Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gus Dur, Cak Nur, Buya Syafi'i Dinilai Kedepankan Islam Substansif

Kompas.com - 12/04/2017, 17:13 WIB
Rakhmat Nur Hakim

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Wahid Institute, Yenny Wahid, menganggap pemikiran Islam substantif yang dikedepankan oleh Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, Nurcholis Madjid alias Cak Nur, dan Buya Ahmad Syafi'i Maarif masih relevan hingga sekarang.

Ketiganya memberikan sumbangsih yang besar terhadap pemikiran Islam di Indonesia, khususnya dalam hal toleransi antarumat beragama.

"Gus Dur, Cak Nur, dan Buya Syafi'i itu mengedepankan Islam yang substantif, bukan simbol. Itu yang direalisasikan mereka," ujar Yenny Wahid dalam diskusi yang bertajuk Merawat Pemikiran Guru-guru Bangsa di Hotel Atlet Century, Jakarta, Rabu (12/4/2017).

Ia mengatakan, itulah yang semestinya dicontoh oleh umat Islam di Indonesia sehingga tidak mudah dipecah belah oleh isu keislaman yang pinggiran.

(Baca juga: Mengenang Cak Nur)

Terlebih, lanjut Yenny, saat ini Islam terbelah dalam dua kubu ekstrem.

Kubu pertama disebut dengan kelompok radikal dalam Islam. Sedangkan kubu kedua sangat khawatir dengan keberadaan Islam sehingga memunculkan sekularisme.

Menurut Yenny, dua kubu tersebut muncul karena pemahamannya yang keliru atas Islam.

Dengan mencontoh pemikiran Gus Dur, Cak Nur, dan Buya Syafi'i, Yenny meyakini Islam di Indonesia tak akan terjebak dalam dua kubu tersebut.

"Gus Dur, Cak Nur, dan Buya Syafi'i itu tiga tokoh yang mampu menyintesiskan Islam dengan pemikiran di luar Islam, tanpa meninggalkan Islam sebagai jiwa dan substansinya," tutur Yenny.

(Baca juga: Keteladanan Gus Dur Kian Relevan)

Kompas TV Jaga Toleransi, Polri dan Ormas Islam Gelar Silaturahim
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com