Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Imparsial: Dominasi Militer di BIN Harus Dikurangi

Kompas.com - 05/09/2016, 18:53 WIB
Kristian Erdianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Imparsial Al Araf menilai, penunjukan Komjen Pol Budi Gunawan sebagai calon Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) oleh Presiden Joko Widodo, sejalan dengan amanat Undang-Undang No. 17 tahun 2011 tentang Intelijen Negara.

Menurut dia, berdasarkan ketentuan UU Intelijen Negara, BIN harus menjadi institusi intelijen yang bekerja untuk sipil.

Hal itu juga sejalan dengan amanat reformasi tahun 1998, salah satunya mengurangi dominasi militer di ranah publik.

Sementara, untuk intelijen militer seharusnya berada dalam ruang lingkup Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI.

"BIN seharusnya berbentuk lembaga intelijen sipil, maka mengurangi peran militer dan menggantikannya dengan unsur sipil harus dilakukan," ujar Araf.

Araf mengatakan, perubahan citra BIN yang selama ini dianggap terlalu militeristik menjadi sebuah keharusan agar sesuai dengan iklim demokrasi di Indonesia.

Dia berpendapat, BIN tidak lagi bisa mengedepankan unsur kekerasan dan tertutup.

Dengan memilih unsur non-militer sebagai Kepala BIN, dia berharap institusi intelijen bisa lebih transparan dan akuntabel terkait pertanggungjawaban kerja kepada publik.

"Harus ada perubahan imej BIN. Sebagai garda terdepan keamanan nasional maka BIN harus sesuai dengan semangat demokrasi. BIN harus lebih terbuka dan transparan," kata Araf.

Selain itu, menurut Araf, ke depannya BIN harus lebih mengutamakan intelijensinya melalui peningkatan kualitas sumber daya.

Hal tersebut perlu dilakukan agar BIN bisa lebih cepat dan akurat dalam menganailisis ebuah informasi.

BIN juga harus bisa menghasilkan produk intelijen yang akurat kepada Presiden.

"Yang dibutuhkan intelijen adalah kecerdasan di atas rata-rata. Kalau di Indonesia, intelijen terlalu militeristik yang mengedepankan kekerasan," kata dia.

Pada kesempatan yang sama, pengamat Politik dari Institute for Transformation Studies, Andi Saiful Haq mengatakan, sejak tahun 1998, BIN menjadi satu-satunya institusi yang belum tersentuh upaya reformasi di bilang intelijen.

Menurut dia, saat ini masih terdapat campur aduk antara intelijen sipil dan intelijen tempur dari militer.

Seharusnya, kata Andi, kerja-kerja BIN mengarah pada badan intelijen yang modern dan berorientasi sipil.

Andi juga berharap Budi Gunawan bisa melakukan perubahan sistem kerja di internal BIN.

"BIN merupakan lembaga yang sampai saat ini belum tersentuh secara resmi oleh gerakan cita-cita reformasi. Maka soal akuntabilitas sangat tertutup. Ini menjadi momen penting dalam mengubah arah BIN bekerja," ujar Andi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER NASIONAL] 'Gula-gula' Politik Anak Muda Usai Putusan MA | PDI-P Bantah Ingin Pisahkan Jokowi dan Prabowo

[POPULER NASIONAL] "Gula-gula" Politik Anak Muda Usai Putusan MA | PDI-P Bantah Ingin Pisahkan Jokowi dan Prabowo

Nasional
Sejarah Hari Lingkungan Hidup Sedunia dan Temanya 2024

Sejarah Hari Lingkungan Hidup Sedunia dan Temanya 2024

Nasional
Menteri LHK: RI Masih Terima Ruang Dukungan Pihak Lain untuk Turunkan Emisi Karbon

Menteri LHK: RI Masih Terima Ruang Dukungan Pihak Lain untuk Turunkan Emisi Karbon

Nasional
Minta Jokowi Tunda RUU Polri, Koalisi Masyarakat: Isi Kontennya Berbahaya

Minta Jokowi Tunda RUU Polri, Koalisi Masyarakat: Isi Kontennya Berbahaya

Nasional
RUU Polri Beri Polisi Wewenang Penyadapan, ELSAM: Ini Bisa Sangat Liar...

RUU Polri Beri Polisi Wewenang Penyadapan, ELSAM: Ini Bisa Sangat Liar...

Nasional
Tren Ubah Aturan Hukum demi Menjaga Kekuasaan Diprediksi Bakal Terulang

Tren Ubah Aturan Hukum demi Menjaga Kekuasaan Diprediksi Bakal Terulang

Nasional
Putusan MA Dianggap 'Deal' Agenda Politik Jokowi Jelang Akhir Jabatan

Putusan MA Dianggap "Deal" Agenda Politik Jokowi Jelang Akhir Jabatan

Nasional
Aturan Pengawasan PPNS di RUU Polri Dianggap Hambat Kerja Penyidik KPK hingga Kejagung

Aturan Pengawasan PPNS di RUU Polri Dianggap Hambat Kerja Penyidik KPK hingga Kejagung

Nasional
Tangkap Buron Paling Dicari Thailand, Polri Minta Timbal Balik Dibantu Ringkus Fredy Pratama

Tangkap Buron Paling Dicari Thailand, Polri Minta Timbal Balik Dibantu Ringkus Fredy Pratama

Nasional
Buron Paling Dicari, Chaowalit Thongduang, Bikin Rakyat Thailand Tak Percaya Polisi

Buron Paling Dicari, Chaowalit Thongduang, Bikin Rakyat Thailand Tak Percaya Polisi

Nasional
Pilih Kabur ke Aceh, Chaowalit Buron Nomor 1 Thailand Merasa Mirip Orang Indonesia

Pilih Kabur ke Aceh, Chaowalit Buron Nomor 1 Thailand Merasa Mirip Orang Indonesia

Nasional
37 Warga Makassar yang Ditangkap karena Visa Haji Palsu Ditahan, 3 Diperiksa Kejaksaan

37 Warga Makassar yang Ditangkap karena Visa Haji Palsu Ditahan, 3 Diperiksa Kejaksaan

Nasional
Polisi Periksa 8 WNI Usai Tangkap Chaowalit Si Buron Nomor 1 Thailand, dari Ojol hingga Agen Sewa Kapal

Polisi Periksa 8 WNI Usai Tangkap Chaowalit Si Buron Nomor 1 Thailand, dari Ojol hingga Agen Sewa Kapal

Nasional
7 Bulan Kabur ke Indonesia, Buronan Thailand Nyamar jadi Warga Aceh dan Bikin KTP Palsu

7 Bulan Kabur ke Indonesia, Buronan Thailand Nyamar jadi Warga Aceh dan Bikin KTP Palsu

Nasional
Tak Setuju Perpanjangan Bansos Disebut Cawe-cawe, Dasco: Kecurigaan Tak Beralasan

Tak Setuju Perpanjangan Bansos Disebut Cawe-cawe, Dasco: Kecurigaan Tak Beralasan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com