Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Boraks dan Formalin: Lalat Saja Nggak Doyan

Kompas.com - 10/01/2008, 23:14 WIB

"PAKAI formalin nggak, Mang, tahunya?" tanya seorang ibu. "Kalau mau tahu yang bebas formalin gampang kok, Bu, pilih saja yang dilaletin," sahut ibu yang satu lagi.

Seperti biasa, celoteh sejumlah ibu saat merubungi tukang sayur keliling selalu menghiasi suasana pagi di suatu kompleks perumahan. Namun, sejak Tabloid GHS memberitakan tentang pengawet mayat (formalin), boraks (antiseptik), juga pewarna tekstil (Rhodamin B) yang dipakai untuk mengawetkan makanan, dan kemudian dilanjutkan oleh berbagai media massa, banyak orang menjadi lebih berhati-hati. 

Selain lebih cerewet tanya ini-itu kepada penjualnya, tiap orang juga mencari kiat mudah untuk mencirikan makanan yang aman. Seperti ibu tadi. Menurutnya, makanan berformalin akan dijauhi lalat. Lalu, makanan seperti bakso yang mengandung boraks, tak bakal disentuh kucing. "Binatang saja ndak doyan, masa iya manusia mesti memakannya," ujarnya.  

Sampel dan pengujian laboratorium Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) akan adanya pengawet berbahaya itu awal Desember lalu memang hanya mencakup wilayah Bandar Lampung, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Mataram, dan Makassar. Namun, ada baiknya seluruh rakyat Indonesia saat ini mewaspadai kenyataan itu. 

Sebetulnya penggunaan pengawet yang dapat memicu penyakit itu telah digunakan sejak belasan tahun lalu. Mungkin saja bahan makanan lain yang tidak masuk pengujian BPOM juga telah terkontaminasi zat-zat kimia itu.
Produk makanan atau sampel yang diuji meliputi tahu, mi basah, dan ikan yang secara keseluruhan berjumlah 761 sampel.

Formalin Merusak Saraf Pusat
Formalin adalah bahan kimia yang kegunaannya untuk urusan luar tubuh. Contohnya untuk pembunuh hama, pengawet mayat, bahan disinfektan dalam industri plastik, busa, dan resin untuk kertas. Di dalam formalin terkandung sekitar 37 persen formaldehid dalam air. Biasanya ditambahkan metanol hingga 15 persen sebagai pengawet.
Akibat masuknya formalin pada tubuh bisa akut maupun kronis. Kondisi akut tampak dengan gejala alergi, mata berair, mual, muntah, seperti iritasi, kemerahan, rasa terbakar, sakit perut, dan pusing.

Kondisi kronis tampak setelah dalam jangka lama dan berulang bahan ini masuk ke dalam tubuh. Gejalanya iritasi parah, mata berair, juga gangguan pencernaan, hati, ginjal, pankreas, sistem saraf pusat, menstruasi, dan memicu kanker.

Pertolongan pertama pada keracunan akut
Tergantung konsentrasi cairan dan gejala yang dialami korban.
* Sebelum ke rumah sakit: Gunakan arang aktif (norit). Jangan memberi rangsang agar muntah karena menimbulkan risiko trauma korosif pada saluran cerna atas.
* Di rumah sakit: Dilakukan bilas lambung (gastric lavage), pemberian arang aktif (meski pemberian ini akan mengganggu penglihatan bila dilakukan teropong usus untuk mendiagnosis trauma esofagus dan saluran cerna).
Hemodialisis (cuci darah) untuk mengeliminasi habis formalin dari tubuh. Tindakan ini dilakukan bila terjadi keadaan asidosis metabolik (keracunan berat yang mengganggu metabolisme). 

Ciri makanan berformalin
Mi basah:
- Bau sedikit menyengat.
- Awet, tahan dua hari dalam suhu kamar (25º Celsius). Pada suhu 10ºC atau dalam lemari es bisa tahan lebih 15 hari.
- Mi tampak mengkilat (seperti berminyak), liat (tidak mudah putus), dan tidak lengket.
Tahu:
- Bentuknya sangat bagus.
- Kenyal.
- Tidak mudah hancur dan awet (sampai tiga hari pada suhu kamar (25ºC). Pada suhu lemari es (10ºC) tahan lebih dari 15 hari.
- Bau agak menyengat.
- Aroma kedelai sudah tak nyata lagi.
Bakso:
- Kenyal.
- Awet, setidaknya pada suhu kamar bisa tahan sampai lima hari. 
Ikan:
- Warna putih bersih.
- Kenyal.
- Insangnya berwarna merah tua dan bukan merah segar.
- Awet (pada suhu kamar) sampai beberapa hari dan tidak mudah busuk.
- Tidak terasa bau amis ikan, melainkan ada bau menyengat
Ikan asin:
- Ikan berwarna bersih cerah.
- Tidak berbau khas ikan.
- Awet sampai lebih dari 1 bulan pada suhu kamar (25ºC).
- Liat (tidak mudah hancur).
Ayam potong:
- Berwarna putih bersih.
- Tidak mudah busuk atau awet dalam beberapa hari.

Boraks Bisa Mematikan
Menurut Dra. Euis Megawati, Apt., boraks adalah bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu, antiseptik kayu, dan pengontrol kecoak. Sinonimnya natrium biborat, natrium piroborat, natrium tetraborat. Sifatnya berwarna putih dan sedikit larut dalam air. 

Sering mengonsumsi makanan berboraks akan menyebabkan gangguan otak, hati, lemak, dan ginjal. Dalam jumlah banyak, boraks menyebabkan demam, anuria (tidak terbentuknya urin), koma, merangsang sistem saraf pusat, menimbulkan depresi, apatis, sianosis, tekanan darah turun, kerusakan ginjal, pingsan, bahkan kematian.

Ciri makanan berboraks
Sama seperti formalin, cukup sulit menentukan apakah suatu makanan mengandung boraks. Hanya lewat uji laboratorium, semua bisa jelas. Namun, penampakan luar tetap memang bisa dicermati karena ada perbedaan yang bisa dijadikan pegangan untuk menentukan suatu makanan aman dari boraks atau tidak.

Bakso
- Lebih kenyal dibanding bakso tanpa boraks.
- Bila digigit akan kembali ke bentuk semula.
- Tahan lama atau awet beberapa hari.
- Warnanya tampak lebih putih. Bakso yang aman berwarna abu-abu segar merata di semua bagian, baik di pinggir maupun tengah.
- Bau terasa tidak alami. Ada bau lain yang muncul.
- Bila dilemparkan ke lantai akan memantul seperti bola bekel. 

Gula Merah
- Sangat keras dan susah dibelah.
- Terlihat butiran-butiran mengkilap di bagian dalam.

Pewarna Kain di Jajanan Anak
Selain formalin dan boraks, beberapa jenis bahan makanan yang diuji BPOM juga mengandung bahan berbahaya seperti pewarna tekstil, kertas, dan cat (Rhodamin B), methanil yellow, amaranth. Pemakaian ini sangat berbahaya karena bisa memicu kanker serta merusak ginjal dan hati. Payahnya lagi, bahan-bahan ini ditambahkan pada jajanan untuk anak-anak seperti es sirop atau cendol, minuman ringan seperti limun, kue, gorengan, kerupuk, dan saus sambal.

Ciri makanan yang mengandung Rhodamin B:
- Warna kelihatan cerah (berwarna-warni), sehingga tampak menarik.
- Ada sedikit rasa pahit (terutama pada sirop atau limun).
- Muncul rasa gatal di tenggorokan setelah mengonsumsinya.
- Baunya tidak alami sesuai makanannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com