JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Komisi I DPR Tubagus Hasanuddin menilai meriam yang digunakan dalam latihan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) masih layak digunakan.
Hal itu disampaikan Hasanuddin menanggapi insiden kecelakaan latihan militer PPRC di Natuna, Kepulauan Riau.
"Kalau disebut usang, belum. Dan sangat layak untuk ukuran baru sembilan tahun," ujar Hasanuddin di Kompleks Perlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (18/5/2017).
Ia juga meminta TNI segera menginvestigasi penyebab terjadinya kecelakaan tersebut karena ia menilai meriam tersebut masih layak digunakan.
"Kami minta investigasi, apakah karena alat otomatisnya tak bekerja kemudian meriam masih menembak dan mecederai atau menggugurkan prajurit," tutur Hasanuddin.
"Investigasi lalu evaluasi. Kami juga meminta nanti TNI untuk menjelaskan. Mengapa itu terjadi. Nanti hasilnya seperti apa ya nanti kami ambil keputusan," ujar politisi PDI-Perjuangan itu.
Empat orang anggota TNI Angkatan Darat tewas dan delapan orang anggota lainnya terluka akibat kecelakaan dalam latihan tembak.
(Baca: 4 Anggota TNI Tewas dan 8 Terluka Saat Latihan Tembak Meriam)
Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat Brigjen Alfret Denny Tuejeh menyatakan, penyebab tewas dan lukanya sejumlah prajurit TNI AD tersebut diduga karena kesalahan pada alat di meriam.
"Penyebabnya di meriam itu ada pembatas kan, meriam itu kan bisa putar ya. Nah, itu pembatasnya tidak berfungsi. Karena pembatasnya tidak berfungsi, sehingga terjadi kecelakaan itu," ujar Alfret.
Menurut dia, penyebab pasti sedang diselidiki. Sudah ada tim dari Polisi Militer Angkatan Darat (POM AD) setempat yang sedang menginvestigasi.
"Untuk lebih jelasnya kami sedang dilaksanakan investigasi dari Polisi Militer setempat," ujar Alfret.
(Baca juga: Nama Prajurit TNI Korban Insiden Latihan Tembak di Natuna)