahun ketiga program Indonesia Pintar disatukan dengan peringatan Hari Kebangkitan Nasional di Lapangan Monumen Nasional, Jakarta, Minggu (11/5). Ketua SIKIB Ny Murniati Widodo AS mengemukakan, kegiatan istri pejabat dilakukan untuk melengkapi program pemerintah atau suami.

Meski sekadar melengkapi, dalam acara di Lapangan Monas, para suami untuk sementara gantian menjadi pelengkap saja. Presiden Yudhoyono yang dijadwalkan hadir urung datang karena bersama Wapres Jusuf Kalla menjadi saksi pernikahan Ketua MPR Hidayat Nur Wahid.

Selain dihadiri sejumlah besar menteri, acara dihadiri sekitar 7.000 anak usia sekolah yang antusias datang sejak pukul 06.00. Anak-anak yang mengenakan kaus SIKIB menyimak betul sambutan Ny Ani yang komunikatif. Yel-yel diteriakkan bersama anak-anak pada awal pidatonya.

Virly (10), siswi kelas IV SDN Gambir 01 Pagi, Jakarta Pusat, harus berdiri di kursi yang didudukinya untuk melihat Ny Ani yang berapi-api berpidato di podium Garuda. Ia mengaku senang bisa tergabung bersama sekitar 7.000 teman seusianya.

Ny Ani mengemukakan, program SIKIB tidak berhenti meski sudah berkembang dan meluas. Masih banyak keprihatinan yang harus ditangani. Program SIKIB perlu dukungan untuk bisa membantu mewujudkan kesejahteraan. Untuk itu, nota kesepahaman SIKIB dengan 20 departemen/instansi ditandatangani.

Tidak perlu jauh-jauh mencari di mana keprihatinan itu masih ada. Di belakang panggung tempat Kerispatih menyanyikan lagu Kawan ciptaan Presiden Yudhoyono, ada Slamet (9) yang berpakaian Spiderman lusuh menenteng plastik besar.

Saat teman-teman seusianya bergembira duduk menyaksikan rangkaian acara, Slamet tak berhenti memunguti sampah makanan dan minuman yang dibiarkan berserakan di belakang panggung. Siswa kelas III SD di Tamansari, Jakarta, ini datang bersama orangtuanya berbekal kantong plastik besar.

”Setiap minggu pagi saya selalu ke Monas bareng orangtua dari rumah,” ujar Slamet. Rumah itu adalah bedeng yang didirikan di Stasiun Sawah Besar, Jakarta.

Untuk menangani keprihatinan seperti yang diperjuangkan Slamet dan orangtuanya, Ny Ani minta nota kesepahaman betul- betul dijalankan. ”Bila kita peduli, bersama kita bisa mewujudkan Indonesia sejahtera,” ujarnya. (INU)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com