Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serangan ke Novel Baswedan, Teror yang Tak Padamkan Perjuangan

Kompas.com - 13/04/2017, 15:01 WIB

Tanpa sempat berpamitan kepada keempat anaknya, Rina Emilda, istri Novel Baswedan, buru-buru berganti baju dan memacu mobilnya ke Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta, Selasa (11/4) pagi. Kabar dari tetangga membuatnya panik dan segera ingin memastikan kondisi sang suami yang kembali menjadi korban teror.

Kali ini, wajah suaminya disiram air keras oleh dua orang bermotor ketika pulang shalat Subuh dari Masjid Al-Ihsan, Pegangsaan Dua, Kelapa Gading, Jakarta. Teriakannya yang cukup keras terdengar oleh anak-anaknya di rumah dan para anggota jemaah yang langsung datang menolong.

Rina tidak menyangka pagi itu merupakan jawaban dari kegelisahan suaminya yang merasa dibuntuti selama beberapa pekan terakhir. Novel sempat bercerita mengenai orang asing yang selalu hilir mudik di depan rumahnya. Rina juga melihat orang asing itu dari kamera pemantau (CCTV) yang dipasang di bagian depan rumah.

Bahkan, warga juga secara sukarela memotret orang asing yang sering wara-wiri di depan rumah menggunakan sepeda motor. ”Warga di sini sangat guyub. Setelah berbagai kejadian, warga dengan sendirinya ikut menjaga. Tiap ada orang yang bukan warga sini dan lewat di depan rumah kami lebih dari dua kali pasti langsung dipotret,” tutur Rina, Rabu (12/4), di rumahnya di bilangan Kelapa Gading, Jakarta Utara.

(Baca juga: Keluarga Novel Dijaga Polisi Berseragam hingga Berpakaian Preman)

Teguh pendirian

Menghadapi situasi semacam ini, Rina hanya bisa pasrah dan menyerahkan semuanya kepada Allah SWT seperti pesan suaminya. Entah sudah berapa kali Rina merasa takut dan khawatir setiap suaminya berangkat bekerja, membongkar korupsi yang menyeret nama-nama besar. ”Secara manusiawi, rasa takut dan khawatir itu ada. Namun, semuanya sudah saya pasrahkan dan bergantung kepada Allah,” ujarnya.

Selama perjalanan rumah tangganya, ia mengungkapkan, Novel tidak berhenti membesarkan hatinya serta mengingatkan kepada Rina dan anak-anak tentang risiko pekerjaan yang dapat diterimanya sewaktu-waktu. Anak-anaknya pun sudah cukup paham atas kejadian yang menimpa ayahnya sehingga tidak banyak pertanyaan yang keluar saat Rina sibuk harus bolak-balik ke rumah sakit.

Sosok Novel, penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), di mata istrinya adalah orang yang teguh pendirian dan susah dibelokkan prinsipnya. ”Sudah berkali-kali diingatkan, tetapi kalau sudah menjadi prinsip susah untuk diubah. Dia tidak pernah mau dikawal. Diminta untuk tidak pulang terlalu larut, dia juga tidak mau. Diminta untuk dibekali senjata, katanya senjatanya hanya ’Bismillah’. Oleh karena takdir itu tidak akan salah, semua rencana-Nya, insya Allah hasilnya baik,” papar Rina.

Beberapa kasus besar yang ditangani Novel sejak 2011 adalah korupsi Wisma Atlet SEA Games, Palembang. Kemudian, suap pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia. Juga kasus korupsi simulator SIM yang menyeret mantan Kepala Korps Lalu Lintas Polri Inspektur Jenderal Djoko Susilo dan membuat Novel dijadikan tersangka atas penembakan tersangka pencurian sarang burung walet saat ia bertugas di Bengkulu pada 2004.

(Baca juga: Laki-laki Misterius Pernah Datangi Rumah Novel Baswedan)

Ancaman

Berbagai ancaman sesungguhnya tak hanya dialami Novel. Penyidik Christian, misalnya, sempat dihalang-halangi saat memimpin penggeledahan di DPR. Ia beradu mulut dengan Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah yang merasa tak terima dengan upaya penggeledahan tersebut.

Ada juga penyidik KPK, Afif Julian Miftah, yang mengalami teror berulang kali. Rumah Afif sempat dikirimi barang yang diduga bom. Mobilnya juga pernah dirusak oknum yang tidak diketahui. Sejumlah jaksa juga mengalami hal serupa, bahkan sampai tidak dapat berkata-kata saat di persidangan karena lidahnya mendadak kelu.

Jaksa Yudi Kristiana yang pernah bertugas di KPK menuturkan, ancaman yang dialaminya saat itu menyasar keluarga. Akibatnya, semua keluarganya, baik istri maupun anak, harus dikawal saat pergi ke mana saja selama lebih kurang dua bulan. ”Ancaman bagi diri sendiri bisa diantisipasi, tetapi ancaman terberat saat yang disasar keluarga. Secara psikologis, itu cukup mengganggu,” katanya.

Semangat yang ditunjukkan keluarga Novel serta sejumlah penyidik dan jaksa penuntut umum KPK untuk terus berjuang melawan musuh bersama bangsa, yaitu korupsi, mendapatkan dukungan penuh publik. Setelah pemberitaan Novel menyebar, seluruh masyarakat bersatu memberikan dukungan moril. Koalisi Masyarakat Sipil Anti Korupsi di antaranya melakukan aksi damai di Gedung KPK, Jakarta, Selasa siang.

Salah satu koordinator aksi, Lalola Easter Kaban, mengatakan, peristiwa yang menimpa Novel merupakan ujian berat dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia. ”Kami berharap Presiden Joko Widodo dan Kepala Polri menjamin rasa aman dan perlindungan bagi siapa pun yang berikhtiar untuk melawan korupsi di negeri ini,” kata Lalola.

Dukungan publik juga hadir di media sosial Twitter melalui tagar #SayaNovelBaswedan. Reza Mustar, pemilik akun @komikazer, menuliskan, ”Kami ada dan berlipat ganda!!! Dipikir Intimidasi jaman ORBA masih efektif... #SayaNovelBaswedan.”

Tagar tersebut masih terus bermunculan di lini masa Twitter hingga Rabu malam. Netizen tidak hanya memberikan dukungan moril, tetapi juga menuntut pemerintah lebih serius memberikan perlindungan kepada para penyidik KPK agar tidak ada lagi peristiwa teror seperti yang dialami Novel di masa mendatang. Pada akhirnya, teror tidak akan menggentarkan KPK dan masyarakat untuk terus melawan koruptor di Tanah Air. (RIANA A IBRAHIM/M IKHSAN MAHAR)
---
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 13 April 2017, di halaman 1 dengan judul "Teror yang Tak Padamkan Perjuangan".

Kompas TV Polisi telah menyelidiki lokasi Novel Baswedan disiram air keras oleh para pelaku, tepatnya di Jalan Bellyra Raya, Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com