Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ayah Mayang: Tes DNA Palsu!

Kompas.com - 31/03/2008, 06:34 WIB

PURWOKERTO, SENIN - Geger bocoran hasil tes DNA (deoxyrebose nucleic acid) putri Mayangsari, Khirani Siti Hartina Trihatmodjo alias Kiran yang disebut-sebut bukan darah daging Bambang Trihatmodjo (BT), tak menggoyahkan keyakinan ayah kandung Mayangsari, Ki Soegito Poerbotjarito (67). Ia tak percaya akan hasil tes DNA itu dan menilainya palsu.

Dalang kondang di eks Karesidenan Banyumas, Jawa Tengah ini tetap yakin, Kiran yang  Minggu (30/3) kemarin genap dua tahun merupakan buah hati pasangan Mayangsari (anak Soegito dari istri ketiga, Ny Larasatun Woro Cengkir Gading) yang kerap dipanggil Mayang dan putra ketiga mantan Presiden Soeharto, Bambang Trihatmodjo alais Bambang Tri.

"Kiran itu memang anak Mayang-Bambang sendiri. Saya yakin itu. Dan buktinya  Bambang masih senang sama Mayang, sebaliknya Mayang juga sayang banget sama Mas Bambang," ujar Soegito ketika ditemui di kediamannya yang asri di Desa Keniten, Kecamatan Kedungbanteng, Banyumas, Jateng, Sabtu (29/3).

Bocoran
Sepekan terakhir santer diberitakan, Ny Jenny Nuraeni, ibunda aktor Adi Firansyah (alm) yang disebut-sebut sebagai pria yang pernah dekat dengan Mayang, mendengar kabar yang menyebutkan bahwa Kiran bukanlah anak Bambang Trihatmodjo.

Pengakuan Ny Jenny di media ini menyulut masalah baru, apakah berarti benar Kiran anak Adi? Dugaan ini didasarkan atas hasil negatif tes DNA yang dibocorkan seseorang kepada Ny Jenny. Kabar  terbaru ini membuat perempuan setengah baya tersebut kembali mengenang kedekatan Mayang dengan Adi. Adi Firansyah adalah pesinetron yang tewas kecelakaan ketika naik sepeda motor di Jatibening, Bekasi, Desember 2006.

Sebelumnya Ny Jenny sempat menyatakan tentang kemungkinan Kiran adalah anak hasil hubungan Mayang dan Adi.  "Yang jelas, saya dan keluarga ingin tahu kebenarannya," katanya.

Ia pernah mengimbau agar dilakukan tes DNA pada Kiran. Sebab hanya lewat tes DNA kebenaran akan terungkap, bukan dengan cara melihat kemiripan atau melihat foto belaka lalu ditarik kesimpulan bahwa Adi adalah ayah biologis Kiran.

"Saya belum percaya kalau dibilang tes DNA negatif (bukan anak Bambang- -Red). Saya baru percaya kalau hasil tes DNA diserahkan kepada saya," ucapnya Jumat (28/3). Jika akhirnya terbukti Kiran anak Adi, Jenny akan menerimanya dengan senang hati. Namun, saat ini ia tak percaya hal-hal yang tidak ada buktinya.

Sementara itu, Soegito mengungkapkan, sewaktu Kiran lahir, dokter yang menanganinya menolak melakukan tes DNA, menyusul wacana yang kala itu sudah muncul, entah siapa yang mengembuskan.

Test DNA adalah untuk mengidentifikasi secara genetika status seorang bayi atau anak untuk mengetahui orang tua (ayah) aslinya. Tes DNA merupakan penemuan ilmu Kedokteran (Medis) yang sampai saat ini dinilai masih paling akurat untuk melacak hubungan biologis antarindivisu.

"Saya waktu itu mendengar langsung dari dokter RS Internasional Bintaro yang menangani proses persalinan Mayang. Mereka tidak mau melakukan tes DNA," ujar Soegito tanpa menyebutkan alasannya.

Soegito mengaku ingat betul, Mayang yang saat itu berusia 35 tahun (lahir 23 Agustus 1971), melahirkan bayi perempuan di RS Internasional Bintaro dengan berat badan 2,6 kg dan panjang 46 cm. Bayi yang diberi nama Khirani Siti Hartina Trihatmodjo alias Kiran itu lahir pukul 05.46 melalui operasi caesar. Operasi caesar atau sectio caesaria adalah proses persalinan dengan cara mengiris perut hingga rahim seorang ibu untuk mengeluarkan bayinya.

Dua hari setelah persalinan, 2 April 2006, Mayang meninggalkan RS Internasional Bintaro. Sambil mendekap buah hatinya, ia dijemput Bambang Trihatmodjo, Ny Larasatun  Woro Cengkir Gading  (ibunda Mayang), Gita Laras Wahyuni Retno Dewanti (adik kandung Mayang, sekaligus manajernya), Soegito, dan desainer Adjie Notonegoro.

Soegito mengaku sudah kebal terhadap suara-suara miring yang memojokkan Mayang.  "Biasalah, manusia punya mulut, ya memang untuk bicara. Mau bicara apa saja silakan. Saya tak terlalu memedulikannya. Justru saya mendoakan mereka yang memojokkan Mayang segera sadar akan perbuatannya. Tuhan Maha Tahu,"  ujarnya.

Dalam filosofi Jawa, sambung Soegito, geni aja dilawan karo geni (jangan melawan api dengan api).  "Kalau api dilawan dengan api, ya akan menyala. Artinya, kalau omongan keras dan kasar dilawan dengan keras dan kasar juga, apalagi emosional, ya  akan  berbahaya. Prinsip saya, omongan orang yang memojokkan Mayang, biarkan saja, nanti toh akan berhenti sendiri. Di sini  saya menerapkan prinsip, geni ya kudune dilawan karo banyu (seharusnya api dilawan dengan air). Pasti api itu akan padam," ujar Soegito yang kini hidup damai dengan istri kelimanya, Ny Rusmirah.

Ultah Kiran

Sejak Sabtu (29/3) malam Bambang Triharmodjo tampak di rumah lama Mayang, sebelum menuju kompleks wisata Baturaden, sekitar 17 kilometer dari Purwokerto untuk memersiapkan ultah kedua Kiran. Rumah lama Mayang terletak di Jalan Kalibenar, Gang 1, Purwokerto.

Rumah Mayang yang baru terletak di RT 3/RW 2, Desa Karangsalam, Kecamatan Kedungbanteng, Banyumas. Meski belum rampung seratus persen, rumah yang berarsitektur Jawa modern dan berlokasi dekat kampus Universitas Wijaya  Kusuma (Unwiku) Purwokerto itu terlihat sangat megah untuk ukuran Purokerto.

Pantauan Warta Kota, Sabtu (29/3) petang kemarin, rumah baru Mayang masih dikelilingi pagar seng setinggi tiga meter lebih. Beberapa penjaga mengawasi orang-orang yang keluar masuk rumah. Siapa pun tidak diperbolehkan masuk sembarangan, termasuk wartawan. Bahkan, ada sejumlah wartawan yang kemarin berusaha  mengambil gambar rumah baru Mayang dengan cara mengintip dari luar, kena didamprat  petugas keamanan.

Kamis siang (27/3) lalu, sekitar pukul 14.00, puluhan mobil  mewah berjajar parkir di depan rumah Mayang. Tampak Mayang sambil menggendong Kiran memasuki  rumah barunya. Di belakangnya tampak ayah Mayang, Soegito, kakak Mayang Sigit  Aji Sabdopriyono, dan Larasatun Woro Cengkir Gading  serta sejumlah kerabat dekat, namun tidak tampak Bambang Trihatmodjo.

Di bawah pengawalan ketat pengawal pribadinya,  Mayang memasuki rumah barunya. Sejumlah perabot sudah tertata di ruang tamu, seperti meubel ukir Jepara, sofa mewah yang didatangkan khusus dari Jakarta, almari, dan lainnya. Walau belum seluruhnya terisi perabotan, rumah baru Mayang sudah layak huni.

"Rumah Mayang memang belum selesai seluruhnya, namun sudah siap dihuni," ujar  Toriban (56), salah seorang penjaga rumah.

Menurut Toriban yang mengaku dibayar Rp 400 ribu per bulan, ada lima petugas jaga yang  disiagakan, pergantian tugas siang dan malam.  "Saya sendiri sering jaga  malam, karena rumah saya dekat sini," ujar  Toriban.

Saat resmi menempati rumah baru nanti, ayah Mayang akan menggelar pentas wayang kulit. "Isunya memang akan menggelar wayang kulit dengan dalang Ki Soegito dan Ki Sigit. Mungkin bulan depan menggelar pentas wayangnya, karena rumah Mayang akan selesai seluruhnya sebulan lagi," ujar Toriban.

Kini, sambung Toriban, jumlah pekerja yang menggarap rumah Mayang tinggal 25 orang. Padahal, sebelumnya ada  125 orang.  "Dari 25 pekerja, di antaraanya menyelesaikan bagian belakang, taman, dan kolam. Di belakang rumah Mayang, memang ada kolam yang cukup besar,"  ujarnya.

Ny Larastun Woro Cengkir Gading  yang belum pulih dari sakitnya, kemarin  tampak di rumah Mayang yang lama, di Jalan Kalibenar, Gang 1, Purwokerto. Di rumah in i Ny Larasatun  menerima kedatangan Bambang Trihatmodjo. Hanya beberapa saat Bambang berada di rumah Mayang yang lama.

Pada petang hari setelah menerima  menantunya, Ny Larasatun kembali ke rumahnya di Kompleks Radio  PT Sumasli. "Ibu belum sehat benar. Kedatangannya kali ini, ingin  melihat  dari dekat kondisi karyawannya, setelah lama ditinggalkan, karena dirawat di RS Abdi Waluyo, Menteng, Jakarta Pusat," ujar salah seorang  penyiar Radio yang keberatan disebut namanya. (TAT/LUC/*)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com