Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jose Rizal pun Memecahkan Kesunyian Itu

Kompas.com - 15/02/2008, 20:32 WIB

Premis keberagaman melahirkan keindahan rupanya berlaku juga pada acara Puisi-puisi Cinta  Sapardi Djoko Damono yang diselenggarakan oleh Pusat Kesenian Jakarta yang berlangsung di Graha Bhakti Budaya
Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 14-15 Februari 2008.

Suasana ngelangut dibangun dari awal acara lewat penampilan anak-anak Teater Tanah Airku yang membawakan puisi Selamat Pagi Indonesia, dan terus berlanjut penampilan Lab Musik Jakarta yang membawakan puisi Akulah si Telaga dan Metamorfosis, dilanjutkan baca puisi oleh Cornelia Agatha, musikalisasi puisi oleh Ari Malibu dan Reda, baca puisi oleh Inne Febrianti, baca puisi oleh AGS Ary Dipayana, semuanya berkesan muram.

Untunglah, pembaca puisi humor Jose Rizal Manua memecahkan suasana. Ia dengan pintar memilih dua puisi; Iklan dan Tuan yang membuat penonton jadi tahu, sesungguhnyalah Sapardi punya sisi lain dalam berkarya. Ternyata, Sapardi juga lucu.
 
Dari waktu ke waktu pada malam pertama, Kamis (14/2), penonton dibawa dalam suasana melankolik. Teater Tanah Airku sebagai pembuka acara, tak menjanjikan apa-apa dalam menginterpretasi karya Sapardi. Pun begitu dengan Lab Musik Jakarta. Dua lagu yang mereka bawakan cuma diubah aransemen musiknya. Terutama pada lagu Metamorfosis. Aslinya--seperti pada album Hujan Bulan Juni--lagu ini berirama 4/4, tapi oleh Lab Musik diubah menjadi 3/4. Namun rasanya ini tak cukup memberi warna. Padahal, jika mereka diberi kesempatan untuk menggubah, boleh jadi ceritanya jadi lain.

Sementara, pada dua kali penampilan Ari dan Reda, tak ada yang istimewa. Artinya, mereka menjalani kebiasaan yang selama ini mereka lakoni tiap kali tampil di panggung membawakan musikalisasi puisi-puisi karya Sapardi. Bahkan pada malam pertama, vokal Reda dan kord Ari kerap meleset.

Setelah Inne Febrianti yang membaca puisi dengan ekspresif, muncul Gita Suara Nassa (GSN) Choir. Setidaknya, tampilan GSN memberi cakrawala yang lain pada lagu yang mereka bawakan. Hal ini diakui pula oleh Sapardi Djoko Damono usai pementasan. Ia mengatakan, penampilan GSN memberi warna lain dari musikalisasi puisi yang mereka nyanyikan.

Lalu, Jose Rizal pun tampil menyegarkan suasana. Jose yang berbaju hijau dan berbangklon, membuat penonton terbahak-bahak karena ekspresi dan juga isi puisi yang dibawakannya. Salah satunya adalah yang berjudul Iklan. Inilah puisi Iklan karya Sapardi Djoko Damono:

Ia penggemar berat iklan. “Iklan itu sebenar-benar hiburan,” kata lelaki itu. “Siaran berita dan cerita itu sekedar selingan.” Ia tahan seharian di depan televise. Istrinya suka menyedikan kopi dan kadang-kadang kacang atau kentang goring untuk menemaninya mengunyah iklan.

Anak perempuannya suka menatapnya aneh jika ia menirukan lagu iklan Supermi – Kepalanya bergoyang-goyang dan matanya berbinar-binar. Anak lelakinya sering memandangnya curiga jika ia tertawa melihat badut itu mengiklankan sepatu sandal – kakinya digerak-gerakkannya ke kanan-kiri. Dan istrinya suka tidak paham jika ia mendadak terbahak-bahak ketika menyaksikan iklan tentang kepedulian social itu – dua tangannya terkepal dan dihentak-hentakkannya.

Lelaki itu meninggal seminggu yang lalu; konon yang terakhir diucapkannya sebelum “Allahuakbar” adalah “Hidup Iklan!” Sejak itu istrinya gemar duduk di depan televise, bersama anak-anaknya, menebak-nebak iklan mana gerangan yang menurut dokter itu telah menyebabkannya begitu bersemangat sehingga jantungnya mendadak berhenti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com