Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BNPB: Perhatikan Ini Sebelum Beri Bantuan Susu Formula untuk Anak Korban Gempa

Kompas.com - 11/12/2016, 11:28 WIB
Abba Gabrillin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Masyarakat diminta memperhatikan beberapa hal sebelum memberi bantuan kepada warga yang menjadi korban gempa di Aceh. Salah satunya, sebelum memberikan bantuan berupa susu formula kepada anak dan balita yang membutuhkan dalam keadaan darurat.

Hal tersebut dikatakan Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, dalam keterangan tertulis yang diterima, Minggu (11/12/2016).

"Masyarakat dan semua pihak untuk memperhatikan jenis bantuan yang diperlukan. Niat baik untuk membantu sesama sebaiknya tidak malah menimbulkan masalah baru, khususnya bagi bayi dan balita di pengungsian," ujar Sutopo.

Sutopo mengatakan, pemberian bantuan berupa makanan untuk bayi dan balita tidak dapat dilakukan dengan sembarangan. Air susu ibu adalah makanan yang paling sempurna bagi bayi.

Selain itu, menyusui dalam kondisi darurat menjadi lebih penting karena terbatasnya sarana untuk penyiapan susu formula, seperti air bersih, bahan bakar dan kesinambungan tersedianya susu formula dalam jumlah yang memadai.

Pemenuhan kebutuhan bayi melalui susu formula juga sebenarnya tidak terlalu baik. Pemberian susu formula bisa meningkatkan risiko terjadinya diare, kekurangan gizi dan kematian bayi.

Menurut Sutopo, berdasarkan pengalaman sebelumnya saat tanggap darurat bencana, susu formula dan susu bubuk adalah bantuan yang umum diberikan dalam keadaan darurat. Namun, produk-produk ini seringkali dibagikan tanpa kontrol yang baik dan dikonsumsi oleh bayi dan anak-anak yang seharusnya masih harus menerima ASI.

"Seperti saat gempa di Yogyakarta, kasus penyakit diare di kalangan bayi usia di bawah enam bulan yang menerima bantuan susu formula, dua kali lebih banyak dibandingkan mereka yang tidak menerima bantuan itu," kata Sutopo.

Pengawasan ketat

Menurut Sutopo, donasi susu formula dan produk bayi lainnya seperti botol, dot, empeng, harus mendapat persetujuan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.

Ibu yang menyusui anaknya harus diberikan dukungan dan bantuan praktis untuk meneruskan menyusui. Sementara, bagi bayi tanpa ibu, harus dicarikan ibu yang masih memiliki ASI.

Jika ada bayi yang tidak bisa disusui, bayi tersebut harus diberikan susu formula dan perlengkapan untuk menyiapkan susu tersebut. Namun, perlu dipastikan susu dan alat-menyusui di bawah pengawasan yang ketat. Kemudian, kondisi kesehatan bayi terus diperhatikan.

Botol bayi sebaiknya tidak digunakan karena berisiko terkontaminasi. Gunakan sendok atau cangkir untuk memberikan susu kepada bayi.

Jika ada bayi yang tidak bisa disusui karena alasan medis, dia harus selalu di bawah pengawasan ketat petugas kesehatan terlatih. Selain itu, lanjut Sutopo, pastikan terdapat sarana air bersih yang memadai dan peralatan penyiapan yang higienis.

(Baca juga: Ketersediaan Air Bersih di Sejumlah Pos Pengungsian di Aceh Masih Kurang)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com