Namun, kata dia, yang harus dipertimbangkan dalam vaksinasi adalah efek samping dari vaksin tersebut.
Hal tersebut disampaikan Panji dalam diskusi publik bertajuk "Vaksinasi Covid-19: Apakah Keamanannya Terjamin?" yang digelar Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (FFUI).
"Sejatinya tidak ada vaksin yang 100 persen aman, tetapi yang patut dipertimbangkan adalah seberapa berat dan seberapa sering efek samping dari vaksin tersebut," ujar Panji dikutip dari siaran pers UI, Jumat (28/5/2021).
Selain itu, kata Panji, vaksinasi juga dibandingkan dengan kondisi pasien.
Jika tidak diberikan vaksin, maka akan mengalami Covid-19 sangat berat dengan tingkat kematian tinggi.
Data randomized controlled trial menunjukkan, ditemukan bahwa gejala apa pun yang timbul pasca-vaksinasi dan nyeri pada tempat penyuntikan, memiliki hubungan signifikan secara statistik.
"Pada kasus efek samping Guillain Barre Syndrome, tidak ada mekanisme biologis dari Guillain Barre Syndrome dan vaksin Covid-19 sehingga penyebab efek samping perlu ditelusuri lebih lanjut," kata dia.
Lebih jauh, Panji mengimbau mahasiswa kesehatan untuk menyampaikan kepada publik tentang kompleksitas keamanan vaksin.
Selain itu, mereka juga diharapkan dapat meyakinkan masyarakat agar memiliki persepsi yang benar tentang vaksin Covid-19.
Adapun saat ini Indonesia tengah mengejar target vaksinasi Covid-19 mencapai 70 persen populasi penduduk Indonesia atau sekitar 181 juta orang untuk membentu kekebalan kelompok (herd immunity).
Namun dalam pelaksanaannya, muncul kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) kepada beberapa orang setelah melakukan vaksinasi Covid-19.
Meskipun demikian, pemerintah memastikan bahwa vaksin yang digunakan Indonesia baik Sinovac, AstraZeneca, maupun Sinopharm aman.
https://nasional.kompas.com/read/2021/05/28/15362321/vaksin-dinilai-tidak-ada-yang-aman-100-persen-perlu-pertimbangkan-efek